Part 15 penyakit Tere

39 25 13
                                    

Ini gak tau kenapa urutan part"nya gak bisa di urut
Kesel banget sumpah. Biar gak bingung cek terus aja judulnya okey. Next
.
.
.
.
.
Bian dan Tere kini sedang berada di dalam ruang Dokter Chandra setelah proses pemeriksaan terhadap Tere. mereka sedang mengobrol di meja dokter Chandra, dari kejauhan terlihat Tere yang sudah tertunduk lesu, dan Bian melipat tangannya di dada sambil menatap sinis ke arah Tere.

"Baik dek Tere, kamu mulai sekarang harus bisa jaga pola makan kamu dengan baik ya, asam lambung kamu naik, di tambah kamu banyak pikiran, dan trauma lokal yang  membuat pendaratan begitu saja di hidung kamu" Tere hanya tertunduk mendengar penuturan dari dokter Chandra.

"Tere,,,kamu dengar dokter Chandra ngomong kan?" Bian memegangi satu bahu Tere, Tere hanya menangguk dan hanya bisa tertunduk

Setelah di berikan beberapa resep obat oleh dokter Chandra, Tere berjalan lesu keluar ruangan. Membuat Bian yang melihat itu ingin tertawa dan juga ingin melahap anak itu habis-habisan, karena tidak bisa menjaga kesehatan sama sekali.

"Dokter ceritain dong semua sama Bian" Bian masih stay duduk di kursi tempat dokter Chandra

"Itu siapanya Bian?" Dokter Chandra merapikan obat-obatan yang ada di atas mejanya

"Itu si gemes Bian dok"

Dokter Chandra tertawa melihat ekspresi wajah Bian.

"Jaga baik-baik ya si gemasnya Bian, si gemes bian itu sakit, dia punya sakit maag  akut, kena trauma lokal, di tambah banyak pikiran" Dokter Chandra mengusap rambut Bian

"Bian harus janji sama dokter ya, kalau Bian bakalan jagain Si gemes" Dokter Chandra mengacungkan jari manisnya ke arah Bian

"Janji dok" Dengan wajah seriusnya Bian mengaitkan jari kelingkingnya dengan dokter Chandra.

Tere kini sedang terduduk di kursi tunggu sambil melihat ke arah kresek yang berisi obat-obatan, Tere menelan air liurnya kasar karena melihat jumlah obat yang lumayan banyak.

" Dari tadi pagi kamu belum makan ya" Bian menatap sinis ke arah Tere. Tere yang melihat itu ikut mengerutkan keningnya

"Kok kamu tau?" Tere mendongak menatap Bian yang sedang berkacak pinggang di depannya

"Tu kan? Besok kamu harus bisa jaga pola makan, jangan begadang, makan yang teratur, jangan banyak pikiran, kalau ada apa-apa langsung cerita sama aku" Bian nyerocos seperti  mak-mak yang sedang menasehati anaknya.

"Tau,,," Tere melirik malas ke arah Bian

"Udah ah, yok pulang, aku harus jaga zidan" Tere berdiri meninggalkan Bian yang masih belum selesai mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dalam hatinya.

Tere,,,,

Kamu dengar aku ngomong kan?

Tere,,,,

Alih-alih mendengarkan Bian ngomong, Tere berjalan meninggalkan Bian sambil menutup kedua telinganya

"Bawel banget sih" Tere berjalan mendahului Bian

"Oyy aku dengar loh, aku bawel-bawel gini juga buat kesehatan kamu" Bian melipat kedua tangannya berusaha untuk mensejajari langkahnya dengan Tere.

"Tau,,,"

"Tau,,,tau, dengar gak tadi aku ngomong apa" Tere lagi-lagi di marahi oleh bian di sepanjang perjalanan menuju parkiran, tak jarang banyak orang yang tertawa sambil melihat tingkah laku mereka berdua.

"Iya,,,bawel" Tere masuk ke dalam mobil Bian dan memakai sabuk pengamanannya.

Bian yang melihat tingkah laku Tere hanya bisa geleng-geleng kepala di buatnya.

Mobil Bian pun melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Tere. Tere yang tidak dapat menahan kantuknya pun tertidur pulas di dalam mobil Bian.

Setelah masuk ke pekarangan rumah Tere. Bian ingin sekali membangunkan perempuan itu, tapi melihat Tere yang sedang Tertidur pulas membuat Bian tidak tega  membangunnya. Alhasil Bian membiarkan Tere tertidur di dalam mobilnya dan Bian bermain di taman depan bersama zidan.

Zidan tampak senang bermain dengan Bian, karena mungkin Zidan jarang bermain dengan sosok laki-laki di rumah, Zidan selalu di asuh oleh Tere dan Bi Reni.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16:00 Tere terbangun dari tidurnya, Tere sempat bingung kenapa dia bisa tertidur di dalam mobil, setelah dia menerawang jauh beberapa jam yang lalu, dia pergi ke rumah sakit bersama Bian.

"Bian kenapa gak bangunin aku sih" Tere bersungut-sungut sambil tergesa-gesa keluar dari dalam mobil.

Tere terdiam beberapa saat melihat pemandangan yang berada di depannya saat ini. Terlihat Zidan dan Bian tertidur pulas di karpet taman depan, melihat posisi tidur mereka, dengan kaki zidan yang sudah mengenai kepala Bian, dan tangan Bian menutup wajah Zidan membuat Tere ingin Tertawa, tapi takut membangunkan mereka berdua.

Tere pun ikut bergabung duduk di karpet melihat lekat wajah manis Bian yang sedang tertidur.

" Makasih untuk semuanya Bian" Tere mengelus lembut rambut Bian yang sudah jelas tidak di ketahui oleh Laki-laki itu. Tere dengan ide jahilnya langsung mengambil HP dari saku celananya, dan memotret Bian yang sedang tertidur.

"Kalau suka bilang" Bian membuka salah satu matanya di saat dia tidak sengaja menangkap basah Tere yang sedang asik memotretnya secara diam-diam.

Ha,,,

Tere yang kaget tak sengaja menjatuhkan hpnya tepat di hidung Bian, membuat Bian meringis kesakitan.

Aduh!!! Bian reflek memegangi hidungnya

"Astaga, maaf-maaf sakit ya" Tere mengusap lembut hidung mancung Bian.

"Sakit banget Tere" Mendengar itu Tere semakin kewalahan di buatnya.

"Aduh maaf ya" Tere yang panik pun mencoba untuk meniup hidung Bain membuat wajah mereka hanya berjarak satu jengkal. Bian menatap lekat bola mata hitam Tere, melihat setiap inci wajah Tere yang selama ini belum pernah dia liat dengan jarak dekat.

"Di tiup terus juga gak apa-apa kok" Mendengar itu Tere menendang Kaki Bian.

"Btw makasih ya" Tere menatap zidan yang tertidur pulas di samping Bian

"Iya, tadi aku juga udah dengar kok" Tere sontak membulatkan matanya

"Tadi kamu dengar aku ngomong?" Tere menatap Bian jengkel

" elus lagi dong" Bian jahil memegangi kepalanya seperti yang di lakukan Tere beberapa menit yang lalu.

Tere yang merasa malu hanya bisa tertunduk membuat Bian menjadi gemes.

"Lucu banget sih" Bian lagi-lagi membuat Pipi Tere memerah karena Bian mengusap rambut Tere lembut. Seolah semua masalah yang menimpa tere hilang begitu saja.
.
.
.
.
Udah mulai sepi nih, ramein lagi yuk, jangan lupa follow+vote+komen

Terpublikasi
(20-juni-2023)

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang