Part 4. Rumah Tere

70 49 24
                                    

Pagi ini Tere sudah tampak lebih baik, dia tersenyum di depan kaca sambil menyisir rambutnya dan akhirnya Tere memutuskan untuk langsung turun ke bawah.

"Bund aku berangkat dulu ya" Tere menyalami perempuan yang biasa dia panggil dengan sebutan bunda itu.

Namanya Harum, umurnya masih terbilang muda, di bawah 41 tahun, Harum sangat pandai menjaga keawetan wajahnya, tak jarang kalau harum di kira masih berstatus singgel.

Perempuan itu tidak menggubris sama sekali perkataan Tere.

Tere yang sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti itu hanya bisa menghela nafasnya kasar dan pergi ke sekolah.

Hari ini adalah hari Jum'at, seperti rutinitas biasanya, sekolah Tere mengadakan muhadarah/ceramah di hari jum'at.  Semua siswa siswa sudah berbaris rapi di lapangan sesuai dengan kelas masing-masing.

"Tere, kamu kenapa" Bian menatap Tere khawatir, karena tere terlihat pucat pagi ini.

"Ah, gak kenapa-napa kok" Tere ikut berbaris di barisan kelasnya.

"Sial, matahari gak dukung gue buat gak ngedumal" Tere bergumam dalam hati

"Ah,,kok jadi buram, gini sih" Tere mengucek kedua bola matanya. Tere memegangi kepalanya yang sakit dan
Gelap. Tere berusaha untuk membuka matanya, berusaha mencerna apa yang barusan terjadi? semua badannya pun juga terasa lemas.

"Tere,," Suara bian adalah suara terakhir yang Tere dengar dan semuanya kembali gelap.

Woy dia kambuh lagi

Cewek aneh

Percuma cantik kalau penyakitan  mah

Palingan cuman Sandiwara

Banyak drama juga ya tu cewe

Semua siswa pun berkerumun melihat apa yang barusan terjadi.

"Kenapa kalian pada mendesak!!,, " Bian mendorong satu persatu para siswa yang berusaha untuk terus mendekat

"Bian, langsung bawa Tere ke UKS sekolah" Ucap salah satu guru

Setelah mendengar perintah dari ibu guru, Bian langsung menggendong Tere ke UKS sekolah.

"Tere, kamu kenapa sih sebenernya" Bian melirik sendu perempuan yang sedang berbaring lemas di atas ranjang UKS. Bian beranjak dari kursinya. Menuju sebuah ruangan di samping sofa tempat bian duduk.

"Permisi buk" Bian perlahan membuka pintu, menampakkan seorang perempuan paruh baya yang sedang membuat resep obat.

"Iya kenapa nak?"

"buk kalau saya boleh tau Tere sakit apa ya buk?"

Bian duduk di salah satu kursi yang berada di ruang pribadi milik dokter yang menjaga di ruang UKS sekolah.

" Dia sepertinya kelelahan, Kondisinya juga dia sangat memprihatinkan, kalau bisa di hitung, dia adalah pasian yang paling sering masuk ke dalam ruangan ini"

"Dia sering pingsan gitu ya buk? "

"Ya gitulah, ibu sering berusaha untuk ajak dia berbicara tentang bagaimana dia di sekolah dan bagaimana dia di rumah, tapi dia hanya diam. sepertinya dia punya banyak masalah yang hanya di pendam sendiri, karena terakhir kali dia masuk ke Ruangan ini, dia sempat mengigau"

" Dia ngomong apa buk? " Bian semakin penasaran.

"Maaf ya nak, ibu tau niat kamu baik, tapi ini privasi Tere, kamu sebaiknya nanya langsung sama orangnya aja"

"Sial"

Bian berdecak kesal dalam hati Sambil tersenyum palsu.

***

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang