part 13. Curhatan Tere

84 31 18
                                    

Cerita ini tadi udah Up, tapi hilang entah kenapa kesel banget sumpah, mau tidak mau aku harus berfikir keras buat mengingat inci ceritanya. Tapi gak apa-apa
Ya udah next
.
.
.

Tere dan Bian sedang duduk di kursi taman rumah sakit, taman tampak lengang begitupun lalu lintas saat ini, hanya terlihat satu atau dua kendaraan. setelah kejadian di ruangan Tadi, Tere dan Bian diam satu sama lain. Entah apa yang ada di pikiran Tere begitupun yang di pikiran oleh Bian. Tere hanya sibuk mengayunkan kakinya di kursi taman. Sedangkan Bian hanya memperhatikan Tere.

Kejadian di ruangan tadi.

Setelah membuka pintu ruangan kak Riya, Tere terdiam melihat bunda yang sedang menyuapi kak Riya makan, bunda yang melihat Tere masuk tiba-tiba terlonjak kaget sangking kerasnya Tere mendorong pintu hingga membentur dinding.

"Astaga Tere, kamu ngagetin Bunda aja" Bunda mengelus dada sambil meletakan piring di atas meja. Tere masih terdiam sambil berjalan ke arah bundanya.

"Bukannya kamu seharusnya masih di sekolah Tere, kok ke sini" Bunda lagi-lagi bertanya namun tere hanya kembali diam. Membuat bunda semakin bertanya-tanya.

"Tere bunda nanya" Bunda kembali mengulangi perkataannya.

"Bunda, bunda gak kenapa-napa kan, gak ada yang nyakitin bunda kan?" Tere meraba setiap inci tubuh bundanya, mata Tere tampak berlinang, bunda yang melihat itu tau kalau ada yang tidak beres dengan Tere.

"Sayang, bunda gak kenapa-napa kok, liat? Bunda sehat-sehat aja kan" Tere menarik nafas kasar, semua hal negatif yang dia pikirkan lenyap setelah mendengar perkataan bundanya.

"Alhamdulillah bunda" Tere berdiri melihat bundanya, tampak jelas kalau tere begitu menghawatirkan keadaan bundanya

"Kamu ngapain ke sini?" Bunda kembali menanyakan hal yang sama

"Ah,,anu itu, buku aku ketinggian di rumah" Bian langsung menatap Tere tidak suka

"Kenapa Tere bohong ya sama bunda" Gumam bian dalam hati

"Ya udah bunda, Tere sama Bian balik ke sekolah lagi ya, bunda jaga diri, asalamualaikum" Tere cepat-cepat menarik tangan Bian keluar dari ruangan.

"Kenapa kamu bohong sama bunda" Tere tidak menghiraukan Perkataan Bian, Tere terus menarik tangan Bian.

Tere!!!

Bian tidak sengaja meninggikan nada bicaranya membuat Tere berhenti dan menatap Bian kaget.

Di sinilah mereka sekarang. Masih di taman rumah sakit, Saling bungkam satu sama lain.

"Maaf ya tadi aku ngebentak kamu" Bian mulai buka suara

"Bian, aku capek" Tere berhenti mengayunkan kakinya. Tertunduk menatap rerumputan taman.

Sini,,,,

Bian menepuk satu bahunya, perlahan Tere mulai menyandarkan Kepalanya di bahu Bian.

"Tadi kenapa kamu bohong sama bunda hm,? " Bian mengelus rambut lurus Tere

"Aku gak mau buat bunda khawatir" Lirih Tere

"Khawatir kenapa?"

"Khawatir kalau Bunda di sakitin sama ayah" Suara Tere mulai bergetar.

"Tere,,sini bentar" Bian memegang kedua bahu Tere.

"Tatap mata aku" Tere menatap dalam manik bola mata Bian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang