Part 5. Setelah 3 tahun

68 49 22
                                    

"Guys,,
Aku gak tau mau nulis apa lagi, soalnya ni otak agak susah mikir alur yang bagus,

Owh iya, menurut kalian bian itu cowok baik-baik gak sih?

(Dahlah gak usah mikir, mikir itu capek biar aku saja)

Next
.
.
.
.
.
.
.

"kau anak kecil gak usah ikut campur, pergi sana"

Saat melihat kedatangan Tere laki-laki itu pun bungkam.

Tere merasa badannya memanas melihat bundanya dengan rambut acak-acakan, mata yang merah dan di cengkraman oleh laki-laki itu.

"Ayah ngapain datang ke sini lagi, gak cukup bikin aku, bunda sama kakak menderita" Tere berlari dan memegangi bundanya.

"Kamu gak usah sok nasehatin ayah, ingat.
kamu itu ayah yang didik, ayah yang besarin, udah besar kamu berani ngelawan sama ayah" Laki-laki yang sedang memegang sebotol minuman keras itu menunjuk-nunjuk ke arah Tere.

" Ayah gak pernah didik tere, ayah cuman ngerusak mental Tere" Suara tere mulai bergetar.

Crack!!!

Beling bertebaran di mana-mana, sontak semuanya hening. Tampa di sadari kaki tere terkena oleh percikan beling.

"Udah, cukup, kamu pergi sekarang, Pergi!!!" Bunda berteriak histeris.

Bian yang sedang ada di luar pagar rumah Tere, mendengar ada sesuatu yang pecah langsung masuk ke dalam rumah tampa izin.

"Tere kamu gak apa-apa" Bian terdiam saat melihat kekacauan di rumah itu.

Tampak jelas sepertinya sekarang kelurga Tere tidak baik-baik saja. Tere terkejut melihat Bian yang entah dari mana bisa masuk ke dalam rumahnya di saat waktu yang tidak tepat.

Bian,,,

Tere menatap bian sendu. Bian melihat seolah meminta pertolongan

Ayah tere yang melihat bian, mengacak rambutnya dan pergi ke luar sambil menyenggol Bian. Bian yang tak tau apa-apa hanya menatap heran kepergian laki-laki itu.

Bunda tere terduduk di sofa, menutup muka dengan kedua tangannya, sambil terisak.

hancur, itu yang di rasakan tere saat ini. Dia tidak tau harus bagaimana lagi.

"Tere,,kaki kamu berdarah" Bian berusaha mendekati Tere

"Stop yan, kenapa lo bisa di sini, kenapa lo masuk sembarangan ke rumah orang, lo gak punya Etitut" Bian terhenti mendengar penuturan dari Tere.

"Ta,,tadi gue cuman lewat di depan rumah lo, terus gak sengaja gue dengar ada sesuatu yang pecah, jadi gue reflek langsung masuk ke dalam rumah buat ngecek kalau gak terjadi apa-apa" Bian berusaha menjelaskan.

Bunda tere tampak berdiri dan berjalan lemah ke arah kamarnya. Tere yang melihat bundanya pergi seketika tidak bisa menahan bobot tubuhnya dan berakhir ambruk terduduk di sebelah sofa, menenggelamkan wajah di lipatan lututnya.

Terdengar sangat jelas suara isakan gadis malang itu.

"Kak re,,, " Zidan Berjalan sempoyongan ke arah Tere.

"Zidan,,udah bibi bilang jangan keluar" Bi Reni berusaha untuk mengejar zidan, namun saat di tahan oleh bi Reni, zidan memberontak dan menangis.

Tere langsung menghapus air matanya.

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang