part 12. khawatir

70 36 22
                                    

Pagi ini di suguhi oleh petir dan gemuruh derasnya hujan sisa malam tadi, Tere yang baru saja keluar dari kamar mandi tampak kedinginan, terlihat jelas dari bibir Tere yang menggigil.

Setelah memakai seragam sekolahnya Tere turun ke bawa menuju meja makan, melirik ke sana kemari seperti mencari keberadaan seseorang.

"Bi,,bunda mana ya?" Tere duduk di bangku kursi makan.

"Loh, bukannya nyonya dari tadi malam di rumah sakit ya non? " Bi Reni balik bertanya

"Owh iya Tere lupa, jadi mang ujang juga di rumah sakit ya Bi" Tere mengaduk susu coklat yang tadi di buatkan oleh bi Reni.

"Aduh,, terus Tere berangkat sekolah gimana dong, mana mang ojek langganan Tere lagi sakit lagi, Terus Tere harus naik bis gitu?" Tere ngedumel sendiri sambil memikirkan bagaimana cara dia pergi ke sekolah.

Setelah mencomot roti bakar di atas piring dan meneguk habis susu coklat yang di buat bi Reni, Tere langsung berlari ke atas menuju kamarnya, dengan sigap mengambil benda pipih yang ada di atas meja. Dengan jari yang cekatan Tere menelpon seseorang yang bertuliskan nama Bian.

"Pagi Bian"

Pagi juga Tere, ada apa?
Tumben pagi-pagi nelpon
Aku?

Maaf, tapi kamu
Berangkat sekolah
Sama siapa ya

Emangnya kenapa?

Hm,,anu, sopir di
Rumah aku lagi di
Rumah sakit sekalian
Nunggu bunda pulang,
Mang ojek langganan aku
Lagi sakit, kalau hujan gini
Sulit dapat ojek, hm,, aku
Boleh nebeng gak sama
Kamu

Boleh banget dong Tere
Aku juga lagi bawa mobil

Bener Bian?
Makasih ya

Iya sama-sama,
Aku ke sana sekarang ya
Tunggu aku di depan
Teras rumah kamu aja,
Jangan di depan gerbang ya,
Kalau Kena hujan nanti sakit.

Iya

Sambungan telepon pun terputus, Tere tampak tersenyum sembari melihat hpnya,

"Kok aku was-was ya, rasanya ada sesuatu yang bikin aku gak tenang" Tere bergumam sendiri di dalam kamarnya. Diam sesaat, Tere teringat perkataan ayahnya malam tadi.

Tak ingin ambil pusing, Tere langsung cepat keluar kamar menuju teras depan, takut kalau membuat Bian menuju.

Tak selang beberapa menit, Terlihat mobil berwarna hitam baru saja datang dari balik lebatnya hujan. Terlihat seorang laki-laki keluar dari mobil dan membawa sebuah payung. Laki-laki itu berjalan dan masuk ke dalam rumah Tere.

"Ayok berangkat" Bian berdiri di depan tere yang sedang mengenakan sepatunya.

"Ayok" Bian dan Tere pun berjalan di tengah hujan dengan satu payung yang mereka pakai berdua. Meskipun cuman sampai gerbang depan sih.

"Kamu basah gak?" Bian melipat payung dan meletakkan di kursi belakang.

"Enggak kok, aman" Tere tersenyum ke arah Bian sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Mata kamu kenapa?" Bian melirik ke arah Tere.

"Gak kenapa-napa kok" Tere meraba matanya.

"Bohong, buktinya itu sembab"

Tere hanya bisa diam tertunduk, karena benar, nangis malam tadi ternyata masih meninggalkan bekas.

"Jangan sering nangis lagi ya,," Bian mengusap rambut Tere lembut. Tere hanya bisa membalas dengan senyuman.

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang