part 19. Teror kedua

47 26 13
                                    

Broken home tidak seburuk itu, buktinya gue bisa ketemu Bian

-Tere-

Next
.
.
.

Jam menunjukkan pukul lima sore. Kini Bian dan Tere sedang berdiri di balik pembatas tepi laut, dengan hembusan angin dan gempuran ombak yang menyambar baru karang menambah suasana sore itu.
Tere terlihat sangat menikmati pemandangan yang sedang berada di depannya saat ini. Hamparan luas lautan dan hembusan angin yang membelai lembut rambut lurus Tere. Begitupun dengan Bian. Bian juga tampak menikmati sore itu bersama orang yang dia sayang.

"Gue akan selalu bahagia asalkan lo bahagia Tere, gue gak suka liat mata lo merah terus, gue gak suka liat lo murung terus. Gue janji Tere, gue janji pada diri gue sendiri kalau gue bakalan selalu ada buat lo" Bian menatap Tere dari samping, menampakkan Tere yang sedang tersenyum manis sambil menutup kedua matanya.

"Lo coba teriak deh, sekencang-kencangnya, lo keluarin semua yang udah lama lo simpan dalam hati lo" Bian sedikit berteriak mengalahkan suara ombak.

"Enggak gue malu"

"Gak ada orang kok di sini" Bian meyakinkan Tere sambil melirik ke sekeliling yang memang tidak ada siapa-siapa pun.

Tere,,,

you beautiful,,,

Bian berteriak ke arah lautan, seolah-olah Bain memberi tau kepada lautan tentang seberapa cantiknya Tere.

Thanks you,,,

Tere ikut berteriak sambil tersenyum ke arah Bian.

"Ayo teriak lagi, teriak sekencang-kencangnya " Bian berusaha untuk meyakinkan perempuan itu.

Arghhhhh,,,!!!

Gue capek,,,,!

Gue muak!!!

Kenapa harus gue? Kenapa harus gue yang ngerasain semua ini.

gue benci!!!

Stop bikin gue kek orang bodoh!!

Stop buat gue menderita!!

Stop__

Nafas Tere terengah-engah. seketika air matanya lolos begitu saja.

"Stop bikin keluarga gue hancur" Lirih Tere dengan sisa isakkannya.

Sini,,,

Lagi-lagi bian menepuk bahunya, Tere yang sudah mengerti langsung menyandarkan kepalanya di bahu kekar Bian.

"Tere lo harus janji sama gue" Bian bergumam menatap hamparan lautan yang luas.

"Apa?" Suara Tere terdengar sedikit sumbang.

"Mulai sekarang lo harus terbuka sama gue"

"Terbuka maksudnya?" Tere masih stay menyandar di bahu Bian.

"Terbuka tentang semua hal yang bikin lo sedih"

Tere seketika terdiam mendengar apa yang barusan keluar dari mulut Bian.

"Gue bukan mereka Tere, gue Bian"

Bian terus berusaha untuk meyakinkan Tere.

"Oke" Jawab Tere singkat.

Janji?

Bian mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Tere.

Janji,,,

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang