part 11. Ancaman

44 28 9
                                    

Kondisi Kak Riya sudah mulai membaik. Tere dan Bian pun sibuk bermain HP di balkon rumah sakit, kak Riya hanya memperhatikan mereka berdua yang masih terduduk lemas di ranjang.

"Kamu siapa?" Bian dan Tere memalingkan pandang ke arah sumber suara.

"Siapa kak?" Tere kembali bertanya dan menghampiri kak Riya, Bian yang melihat Tere bangkit ikut mengekor di belakang.

"Laki-laki itu, laki-laki itu pacar kamu Tere?" Kak Riya berkata dengan suara yang lemas menunjuk ke arah Bian.

"Eh,,enggak kak, Bian cuman sahabat Tere" Bian hanya bisa tersenyum kik-kuk

"Tere, kakak mau ngomong sama teman kamu dulu, kamu bisa tinggalin kakak berdua dulu gak sama dia" Mendengar itu Bian dan Tere hanya saling pandang, mereka tidak tau maksud kak Riya tiba-tiba meminta seperti itu.

"B,, baik kak" Tere berjalan menuju luar ruangan dan menutup pintu, semua pertanyaan berputar-putar di kepala Tere, sampai-sampai apa yang Bi Reni bilang ikut membuat Tere overthinking.

Sepertinya Bian cocok

Zidan butuh ayah

Pertanyaan itu terus menghantui Tere setelah keluar dari pintu itu.

Bian & kak Riya

Setelah Tere keluar dari ruangan itu seketika suasana menjadi dingin

"Tuhan selamatkan aku" Bian mulai berkeringat

"Kapan kamu kenal sama Tere" Kak Riya menatap Bian dingin

"Anu kak, beberapa minggu yang lalu, aku murid pindahan dari Korea Selatan, jadi aku temenan sama Tere"

" Tapi kenapa kamu milih Tere? Sekarang Kamu juga sudah tau keluarga Tere seperti apa, kamu juga sudah tau kondisi Tere seperti apa, lantas kenapa kamu milih tere?"

"Karena itu yang bikin aku mau jadi teman Tere kak, aku mau ngehibur Tere"

" Kamu akan menjadi luka baru buat Tere"

"Maksud kakak? "
Bian mengerutkan keningnya

"Dulu waktu tere masih SMP, Tere juga punya teman laki-laki namanya kil, Tere sangat senang karena itu kali pertama dia punya teman setelah 1 tahun di SMP. Tapi semua itu tidak berlaku lagi setelah kil datang ke rumah Tere, kil melihat pertengkaran hebat keluarga Tere membuat kil tidak mau lagi berteman dengan Tere, keesokan harinya kil menceritakan kejadian itu di sekolah hingga membuat Tere di kucilkan dan di bully, hal itu bikin mental Tere hancur, dan Tere memutuskan untuk pindah sekolah, namun kejadian itu terulang lagi untuk kedua kalinya"

Mata kak Riya mulai berkaca-kaca, Bian yang melihat itu ikut merasa simpati terhadap kondisi Tere.

"Tere kembali mendapatkan teman, namun Tere membawa temannya di waktu yang tidak tepat, lagi-lagi pertengkaran di rumah membuat teman tere tidak suka dan akhirnya tidak mau lagi berteman dengan Tere dan semenjak itulah Tere sudah trauma punya Teman, Jadi kakak sedikit merasa aneh ketika Tere membawa seorang Teman"

" Sakit banget ya Tere" Bian bergumam dalam hati

"Dan kakak takut tere bakalan ngerasain hal yang sama"

"Tidak semua yang pernah terjadi akan terjadi lagi kak, kakak tenang aja, aku bakalan Jagain Tere, aku bakalan sayang sama Tere" Spontan kata-kata itu keluar dari mulut Bian. Kak Riya pun hanya Tersenyum

"Tolong gantiin posisi kakak ya Bian, kakak sayang sama Tere, cuman kakak udah gila Bian"

"Kakak ngomong apa sih kak, gak ada yang bisa gantiin posisi seorang kakak bagi Tere"

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang