Part 14. Rumah sakit

37 22 11
                                    

Setelah  mendengar cerita masa lalu Tere, kini Bian dan Tere memutuskan untuk duduk di sembuh cafe sebelah mall, mereka tidak kembali ke sekolah karena Bian baru saja mendapat telfon dari Marvel kalau sekolah di pulangkan lebih awal, karena pak febri guru olahraga ternyata mengalami kecelakaan. Marvel yang tau keberadaan Bian di cafe memutuskan untuk ikut bersama Bram. Di sinilah Bian dan Tere sekarang, masih menunggu kedatangan Marvel dan Bram yang katanya sudah otw dari tadi.

"Tu bocah pada kemana sih, udah hampir satu jam masih belum datang-datang" Bian ngedumel sambil melihat jam tangannya.

"Sabar" Tere ingin sekali tertawa melihat wajah masam Bian. Tapi dia mengurungkan niatnya.

Terlihat motor vespa putih baru saja terparkir mulus di depan cafe, dua pemuda itu tergesa-gesa turun dan langsung masuk ke dalam cafe.

"Oy bro" Bram menepuk bahu Bian setelah melihat keberadaan mereka yang duduk di bagian luar Cafe  menghadap ke kolam ikan.

"Kalian lama banget dah, udah hampir setengah jam gue sama Tere nunggu di sini" Bian menatap dua temannya kesal

" Salahin tu motor kesayangan Marvel, Tiba-tiba mogok di tengah jalan, terpaksa babang Bram yang ganteng ini mendorong motor sampai ke tempat bengkel, eh tau-taunya cuman kehabisan bensin, untung teman, kalau gak udah  gue bacok tu anak" Bram duduk di salah satu kursi sambil menyambar minuman yang ada di depan Bian.

Bian melihat pasrah minumnya yang di teguk habis oleh Bram.

"Hh,,tadi gue lupa cek bensinnya" Marvel tersenyum kikuk dan duduk di samping Tere.

Tere hanya melihat tingkat laku mereka bertiga sambil sesekali menyembunyikan senyumnya karena tidak kuat menahan tawa melihat tingkah laku si Bram.

"Hai Tere" Marvel tersenyum sambil menyapa ke Tere.

"H,,Hai juga" Tere juga membalas dengan senyuman ke arah marvel.

Woy,,,,.

Bram tiba-tiba langsung berdiri sambil menutup mulutnya dengan satu tangan dan satunya lagi menunjuk ke arah Tere. Mereka bertiga tiba-tiba terkejut melihat tingkah Bram.

"K,,kenapa ya? " Tere yang merasa dirinya di tunjuk merasa tidak enak

" Wah,,,
Ini gila sih, ini pertama kali gue liat lo senyum seumur hidup. hhh,,,,akhirnya salah satu misteri di hidup gue terpecahkan"

Mereka semua tertawa mendengar penuturan dari Bram, Tere yang mendengar itu pun ikut tertawa terbahak-bahak.

"Tapi cantik, ya gak vel" Bram menyikut lengan Marvel

"Ekhem,,," Bian berdehem sambil mengepalkan tangannya ke arah Bram.

"Canda we canda" Bram yang tau maksud dari gerakan Bian langsung gelagapan mencari alasan.

"Silahkan kalian mau pesan apa," Bian mengangkat tangannya seperti memanggil seorang pelayan cafe tersebut. Dengan sigap pelayan memberikan daftar makanan dan minuman.

"Yan, lo yang traktir kita semua ye" Bram terlihat  sangat antusias.

"Bacot" Bian memutar matanya malas

"Eh btw keadaan kakak lo gimana Tere, baik-baik aja kan?" Tere seketika bungkam, dan ingin sekali menjawab pertanyaan dari Marvel, tapi mulutnya tidak mau bergerak

"Keadaan kakak Tere udah baik-baik aja kok, beberapa hari lagi udah di bolehin pulang" Bian yang melihat Tere bingung langsung mengambil alih pembicaraan

"Emang kakak si tere sakit apa?"

Tere tiba-tiba merasa panas dingin, dia tidak tau harus berkata apa lagi.

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang