Part 17 Rumah Bian

48 24 7
                                    

Sedih banget gak ada yang komen+vote tapi gak apa-apa, agar menjadi secuil manusia berguna aku akan tetap semangat wkwkw

Next
.
.
.
.
Bian menepuk kedua tangannya ke udara, membuat semua terdiam.

"Sorry tadi ada nyamuk" Bian kembali  memasukkan tangannya ke saku celana.

"Clara, kalau lo gak mau berakhir seperti nyamuk tadi mendingan lu diam deh" Bian dengan mata sipitnya menatap sinis ke arah Clara. Clara yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun tidak bisa bergeming dan kembali ke tempat duduknya.

Selang beberapa menit, Marvel masuk ke dalam kelas di ikuti oleh bu Sri di belakang.

"Pagi anak-anak" Bu Sri meletakkan semua bukunya di atas meja.

"Pagi buk,,," Mereka semua serempak menjawab

"Maaf ya ibuk telat masuk, tadi ibu lupa sama jadwal ibuk"

"Mendingan gak masuk aja buk, ya gak vel" Bram menyikut Marvel dan berbisik ke arahnya.

"Bram,,,," bu Sri berkacak pinggang di depan meja Bram dan Marvel. Sepertinya bu Sri mendengar pembicaraan mereka, membuat Bram berakhir belajar di lantai dan Marvel masih di beri toleransi karena memanggil bu Sri di kantor.

"Nasib-nasib" Bram menggaruk kepalanya pasrah. Membuat semua teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

Tere yang biasanya Semangat untuk belajar matematika, kini sepertinya ada yang sedikit berbeda, entah itu hanya perasaan Bian atau memang ada yang berbeda. Bian menatap Tere berusaha untuk mengerti kondisi perempuan itu saat ini. Terlihat dari sorot matanya kalau perempuan itu sedang tidak memikirkan pelajaran di papan tulis yang dia tatap, raganya memang ada di dalam kelas tapi jiwanya seperti berada di tempat lain. Bian masih diam tidak bisa memilih untuk berbicara, karena bu Sri akan menghukum mentah-mentah mereka yang berbicara di dalam mata pelajaran.

Setelah 4 jam mengurungkan niatnya akhirnya Bian berani menanyakan apa yang sedang terjadi kepada Tere setelah kepergian buk Sri dari dalam kelas.

"Tere,,,kamu tadi pagi udah minum obat kan" Bian menggeser kursinya persis menghadap Tere.

"Aduh!! Lupa, tadi karena telat bangun aku buru-buru banget jadi gak sempat makan deh" Tere menyeringai ke arah Bian. Membuat bian menyipitkan matanya.

"Pasti gara-gara kamu begadang kan, kamu kalau di Bilangin ngeyel ya, susah banget buat di bilangin" Bian lagi-lagi memarahi Tere seperti di rumah sakit kemaren.

"Eh,,tapi tunggu dulu deh, aku rasa masih ada di dalam tas ini deh, soalnya kemaren kan gak sempat aku keluarin" Tere mengaduk isi tasnya berharap menemukan sesuatu yang sedang dia cari.

Tara!!!

Tere mengayun-ayunkan kanton kresek hitam yang berisi obat-obatan.

"Ayo ke kantin, kamu makan dulu abis itu langsung minum obat" Bian menarik tangan Tere menuju ke kantin sekolah.

Eh,,,

Eh,,,,,,

Tere hanya bisa pasrah di tarik oleh Bian, lagian Tere juga salah, kenapa tidak minum obatnya, kan buat kesembuhan dia juga.

Tere duduk di salah satu kursi kantin, sambil menunggu Bian memesan makanan.

"Aku sudah berusaha  untuk tetap berfikir positif, tapi tidak bisa" Tere bergumam dalam hati.

"Bunda lagi di mana ya, bi Reni  jagain zidan gak ya" Semua terlintas di pikiran Tere.

"Jangan sering-sering ngelamun gitu, sini cerita" Bian meletakkan satu piring penuh nasi goreng di depan Tere dan sebotol air mineral.

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang