part 25 Rindu

13 5 4
                                    

Malam harinya Tere sedang duduk di balkon kamar dengan semua tumbukan buku sekolah miliknya, sambil menikmati segelas coklat panas yang tadi bi Reni antarkan. Tere merasa ada sedikit yang berbeda belakangan ini, namun tere pun tidak tau.

Tere melihat sekilas ke arah handphone miliknya, berharap ada notifikasi yang bertuliskan nama Bian, namun nihil bahkan sejak dari tadi sore menunggu, hasilnya tetap sama.

tak mau ambil pusing Tere menyibukkan diri dengan buku pelajarannya, mau tidak mau Tere tetap harus fokus belajar di karenakan minggu besok sudah mulai ujian kenaikan kelas.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Sudah 4 hari Tere menjalani paginya tampa Bian. laki-laki yang selalu usil, jahil Dan membuat Tere kesal itu, kini berhasil membuat Tere sedikit rindu.

Tere hanya bisa menarik nafasnya dalam, dia tidak tau kemana laki-laki itu sekarang. Bahkan 3 hari lagi mereka akan mengikuti ujian akhir semester.

"kamu ke mana sih" Tere menatap langit yang di penuhi awan putih sejauh  mata memandang. Hari ini sangat cerah namun tidak dengan suasana hati Tere.

Bram dan Marvel hanya bisa melihat Tere dari kejauhan. Mengintip gerak-gerik Tere.

"Si bangsat itu gak tau Tere lagi kesepian banget" Marvel dan Bram bersembunyi di balik pintu kelas.

" Kan katanya ada urusan keluarga, lo ngerti lah" Marvel juga ikut memperhatikan Tere

"Iya, gue tau, tapi lihat tu si Tere, dia kek waktu itu lagi, dia sering ngelamun lagi"

"Iya sih, cuman mau gimana lagi"

Marvel hanya bisa mengiyakan perkataan bram yang ada benarnya.

Bel pulang pun berdering.
Beberapa hari terakhir seperti biasa Tere berjalan sendirian menyusuri lorong menuju gerbang sekolah.

Mang ojek pun ikut heran dengan sifat Tere yang tiba-tiba jadi pendiam, namun mang ojek tidak mau ikut campur untuk saat ini.

Sesampainya di rumah, Tere berjalan gontai menaiki anak tangga. Seperti biasa, rumah Tere terlihat sangat sepi, bunda hanya menghabiskan waktunya di kamar begitupun dengan kak Riya. Zidan pun sekarang sedang tidur siang, semakin menambah heningnya rumah Tere.

Sesampainya di kamar Tere menghamburkan dirinya di atas kasur empuk miliknya, merentangkan dua tangannya dan menatap langit-langit kamar.

" Bian kamu ke mana? Kamu udah lupain aku? Kamu pindah ya?" Semua hal negatif muncul di benak Tere.

Hening sesaat Tere masih stay dengan posisinya saat ini, entah apa yang di pikirkan Tere, dia hanya diam sambil menatap langit-langit kamar.

"Gue harus ke rumah bian" Tere beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah lemari pakaian untuk mengganti baju.

Tak butuh waktu  lama, Tere sudah siap dengan baju sederhana ala Tere, meskipun sederhana namun tampak mewah bila di kenakan oleh Tere.

"Assalamu'alaikum, bunda, Tere ke rumah bian dulu ya" Tere menyalami tangan bundanya yang sedang terduduk atas kasur sambil memainkan Hpnya.

Tere masuk ke dalam mobil hitam milik keluarganya yang perlahan melaju di jalan raya.

" Pak, bapak pulang aja ya, takut nanti bunda butuh bapak di rumah" Tere turun dari mobil setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit.

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang