part 27. Ujian akhir semester

9 4 0
                                    

 3 hari sebelum ujian akhir semester, Tere benar-benar fokus mengajarkan Bian belajar, meskipun terkadang laki-laki itu merengek tidak mau belajar seperti anak kecil yang di suruh makan oleh ibu nya.

Sekarang tiba lah hari H ujian akhir semester, semua siswa melangkahkan kakinya ke ruang ujian masing-masing. Sudah jelas kalau Tere dan Bian satu ruangan begitupun dengan Marvel dan Bram.

Ujian pertama pun di mulai. Bian terlihat begitu sangat serius mengerjakan soal demi soal yang ada di kertas ujiannya.

"Gue percaya lo bisa yan" Tere bergumam dalam hati sambil melihat ke arah Bian.

Bel ujian kedua pun berbunyi, menandakan waktu ujian pertama sudah habis. Bian terlihat tenang saat ini, membuat Tere yakin kalau Bian lumayan bisa dengan mata pelajaran tadi.

"Lo yakin bisa ngerjain ujiannya sendiri Tere? " Bian berdiri di depan meja Tere.

Tere memutar bola matanya malas "gak salah lo nanya itu sama gue?" Tere mengangkat satu alisnya membuat Bian terkekeh.

"Ke taman yuk, sekalian bahas soal MTK" Bian menarik tangan Tere, tere yang di tarik pun hanya bisa pasrah sambil mengikuti bian dari belakang.

Taman sekolah penuh dengan kesibukan siswa yang belajar di kursi-kursi taman, begitupun dengan Bian dan Tere saat ini.

"Ngerti kan" Tere menarik nafasnya panjang berharap bian mengerti dengan apa yang tadi dia jelaskan.

"Ngerti keknya hehehe" Bian menggaruk kepalanya dengan pulpen yang dia pegang.

Tere menghembuskan nafasnya kasar.

"Keknya?" Tere menunjukkan ekspresi penuh tanda tanya ke arah Bian.

"Aaa,,dah lah gue pusing" Bian meletakan kepalanya di atas meja. Tere yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Tere"

Bian menegakan kepalanya, seolah ada sesuatu yang terfikir di benaknya.

"Kita main seandainya yuk" Tere mengerutkan keningnya tidak paham.

"Seandainya?"

"Seperti ini, gue kasih lo pertanyaan dengan kata seandainya, jadi lo harus jawab sesuai kata hati dan harus benar-benar jujur" Bian berusaha menjelaskan. Tere diam sejenak mencerna apa yang di maksud bian.

"Ayok" Tere berseru mengerti.

"Seandainya nilai matematika gue merah lo bakal ngapain gue?"

Tere berfikir sejenak.

" Gue bakalan bikin kepala lo sama kek nilai matematika lo"

Bian melirik kepalanya.

" Sekarang giliran gue"

"Seandainya gue pergi, lo bakal apain gue?"

Bian berdecak kesal, tau maksud pertanyaan tere.

"Kan lo yang ngajak gue main seandainya-seandainya gitu, gimana sih" Tere kesel menyandarkan punggungnya ke bantalan kursi taman.

"Iya" Jawab Bian pasrah

"Seandainya lo pergi gue gagal" Bian tampak serius.

"gagal?" Tere mengerutkan keningnya.

"Seandainya gue yang pergi lo bakal apain gue?"

Bian mengalihkan pembicaraan.

"Seandainya lo pergi, gue juga bakalan pergi" Tere menjawab dengan lantang.

***

Hari-hari berlalu, ujian akhir semester  pun selesai. Tere pun merasa juga merasa hidupnya perlahan mulai membaik.

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang