Happy reading and enjoy!💗
>>>
“Itu Sya, gue kesana dulu ya!” Nea pergi membawa jualannya meninggalkan Fanasya yang memesan minuman.
Penglihatan Nea dari jauh tidak salah. Sang target tengah asyik berbincang dengan teman dekatnya.
“Kak, Fiksi buruan beli gorengan gue, Kak. Maksa nih.”
Merasa ada seseorang ketiganya menengok ke arah Nea. “Gak, makasih,” ujar Fikri lalu mengabaikan.
“Testi dong gorengan gue gimana, Kak Reigan sama Kak Fathir. Biar Kak Fiksi percaya dan mau beli.” Nea tanpa permisi duduk di kursi kosong, di sebelah Fikri. Sambil menangkup dagu dengan kedua tangannya.
“Jadi, ya gorengan lo tuh bikin si Reigan Men--”
“Aw! Sakit,” Fathir menatap Reigan yang telah mencubit pahanya. Ia belum selesai menamatkan ucapannya.
“Men?” Nea menggebrak meja keras. “Gorengan aku bikin Kak, Reigan jadi Men?”
“Jelas, kan? Gorengan lo nggak sehat. Bisa-bisa gue juga sama kaya Reigan.” Fikri berujar datar.
“Cret,” ucap Fathir begitu pelan. Hingga tidak ada yang mendengarnya.
Reigan menggeleng kuat. “Bukan-bukan Men. Maksudnya tuh mentul, ya, mantul.” Reigan mengangkat kedua jempolnya dan menyengir.
Nea mengangguk lega. Ia beralih menatap Fikri disebelahnya. “Tuh mentul, Kak!Makanya cobain beli.”
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Fikri. Sebuah ide terlintas dalam benaknya.
“Gini aja deh, kalau Kak Fiksi gak mau beli gorengan gue. Mau jadi pacar gue nggak? Yaudah, kalau gak mau biar gue jadi pacar lo, Kak,” ucap Nea santai.
Fikri hampir tersedak dengan minuman es kelapanya. Ia menatap datar pada Nea yang berani sekali terang-terangan mengungkapkan isi hatinya. “Sorry, Kriteria cewek gue mandiri, gak bawel, dewasa. Bukan cewek jamet kaya lo.”
Catat! Fikri Laskara mengidamkan perempuan yang jauh banget dari yang Nea miliki.
Nea hanya menyunggingkan senyuman. “Mungkin saat ini gue jadi jamet. Tapi suatu saat nanti gue jadi soulmate.”
“AHAHAHA! Lo nembak dia?” tanya Fathir tidak habis pikir.
“Kenapa? Orang gue suka,” ucap Nea jujur.
Fathir tertawa menepuk bahu Reigan di sebelahnya yang sama ikut menggelengkan kepala. “Bagaimana cara kita memberitahunya?"
Saat Reigan akan menyahut, tapi tiba-tiba suara gadis dari arah jauh sudah mendahuluinya.
“Nea! Dicariin kemana aja? Buruan katanya mau keliling lagi.” Fanasya berlari menghampiri. Ia baru sadar ternyata temannya tengah bergabung dengan kakak kelasnya.
“Gue pergi dulu, Kak Fiksi. Sampai ketemu minggu depan. Babay!” pamit Nea tak lupa melambaikan tangan pada Reigan dan Fathir.
Setelah kepergian gadis itu, Fikri bernapas lega. Pikirannya masih berputar-putar.
Fathir mengaduk-aduk es jeruk di depannya. “Hayoloh, kayanya beberapa hari ke depan lo bakal jadi incaran si gadis tukang gorengan itu, Fik.”
“Nea namanya,” sahut Reigan santai sambil memakan mie kuetiaw.
Fikri memijat kepalanya yang terasa berat. Untuk sekolah terakhir ini Fikri hanya ingin hidup tenang. “Cara musnahin gimana, ya?”
“Maksud lo?” tanya Reigan.
Fikri menatap balik kedua bola mata Reigan. “Musnahin tuh cewek centil dari sekolah ini.”
“Bunuh aja kalau lo ga tega. Sebenci itu lo sama dia?” tanya Reigan, ia meminum air biasa dalam botol miliknya.
“Oh, jelas. Dia ganggu gue terus dan tadi apa katanya? Dia suka gue? Amit-amit.” Fikri menggeleng-gelengkan kepalanya.
Fathir mengusap dagunya berpikir. Tak lama ia tersenyum senang. “Makanya lo beli gorengan dia. Siapa tahu dia bakal berhenti kejar-kejar lo.”
Fikri menaikkan satu alisnya, “Sampai kapan pun gue nggak akan pernah beli.”
“Yaudah ....” ujar Fathir dan Reigan kompak.
- To be continued -
Terimakasih sudah membaca dan meluangkan waktunya 💗
Mau heran tapi ini si Fikri. Hadeuh 😐
° Minggu 08 Oktober 2023. °
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm not romantic
Roman pour Adolescents[1] Sorry, I'm not romantic a story by : risfaazzahra Nea adalah seorang gadis yang tergila-gila dengan karakter tokoh fiksi. Setelah dirinya mengenal sebuah novel romantis. Hobinya yang terus menerus ia lakukan menjadi memiliki keinginan untuk mem...