CHAPTER 09 : °Scarier than Ghost°

100 31 7
                                    

   Happy Reading and enjoy! 💗

>>>

Napas yang keluar dari hidung dan juga mulut terdengar memburu bersamaan dengan dada yang naik turun. Bulir-bulir keringat keluar dari pelipis saat melihat wanita berambut panjang membawa keranjang. Lelaki itu ngos-ngosan sambil melihat ke sekeliling. Dirinya berada di dalam hutan gelap. Tak ada seorang pun yang datang saat ia meneriaki nama seseorang.

Panggil saja cowok itu Fikri. Alih-alih mencari jalan keluar wanita berambut panjang lebat itu kembali muncul di hadapannya beberapa senti meter. Fikri semakin takut, nyalinya menciut saat wanita itu tersenyum penuh misteri kearahnya.

“Siapa lo? Maju sini lo kalau berani gue nggak takut.” kepalan di kedua tangan Fikri sudah siap ancang-ancang saat wanita itu mulai berjalan mendekat.

“Hihihihi, Kak Fiksi lo gak takut sama gue?” tanya perempuan berbaju putih panjang itu semakin mendekat.

“L-lo siapa bangsat?!” kedua kaki Fikri refleks melangkah mundur.

“Lo gak perlu tahu. Gue bawa gorengan buat lo, Kak Fiksi. Dimakan, ya! Hihihi!” perempuan tersebut mengeluarkan satu bakwan jagung yang masih hangat dalam keranjang tersebut.

Fikri menggeleng keras. “Enggak! Gue bilang enggak!”

“Harus mau dong, hihihi.” senyum mematikan itu terulas bersamaan tangan perempuan itu terangkat memegang rahang tegas Fikri.

Fikri mencengkram lengan perempuan gila di depannya. “Lepasin, gak?!”

Cowok itu memberontak, berteriak marah dan ketakutan.

“Fikri kamu kenapa, Nak?” tanya Fridda yang duduk di tepi ranjang putranya yang tidur seraya berteriak.

Cowok itu bangun terduduk dengan setengah sadar. Ia melihat ke sekeliling dan juga Mamanya. Ternyata itu hanyalah bunga tidur.

Ari kamu babacaan teu saacan tidur teh?” tanya Fridda heran.

Fikri mengusap wajahnya kasar. “Lupa.”

“Pantesan teriak-teriak. Kirain ditidurin sama setan ah, bikin panik.” Fridda mengecek dengan menempelkan telapak tangannya di dahi anaknya itu.

“Terus kenapa tadi jerit-jeritan kitu?”

Fikri teringat jelas mimpi buruk tadi dimana dirinya berada di hutan memakai pakaian kaos hitamnya yang sekarang dikenakan. Dia menatap Mamanya serius. “Mama tahu nggak sekarang ada hantu baru.”

Fridda kontan mengusap kedua lengannya. Bulu kuduknya terasa merinding. Mengingat jika dirumahnya itu hanya ada mereka berdua saja. “Hantu baru? Sejak kapan?”

“Sejak satu minggu ini, Ma. Aku udah dihantuin di sekolah dan lebih parahnya lagi sampai kebawa mimpi hari ini, Ma.” Fikri menaikkan selimutnya itu hingga dada.

“Hantu naon maksudna?” tanya Fridda penasaran.

Fikri memajukan badannya berniat berbisik, “Hantu Gorengan. Lebih takut dari hantu, Ma.”

Satu tamparan keras mendarat di lengan Fikri. Cowok itu meringis sakit.

“Ngaco mana ada hantu gorengan. Udahlah tidur besok sekolah, Nak.” Fridda akan berdiri. Namun, Fikri menahan pergelangan tangan Mamanya.

“Bentar, Ma Fikri mau cerita.”

“Hm sok ku Mama di dengerin. Cerita naon?” Fridda kembali duduk.

“Jadi, ada cewek yang jualan gorengan di sekolah terus maksa Fikri buat beli gorengan itu. Fikri nggak mau, Ma karena caranya itu yang bikin Fikri jadi nggak mau beli.”

Sorry, I'm not romantic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang