Bacanya pelan-pelan pak, Sopir.
Jangan sampai ada yang kelewat baca narasinya meski gak cantik, ya guis 🌷Happy Reading n enjoy! 💗
>>>
"Lo udah gila Nea, lo udah nyakitin diri sendiri." Nea memarahi dirinya di pantulan kaca. Kedua tangannya bertumpu pada westafel. Tepat pada adzan subuh tadi berkumandang perut Nea kembali terasa sakit akibat kemarin makan sambal yang banyak.
Dan sudah tiga kali bolak-balik wc. Jangan sampai Mamanya-Lita mengetahui kalau Nea tengah kesakitan akibat ulahnya sendiri.
Dia keluar dari wc, berjalan gontai untuk membawa handuk. Pergerakannya terhenti ketika pintu kamarnya dibuka. Menampilkan Lita yang berjalan ke arahnya.
"Sama Mama di tungguin di dapur ko nggak datang-datang. Mama belum ngegoreng soalnya apa aja yang mau dibawa sekarang?"
Ah, Nea sempat lupa jika setiap selesai solat dan sebelum berangkat sekolah ia akan menyiapkan jualannya lebih dulu dengan dibantu Mamanya.
"Libur dulu, Ma jualannya. Besok Nea jualan lagi." Nea tersenyum sambil menahan rasa sakit di perutnya.
"Yaudah, biar Mama aja yang jualan depan rumah. Butik sekarang lagi sepi soalnya."
Nea mengangguk, "Mau aku bantu nggak ma ngegorengnya?"
Lita menggeleng, "Nggak usah, santai aja ko kan di rumah. Kamu mandi siap-siap sekolah."
-----
Setelah memakirkan motornya Nea berjalan memasuki kunci ke sakunya. Hari ini Nea pergi lebih dulu tidak bersama Fanasya karena Nea ada piket kelas.
Rasa sakit di perutnya agak mendingan setelah meminum obat sakit lambung. Tanpa di duga seseorang mengejutkan di sebelahnya.
"Hallo, Nea, jangan lupa semangat hari ini." Reigan yang berpostur tinggi itu tersenyum manis.
Nea tersenyum lemas, "Selalu semangat dong, Kak."
Keduanya berjalan beriringan. Reigan menatap Nea dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rasanya ada yang kurang dari gadis itu.
"Jualan lo mana? Gue mau beli padahal."
"Libur dulu, Kak hari ini. Atau kalau lo mau bisa ikutan PO. Besok gue ready anterin sampe depan rumah lo. Atau depan kamar lo juga nggak papa," balas Nea ngawur.
"Lain kali aja gue pesen. Sorry, ya."
Ne mengangguk tidak masalah. "Santai."
Saat di lantai dua Reigan berhenti ketika Nea akan memasuki kelas. "Gue masuk dulu, Kak. Semangat belajarnya!" Nea mengepalkan kedua tangan dan mengangkatnya tinggi.
Reigan mengangguk dan pergi menuju kelasnya. Setelah dirasa Reigan pergi, Nea keluar kembali untuk pergi ke toilet. Tiba-tiba saja perutnya terasa mual. Alangkah terkejutnya saat akan melewati ruang BK. Seseorang tengah melempar senyuman sinis ke arahnya.
-----
Ada sedikit kelegaan saat sampai di kelas. Karena hantu yang di gadang-gadang selama ini tidak mengganggunya. Fikri Laskara mendudukan bokongnya di kursi paling belakang yang dimana sudah ada Reigan-teman sebangkunya.
"Senyam-senyum kaya orgil. Lo habis menang slot?" tanya Reigan ketika melihat raut Fikri yang menyunggingkan senyumannya. Tumben sekali, pikirnya.
"Si tukang gorengan enggak ganggu gue lagi. Pasti udah nyerah dia." Fikri menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu rupanya sudah menyerah. Syukurlah, Fikri bisa hidup tenang selama masa-masa terakhirnya di sekolah.
"Orang dia libur dulu. Enggak tahu tuh kalau besok-besok."
Fikri mengangkat kedua bahunya acuh. "Bodoamat lah."
"Cuy! Gawat banget! Kalian harus tahu." Fathir memasuki kelas dengan napas yang memburu. Kedua telapak tangannya bertumpu pada lutut seraya mengatur napas.
"Tarik napas dulu, Bro. Duduk sini duduk." Reigan menepuk meja depannya agar Fathir duduk.
Fikri yang masih menunggu Fathir untuk mengatakan sesuatu itu kesal sendiri. "Buruan ngomong."
"Barusan gue nggak sengaja lihat calon pacar lo berantem sama si tukang gorengan itu."
Fikri berdiri, bersiap keluar kelas. "Dimana?"
"Noh, depan ruang BK," jawab Fathir.
Fikri segera keluar dan berlari. Untuk memastikan apakah ucapan Fathir benar atau salah. Begitu juga Reigan berlari takutnya terjadi huru-hara.
"Si anjing baru juga nyampe udah ditinggal." Fathir turun dari meja dan berlari keluar saat teman-teman sekelasnya sama untuk keluar.
-----
"Gue enggak akan diem aja kalau lo mulai pancing emosi gue." tunjuk Nea dengan tangan kanannya. Karena yang satunya ia meremas perutnya sedari tadi.
Fanasya yang tahu itu sedari tadi mencoba menarik tangan Nea. Tapi gadis itu sangatlah keras kepala.
Tepat waktu menunjukkan pukul setengah tujuh sebagian orang-orang yang berlalu lalang melihat dua orang yang tengah bertengkar. Bagi mereka itu sangatlah kekananak-kanakan. Guru-guru belum ada yang datang. Nea tahu gurunya itu lebih telat daripada murid-muridnya.
"Siapa juga yang mancing emosi lo? Gue nanya challenge lo enggak berhasil emang salah?" tanya Lovysa menatap Nea yang sedikit lebih pendek darinya.
Nea mendengus sinis. "Oke, gue terima soal itu. Terus yang awal maksud lo apaan tadi bilang kalau gue murahan lah karena ngejar-ngejar Kak Fikri, ha?" Memang saat dirinya akan ke toilet dan melewati kakak kelasnya itu. Lovysa mengatakan bahwa Nea perempuan murahan. Dan itu sangat jelas terdengar olehnya.
"Lo nyadar gak sih?" Lovysa mencondongkan badannya dan berbisik, "Lo itu emang murahan, jamet, alay."
Nea mengepalkan kedua tangannya. Ia mendorong bahu Lovysa kuat membuat sang empu hampir kehilangan keseimbangan. Untungnya ada seseorang yang menopang tubuh rampingnya. Siapa lagi jika bukan Fikri Laskara.
"Lo nggak papa, Sa?" Fikri menatap khawatir pada Lovysa
Lovysa menggeleng dan membenarkan posisi berdirinya dibantu Fikri.
Nea yang melihat itu memalingkan wajahnya. Ada tersirat sedikit rasa cemburu.
Fikri berjalan satu langkah ke depan Nea. "Masih pagi udah ribut. Pergi lo, enggak malu diliatin orang?"
"Semua ini gara-gara lo!" telunjuk Nea mendarat di bahu Fikri dan mendorongnya. Andai saja Fikri sedikit membantu Nea untuk membeli gorengannya itu, ia takkan dihina seperti barusan oleh Lovysa.
Nea membalikkan badannya dengan pandangan yang semakin menggelap. Fanasya menghela napas lega akan tetapi belum napasnya berhembus keluar. Nea jatuh tak sadarkan diri.
•••
Kabarnya bahwa sampai saat ini Fanasya masih belum mengeluarkan napasnya. Hahahaha
Terimakasih sudah membaca dan meluangkan waktunya 💗
°Sabtu 16 Desember 2023.°
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm not romantic
Teen Fiction[1] Sorry, I'm not romantic a story by : risfaazzahra Nea adalah seorang gadis yang tergila-gila dengan karakter tokoh fiksi. Setelah dirinya mengenal sebuah novel romantis. Hobinya yang terus menerus ia lakukan menjadi memiliki keinginan untuk mem...