CHAPTER 30 : °Fried Food Ambassador°

70 8 8
                                    

Happy Reading n enjoy! 💗

>>>

"Panggilan kepada siswi bernama Nea Mara Bilova kelas 11 IPS 2 diharapkan segera ke lapangan. Sekali lagi, panggilan kepada Nea Mara Bilova ditunggu di lapangan. Terimakasih atas perhatiannya."

Suara perempuan petugas osis itu terdengar di setiap spiker yang berada di kelas. Nea yang sibuk makan permen gagang dan menulis hanya diam sambil memikirkan, kira-kira masalah apalagi yang dirinya perbuat.

"Eh, Nea lo dipanggil, cepetan pergi sana," Fanasya menepuk-nepuk lengan Nea.

"Alah, palingan di suruh ambil absen jum'at." ucap Nea sambil terus menulis tugas.

"Woy! Nea! Si Abizar nge-wa gue nyuruh lo buat ke lapangan sekarang," teriak Faisal dari luar kelas.

Dengan malas Nea berjalan keluar menuju lapangan. Orang-orang sudah berkerumun di lapangan. Dalam benak Nea masih bingung. Mau dipermalukan kah?

Bisik-bisik mulai terdengar saat Nea membelah kerumunan. Panas matahari perlahan menyengat kulit putihnya. Langkahnya terhenti di tengah-tengah.

Suara terompet yang keluar kertas menyambar rambutnya. "Selamat Nea Mara Bilova atas kemenangannya!"

"WOHOOOO! CIE! SELAMAT!"

"DUTA GORENGAN NIH, BOS!"

"MENYALA NEAQUHHH!"

Nea yang mendapat kejutan itu menahan malu dan merasa terharu. Banyak yang memberinya bucket bunga. Apalagi saat dipasangkan pita di badannya bertuliskan 'Duta Gorengan'. Semua atensi tertuju padanya.

Salah satu osis mempersilakan Nea untuk megucapkan sepatah kata dengan memakai mik yang sudah disediakan.

Nea berjalan pelan dan berdehem saat sudah memegang miknya. "Ekhem, tes tes. Oke bagus. Semuanya terimakasih banyak buat dukungannya yang udah ngebantu aku nyelesain tantangan aneh ini." Nea menatap ke sekeliling yang menatapnya balik. "Tanpa kalian mungkin tantangan aku enggak bakal selesai. Alhamdulillah dan akhirnya aku bisa namatin ini semua. Ini adalah satu-satunya pengalaman menarik untuk aku. Sekali lagi, terimakasih."

Tak lama Abizar datang membawa tote bag berisi hadiah. Ia menjabat tangan Nea dengan hati yang tertohok.

"Selamat, Nea. Dugaan gue salah ternyata," Abizar berucap seraya alisnya berkerut karena panas.

Nea menerimanya dengan senang hati. "Enggak mau tahu, pokoknya mulai sekarang lo harus turutin mau gue. Sesuai perjanjian waktu itu."

Jauh di tepi lapangan. Fikri Laskara bisa melihat gadis yang selama ini mengejarnya tengah mengobrol bersama lelaki. Ia bisa melihat dari atas kelas di lantai tiga.

Reigan tiba-tiba datang menyenggol lengannya, "Enggak disamperin? Ucapin selamat minimal."

Fikri melirik sekilas ke arah Reigan, "Malu gue, Rei. Gue yang selama ini jadi penghambat dia, yakali ikut-ikutan kesana."

Reigan tertawa seraya menggelengkan kepalanya. "Punya malu juga lo. Gue kira udah putus."

"WOY! FIKRI! REIGAN! TURUN SINI!" Fathir berteriak keras dibawah sana. Cowok itu sudah stand by di meja yang sudah dihidangkan makanan khusus anak-anak Nevada.

"Caw, bro!" Reigan merangkul paksa Fikri untuk segera turun kebawah.

***

"Mau rasa apa?"

Abizar dan Nea kini sepulang sekolah menuju warung eskrim. Kali ini Nea ditraktir oleh Abizar. Menurutnya ini baru permintaan pertama. Jadi masih gampang untuk diturutin.

Nea mengetuk-ngetuk jarinya, "Eumm gue mau rasa cokelat, strawberry, sama vanilla. Corongnya pengen yang guede banget!"

Abizar memutar bola matanya malas. Dirinya sudah seperti memanjakan adik kandung.

Sambil menunggu pesanan Nea menonton tv yang ada di warung itu. Terakhir dirinya menonton kelas sembilan SMP.

"Bu, beli roko sebungkus sama minuman kalengnya satu."

Merasa familiar dengan suara itu Nea menoleh ke sebelah dan ternyata itu adalah Reigan.

"Kak Rei," ucap Nea begitu antusias.

Reigan menunjuk Nea, "Loh? Jajan?"

Nea mengangguk semangat, "Ditraktir om Abizar."

Setelah mengambil rokonya Reigan menjulurkan tangan. Jangan lupakan senyuman manis yang sedari tadi Reigan tunjukkan. "Selamat yaaa."

Nea membalas uluran tangan tersebut. Hingga kedua pipinya terasa memanas. "Makasih, Kak."

Nea salah tingkah, dirinya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "G-gue ambil es krim."

Begitu juga dengan Reigan yang sama entah harus berbuat apa. Ia hanya bisa menggaruk alisnya. "Oke, gue duluan Nea."

Nea buru-buru mengambil es krimnya yang sudah jadi. "Abi, gue pulang duluan, ya. Fanasya udah di sana. Makasih banyak loh."

"Inget ya, ini baru permintaan pertama!" teriak Nea sambil melambaikan tangan.

Abizar yang berdiri dengan tangan terkepal itu hanya bisa menatap tajam Nea. "Cewek gue aja bukan, apaan anjing harus turutin kemauan dia."

Tanpa disadari ucapan Abizar tak sengaja di dengar oleh Reigan yang saat itu akan mengambil  uang kembalian di warung itu.

- To be continued -

Terimakasih sudah membaca dan meluangkan waktunya 💗

°Senin 25 Maret 2024.°

Sorry, I'm not romantic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang