CHAPTER 39 : °Break up°

18 3 3
                                    

Happy reading n enjoy! 💗

>>>

   Gadis yang memakai cardigan putih itu tidak berhenti kesana kemari di lorong rumah sakit. Ia bingung untuk masuk ke dalam ruangan nomor 20 yang dimana pacarnya tengah terbaring di dalam sana.

Nea menggigit bibir bawahnya cemas. Tangannya sedari tadi meremas tas selempangnya. Melihat jam di tangannya sekarang sudah pukul jam delapan malam. Sudah satu jam dirinya mondar-mandir.

Tidak mau dianggap curiga oleh orang lain, Nea memantapkan hatinya untuk masuk.

Jantungnya berpacu lebih cepat. Perlahan gadis itu menutupkan pintu dan kembali berjalan pelan ke arah ranjang.

"Nea? Kamu datang? Maafin aku," Reigan  menarik lengan Nea yang sudah mendekat dan terduduk di tepi ranjang.

"Maaf," ucap Nea pelan. Ada rasa iba disaat melihat wajah Reigan yang terlihat ada bekas babak belur.

Tanpa permisi air matanya menetas membasahi pipi. Reigan sontak mengusap nya penuh sayang.

"Aku yang minta maaf, Nea. Eh, kenapa nangis  jangan nangis dong."

Nea menarik napas panjang dan tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

"Siapa yang pukulin pacarku sampe luka-luka gini?" Nea memeriksa setiap inci wajah Reigan. Dia mengakui wajah kekasihnya itu memang tampan. Tapi berbanding terbalik dengan sikapnya itu.

"Sshh, jangan khawatir, aku pantas ko dapat ini semua." Reigan tersenyum seraya memainkan jarinya.

Nea berdiri menjaga sedikit jarak. Reigan yang melihat itupun merasa aneh.

"Aku ingin istirahat dari hubungan ini," ucapan yang lancar dari mulut Nea keluar begitu saja.

"Maksud kamu? Kamu mau putus?" tanya Reigan memastikan. Rahangnya mengeras seiring dengan detak jantung yang kian tak menentu.

"Aku senang selama kita menjalin hubungan. Kak, Rei selalu aku anggap kakak laki-laki, bahkan sekaligus pacar. Aku senang."

Ini mungkin keputusan yang salah. tapi Nea yakin, dengan mengakhiri hubungannya, dia tak akan pernah merasa dicampakkan lagi.

Dengan mengakhiri hubungannya, Reigan tidak perlu merasa takut ada yang mengekangnya lagi.

"Jadi, mari akhiri semua ini dengan baik-baik?" Nea mengangkat kedua alisnya.

Reigan menggelengkan kepalanya, "Kamu bercanda bukan?"

"Aku serius, Kak."

Reigan mengangguk, mengacak rambutnya asal. "Oke, kalau itu yang kamu mau."

"Aku pergi ya? Jangan pernah temui aku lagi." Nea perlahan mundur dan buru-buru pergi dari sana. Menyisakan kenangan yang telah mereka buat bersama.

Ada kata-kata yang pernah Nea baca, selesaikan badainya bukan ganti orangnya. Perkataan itu 99% benar. Tapi jika salah satu orang itu tidak ada yang mau berubah, maka Nea yang akan mengalah.

Nea terus menyeka air matanya sepanjang lorong rumah sakit. Lagipula siapa yang bisa merelakan orang yang disayang?

Reigan lelaki baik. Tetapi dia akrab pada semua wanita cantik. Nea merasa tidak pantas untuk menjadi kekasihnya.

- To be continued -

Terimakasih sudah membaca dan meluangkan waktunya 💗

Maaf ya cuman bisa kasih sedikit....
baru update lagi jadi agak kaku euy

buat kamu yang vote n komen pokonama lopeee sakarung 💋❤

17an ngapain aja ???

° Minggu 18 Agustus 2024.°

Sorry, I'm not romantic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang