CHAPTER 02 : °The best thing°

239 37 10
                                    

Happy reading and enjoy! 💗

"Jika tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada gehu untuk didahar. "
-Nea Mara Bilova.

>>>

Satu tahun kemudian

Biasanya istirahat siang ini di kantin akan ramai. Tetapi, tak hanya di kantin. Suasana di dalam kelas 12 IPS 2 tidak kalah ramai, salah satunya di meja paling belakang kini dikelilingi sekumpulan siswa-siswi yang heboh membeli dagangan milik adik kelasnya.

Nea Mara Bilova, menjual gorengan buatan Mamanya. Ia menjalankan profesi ini sudah berjalan hingga menginjak kelas 11.

Ya, semenjak dirinya kelas 10 yang awalnya berjualan bazar karena tidak laku, akhirnya memutuskan untuk menjual Gorengan dengan versi berbeda dari yang menurutnya sudah pasaran. Ini adalah tantangan dalam hidupnya untuk bisa mendapatkan uang saku jajannya. Semakin dirinya beranjak dewasa ia malu untuk meminta pada orang tuanya. Meskipun orang tua Nea masih cukup bisa membiayai anak sulungnya itu.

Memang jualan yang ia dagangkan biasa saja. Jelas, makanan di kantin jauh lebih elit. Akan tetapi yang menjadi daya tarik pembeli entah itu teman sekelas, kakak kelas bahkan guru menyukai sambal buatan Mamanya Nea.

"Buset, gue dulu kids."

"Mau sambalnya yang banyak!"

"Eh, jangan dihabisin gue juga mauuu."

Nea yang kewalahan dengan memasukkan gorengan untuk kakak kelasnya itu jadi pusing sendiri. Untungnya di bantu Fanasya teman yang sudah satu tahun menjadi saksi berjualan gorengan.

Langkah tegap ketiga remaja dari arah kooridor menuju kelas yang ditujuinya setelah dari ruang guru. Samar-samar terdengar keributan dari dalam kelasnya. Seketika ketiga laki-laki itu berhenti di ambang pintu.

Fikri Laskara, lelaki berambut koma menatap tidak suka ke dalam kelasnya yang seperti pasar. Ricuh. Niatnya istirahat dia akan tidur di dalam kelas.

Dibelakang di sisi kanan ada Reigan Saskara. Cowok bermata coklat itu tak kalah terkejut. Dia hanya bisa ikut diam di belakang Fikri.

Sedangkan yang satunya lagi cowok bernama Fathir Anugerah. Nampak menyunggingkan senyuman. Sepertinya perpecahan sebentar lagi akan terjadi.

Fikri berjalan mendekat dan menggebrak meja hingga menimbulkan suara. Seketika semua yang ada disana terlonjak kaget.

"Bubar." suara datar dengan tatapan dingin menyorot pada teman sekelasnya yang perlahan menjauhkan diri. Ada yang kembali duduk dan juga pergi keluar. Menghindari amukan seorang Fikri.

Gadis yang sedari tadi membelakangi kini memutar badan. Nea terpaku kala sosok lelaki yang selama ini dia idamkan ada di depannya beberapa senti. Dia sedikit menganga tak percaya.

"S-sebentar Kak, aku lagi jualan." Nea berusaha untuk tidak gugup kala cowok itu menatap mengintimidasi.

"Ini sekolah, bukan tempat jualan. Pergi lo."

Bukannya menurut, Nea justru meladeni kakak kelasnya yang perempuan yang belum sempat membawa gorengannya.

Fikri maju selangkah, teman sekelasnya bersiap untuk menghadang. "Pergi, sebelum gue buang semua jualan lo itu."

Sorry, I'm not romantic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang