Happy reading n enjoy! 💗
>>>
Sudah berjalan dua hari dan Nea sama sekali belum berani untuk berjualan lagi. Ia dan Fanasya juga tidak membicarakan hal itu dan mencari tahu siapa dalang dibalik semuanya. Mengingat orang-orang membencinya dan pasti tidak akan ada yang membeli. Dirinya juga tidak seperti biasanya menunggu Fikri di parkiran hanya untuk berharap cowok itu meliriknya, oh ralat. Membeli dagangannya.
Tidak mengganggu Fikri malah cowok satu ini yang mengganggu Nea. Siapa lagi jika bukan Abizar.
"Lo ngertiin gue dong. Kasih gue kesempatan dulu buat memperbaiki semuanya." Nea memandang jengah pada Abizar yang baru saja menyuruhnya untuk berbicara di taman.
"Mau sampai kapan, Nea? Lo tinggal nyerah aja apa susahnya sih. Dengan begitu semuanya kelar."
Gadis itu membalas tatapan tajam Abizar yang lebih tinggi darinya. "Sampai Kak Fikri mau beli jualan gue, paham?"
"Kalau emang dia beneran nggak mau selama-lamanya gimana? Masih nggak akan nyerah?" tanya Abizar.
Nea berdecak kepalanya pusing belum lagi kedua matanya yang bengkak akibat nangis semalaman. "Iya, gue bakal nyerah kalau gue udah capek. Gue pergi, bye!"
-----
"Jajan apa ya kagak ada yang bikin selera," Fathir menatap cemberut saat sudah menginjakkan kakinya di kantin.
Ketiganya sudah menyusuri setiap stand dari ujung ke ujung. Tetapi tak ada satupun yang menarik.
"Sama gue juga." cowok dengan tangan satu menyaku yang bernama Reigan itu menatap lemas.
"Terus ngapain kita kesini kalau nggak bakal jajan? Udahlah, biasanya lo pada nggak kaya gini," tutur Fikri kesal.
Reigan menjentrikkan jarinya, "Gue tahu kita harus kemana." Reigan merangkul Fathir dan menyeretnya pergi dari sana.
Fikri mengikutinya dari belakang dengan terpaksa.
Disisi lain Nea dan Fanasya tengah memakan mie kwetiaw di dalam kelasnya. Dapat diketahui kalau Nea tidak ingin memakan di kantin. Itupun ia menitip makanannya pada Fanasya.
"Sampai sekarang tuh penjahat kagak muncul-muncul. Heran gue," Fanasya memulai obrolan.
"Gila, lo! Yakali 'hai aku penjahat yang udah racunin makanan Nea' bloon," maki Nea kesal sambil memakan mie miliknya.
Fanasya mendekatkan tubuhnya ke sebelah Nea dan berbisik, "Menurut lo siapa sih dalangnya?"
"Enggak tahu, tapi kayanya Kak Lovysa deh, soalnya dia kelihatan benci banget sama gue," bisik Nea.
"Kalau kata gue nih, ya pasti si Kak Fikri yang berani ngelakuin itu. Lo juga tahu kan gimana dia bencinya sama lo apalagi sama dagangan lo."
Nea membantah tuduhan Fanasya, "Enggak mungkin lah, Kak Fiksi ngelakuin itu."
Fanasya menepuk jidatnya, "Emang kalau udah cinta pasti buta segala-galanya."
Nea yang melihat kedatangan cowok anggota basket menepuk-nepuk lengan Fanasya di atas meja. "Sya, Kak Reigan ngapain kesini, anjir."
"Hah?" Fanasya langsung megalihkan atensi ke ambang pintu.
"Permisi, mau cari Nea ada?" tanya Reigan belum ngeh kalau Nea ada di bangku belakang.
Kala teman sekelasnya memberitahu Nea jantung gadis itu berdebar-debar tak karuan. Terlebih cowok itu menghampiri bangkunya dengan melemparkan senyuman.
Sebentar, dimana Fikri?
"Nea, gimana kabarnya?" tanya Reigan yang masih berdiri menatap Nea yang bengong.
Fathir yang sedari tadi dirangkul melepaskannya. Sedikit dengan gaya cool ketika banyak adik kelasnya.
"Eh, aku baik, Kak." Nea tersenyum canggung. Kedua netranya ke arah lain mencari sosok yang sudah lama ini dia tidak menyapanya.
"Lo nyari Fikri, ya?" Reigan bertanya seolah ia bisa membaca pikiran Nea.
Belum Nea menjawab cowok itu lebih dulu meneriaki Fikri.
"Fikri! Sini lo ngapain nunggu disitu. Katanya lo kangen." Reigan tertawa renyah, ia menatap Nea, "Bercanda Nea."
Tak kunjung datang Reigan kembali bertanya, " Lo masih jualan nggak? Gue sama Fathir mau beli, nih."
Fathir hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan tak lupa tersenyum.
"Enggak Kak masih takut buat jualan," sahut Nea seadanya.
"Kenapa temen lo enggak masuk?" Fanasya memicingkan kedua matanya kearah dua cowok itu. "Oh, jangan-jangan dia yang racunin jualan Nea. Iya kan? Jadi malu buat datang kesini."
"Sya, lo enggak boleh asal nuduh gitu. Kita enggak punya bukti." kedua alis Nea berkerut cemas.
Fanasya yang disebelahnya tersulut emosi, "Lah? Emang bener Nea dia kan benci banget sama lo."
"Ya, dia emang benci, tapi-- "
Ucapan Nea terpotong cepat oleh Reigan yang mempertegas dan menatap Fanasya tajam. "Fikri enggak gitu orangnya. Dia kalau udah benci sama orang enggak bakal lakuin hal rendah kaya gitu. Paling hilang respect doang."
Suasana canggung kembali mengudara. Nea ingin sekali menyumpal mulut polos Fanasya dengan kaus kakinya. Bisa-bisanya Fanasya menuduh Fikri yang notabene nya cowok cuek tanpa minat itu melakukan hal diluar nalar.
Lagi pula Fanasya dan Nea belum terlalu dekat untuk mengenal bagaimana karakter cowok itu.
"Yaudah, Rei kita jajan keluar sekolah aja. Besok kalau lo jualan jangan lupa dateng ke kelas kita, ya." giliran Fathir yang merangkul Reigan untuk pergi dari sana.
Barulah Nea bisa bernapas dengan lega.
"Udah, jangan nuduh-nuduh Kak Fiksi lagi. Malu kalau udah suudzon malah salah."
"Yaudah sih, hahahaha. Serius banget lo?" Fanasya tertawa tanpa dosa disebelahanya.
Nea mencubit pelan paha Fanasya, "Ya gimana nggak serius itu Kak Reigan hampir marah tadi."
Fanasya berbisik pelan, "Omong-omong kayanya Kak Reigan suka sama lo. Beda banget sama sikapnya, lo mikir gitu enggak sih?"
Sebenarnya Nea jarang sekali ada yang menanyai kabarnya. Mengingat tadi Reigan sama sekali tanpa beban bertanya seperti itu membuat Nea hampir terbawa perasaan. Tetapi sangat disayangkan bukan cowok itu yang Nea mau.
Nea menggeleng kuat. "Ya allah jangan sampai suka sama gue. Gue sukanya sama Kak Fiksi ya allah."
- To be continued -
Happy new year🎉
Perayaan terbaik untuk merayakan tahun baru yaitu dengan memperbaiki diri agar lebih baik dari tahun sebelumnya.Terimakasih sudah membaca dan meluangkan waktunya 💗
°Selasa 02 Januari 2024.°
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm not romantic
Roman pour Adolescents[1] Sorry, I'm not romantic a story by : risfaazzahra Nea adalah seorang gadis yang tergila-gila dengan karakter tokoh fiksi. Setelah dirinya mengenal sebuah novel romantis. Hobinya yang terus menerus ia lakukan menjadi memiliki keinginan untuk mem...