Happy reading and enjoy!💗
•••
Seperti biasanya gadis yang selalu membawa keranjang berisi dagangan dan juga raut ceria tak luntur sama sekali. Hawa dingin pagi menyeruak saat gadis itu sudah datang dan menunggu seseorang di parkiran sekolah. Karena hari ini juga dia ada piket kelas.
Beberapa menit berlalu orang-orang yang diantarkan atau membawa kendaraan sendiri datang hingga are parkiran terpenuhi. Fokusnya masih saja pada gerbang yang tak jauh dari parkiran. Hingga yang ditunggu-tunggu tiba. Tapi sebentar. Cowok itu membonceng perempuan?
Nea semakin memperjelas penglihatannya saat Fikri dan cewek itu turun untuk memparkirkan motor. Nea tahu perempuan itu. Bukankah perempuan yang saat itu nyanyi duet bersama Fikri?
Nea mengepalkan tangannya. Berlama-lama dirinya menunggu. Namun, hasil yang didapatkan hanyalah kemesraan mereka saat Fikri mencoba membantu buka helm perempuan itu. Keduanya berjalan diikuti Nea dari belakang sedikit berjarak.
Jika seperti ini Nea harus bagaimana menawari cowok itu? Nea menganggukkan kepalanya yakin bahwa perempuan itu bisa membantunya kali ini. Masalah perasaan cemburunya itu Nea singkirkan dulu.
Hingga detik itu juga Nea tanpa malu ikut berjalan beriringan di sisi kanan-sebelah cowok yang selalu memasang headphone di bahunya.
"Eh, Kak Fiksi selamat hari kamis buat Kakak yang selalu manis seperti arumanis." Nea tersenyum menampilkan lesung pipinya menatap Fikri yang tinggi.
Fikri yang mengetahui itu menatap sekilas. Sudah bisa dia tebak pasti gadis itu akan menawari gorengan. Cih, basi!
"Hai." sapa Lovysa ramah.
Cih! Nea tersenyum paksa. Ketiganya berjalan dengan tempo sedang. Kenapa harus perempuan itu yang membalas. "Kak, Fiksi mau beli gorengan nggak? Siapa tahu sekarang mau." badan gadis itu sengaja merapatkan ke badan Fikri.
Hal itu sukses membuat Lovysa merasa risih dan mengambil jalan di tengah. Agar Fikri tidak dekat-dekat dengan adik kelasnya itu.
"Wah, kebetulan nih udah lama aku nggak beli. Mau dong beli lima."
Nea segera membuka keranjang dan mengambil gorengan yang sudah terbungkus lima itu. Tadinya untuk teman sekelasnya yang sudah order. Tapi kasihkan saja dulu untuk perempuan itu. Karena gorengan yang Nea bawa tidak hanya satu biji.
"Thank's."
Nea sedikit mencondongkan badan menatap Fikri di antara Lovysa. "Kak Fiksi ayo beli dong. Kak Vysa aja beli."
Saat akan menaiki tangga penguhubung lantai 3 Lovysa teringat jika adik kelasnya ini berada di lantai 2. "Kelas kamu kelewat lho. Kenapa ikutan naik?"
"Ah, iya lupa. Aku duluan ya, Bye!" dengan perasaan tertohok Nea memutar badan dan pegi.
Fikri dalam hati merasa menang. Gadis itu sepertinya tidak berani bertindak lebih jauh rupanya. Untung saja saat tadi pagi dirinya mengajak Lovysa berangkat bersama.
-----
"Kenapa sih lo? Banyak yang beli dari tadi perasaan lo diem terus. Gak biasanya."
Seperti biasa istirahat Fanasya dan Nea berkeliling jualan di area sekolah. Fanasya mengetahui sikap sahabatnya itu tidak seperti biasanya nampak jauh berbeda sekali dengan Nea yang asli.
"Gue lagi kesel, gimana coba caranya Kak Fiksi beli gorengan gue? Ditambah lagi Kak Lovisa deket-deket mulu sama Kak Fiksi."
Keduanya berjalan beriringan menuju kantin yang ramai. Fanasya menepuk sekilas bahu Nea. "Ceilah, hubungannya belum jelas. Cemburunya udah melampaui batas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm not romantic
Ficção Adolescente[1] Sorry, I'm not romantic a story by : risfaazzahra Nea adalah seorang gadis yang tergila-gila dengan karakter tokoh fiksi. Setelah dirinya mengenal sebuah novel romantis. Hobinya yang terus menerus ia lakukan menjadi memiliki keinginan untuk mem...