CHAPTER 14 : °Everyone hates it°

70 21 7
                                    

Happy reading n enjoy! 💗

>>>

"Kak Fiksi Laskara!"

Fikri yang berjalan di tepi lapangan itu melihat seseorang yang meneriaki namanya dari arah yang berlawanan. Gadis itu berlari sambil menenteng keranjang pinknya.

"Masih belum nyerah?" tanya Fikri diakhiri dengan seringai.

Gadis itu senyam-senyum dan berkata, "Nyerah bukan hobi gue, Kak. Hobi gue loving someone who doesn't love me back. Well, ah."

(Mencintai seseorang yang tidak mencintaiku balik.)

Fikri mengabaikan ia melanjutkan langkahnya akan tetapi langsung dicegat oleh Nea. "Eitsss, gue belum selesai. Beli dulu ini soalnya ada varian baru, Kak."

Fikri menaikkan sebelah alisnya.

Kepala Nea menunduk dan membuka isi keranjangnya. "Nih, gue kasih tahu bukan cuman ada bakwan sama gehu doang, Kak. Sekarang ada risol, tempe, karoket, martabak telor, cir-- woy! Kak Fiksi anjir."

Nea dongkol saat Fikri pergi berlari meninggalkannya.

Dia menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal. "Aseli susah banget bikin tuh anak beli gorengan gue, huftt."

Gadis itu reflek melihat jam di tangannya yang tidak memakai arloji. Kedua matanya melotot. Nea baru ingat, kemana jam pemberian hadiah dari ayahnya itu? Terakhir ia memakai saat kemarin bertengkar dengan Lovysa. Dan saat pulangnya juga ia tidak menyimpan jam di tempat semula seperti biasa.

Ah, Nea baru ingat. Apa jangan-jangan tertinggal di UKS?

Tanpa berpikir lama-lama ia berlari menuju UKS. Membuka sepatu dan menyimpan dagangannya. Untungnya pintu UKS tidak dikunci oleh petugas PMR meski harus dengan sedikit tenaga untuk mendobraknya.

Begitu Nea sibuk di dalam. Seseorang yang kebetulan lewat dan sudah memiliki niat jahat itu memasukkan sesuatu ke dalam dagangan Nea. Sambil memastikan situasi aman dia mengaduk-aduk sambal yang berada di dalam keranjang itu. Ia mencampurkan sesuatu ke sambal itu yang nantinya akan membuat orang-orang seketika merasakan sakit luar biasa.

Begitu selesai orang itu kembali pergi dengan mimik yang biasa saja.

"Duh, Nggak ada lagi. Kemana ya ... apa mungkin diambil Kak Reigan?" tanya Nea pada diri sendiri. Ia menggigit kuku cemas sambil keluar UKS dan memakai sepatunya. Sebelum bel masuk ia harus berkeliling jualan dulu.

-----

Bel istirahat berbunyi memutus pelajaran sejarah yang membosankan. Nea dan Fanasya pergi ke kantin. Sempat bertatapan dengan teman seangkatannya. Justru Nea heran, kenapa orang itu menatap tajam.

Tak hanya itu saat sampai di kantin samar-samar Nea mendengar gosip yang menyangkut dirinya.

"Temen gue si Salwa dari pagi dia bulak-balik wc sekolah. Pas gue tanya dia terakhir makan apa katanya makan gorengan yang punya si Nea." segerombolan gadis bergosip yang tak jauh dari Nea berdiri saat memesan makanan.

"Jangan-jangan emang makanan tuh gak sehat lagi." sahut yang lain sambil menikmati makanannya.

"Sya, apa dagangan gue ada yang salah, ya?" tanya Nea memastikan.

Begitu mereka sudah membawa pesanan yang dibungkus. Nea memakannya saja di kelas dan itu disetujui oleh Fanasya.

"Kenapa lo nanya gitu?" tanya Fanasya balik.

Sorry, I'm not romantic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang