Hemodialisa. Satu kata itu benar benar mengerikan bagi Rani sekarang. Mungkin bagi orang berpunya, akan enteng saja dijalankan. Namun baginya, lain cerita. Ibunya telah divonis pembengkakan jantung. Dan setelah analisa dokter, penyebabnya adalah gagal ginjal.
Hemodialisa, Ya! Benar, cuci darah. Rani menghela napas lagi. Hemodialisa harus dilakukan ibunya seminggu dua kali. Seminggu, dua kali. Berapa biayanya itu? Tujuh ratus lima puluh ribu, sekali tindakan. Satu juta lima ratus ribu, setiap minggu. Enam juta setiap bulan. Seumur-umur Rani belum pernah memegang uang sebanyak itu. Namun pengobatan mahal itu mutlak dilakukan. Jika tidak, Ibunya akan mati lemas.
Rani tumbuh besar menjadi seorang gadis remaja tanpa merasakan kasih sayang seorang ayah. Ayahnya meninggal ketika Rani masih berusia delapan bulan karena kecelakaan. Sejak saat itu, Ibunya yang bekerja serabutan sebagai tukang cuci atau pembantu rumah tangga yang pulang hari, harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri dan Rani. Dan Rani bukan gadis yang tidak tahu diri. Prestasinya di sekolah selalu baik. Gadis itu tahu sang ibunda selalu bekerja keras agar dirinya mendapat pendidikan yang layak. Karena itu, Rani sudah bertekad akan secepat mungkin bekerja, untuk membantu meringankan beban ibunya. Itulah alasan ia memilih untuk sekolah di SMK.
"De'....", tiba-tiba terdengar suara memanggil.
Rani masih diam.
"Hei, De'...."
Rani terkejut. Seketika ia mendongakkan kepalanya. Lebih terkejut lagi ia mendapati sosok yang memanggilnya berwajah tampan. Pemuda berusia di akhir usia duapuluhan, atau awal tigapuluhan. Ia mengenakan kemeja putih berpasangan dengan pantalon berwarna krem.
"Sendirian disini? Receptionistnya mana? ...", ujarnya.
Rani seperti tersihir. Entah kenapa. Laki laki ini begitu tampan. Apakah dia mau menologku? Tiba tiba terpikir pertanyaan aneh di benak Rani.
"Lho, kok nangis?", pemuda itu bertanya bingung seiring dengan air mata Rani yang tiba-tiba mengalir.
Rani terkesiap. Dengan tergesa-gesa ia menghapus air matanya. "Eh iya Pak? Maaf... maaf... tadi... eh.. Bapak mau check out?", Rani gelagapan.
Si pria tampan tersenyum geli. "Nggak, saya nggak mau check out. Saya kan kerja disini", ujarnya lembut.
"Hah?", Rani terlihat bingung.
"Kamu nggak kenal saya?", senyum pria tampan itu kembali menghiasi wajahnya. Membuat Rani seakan limbung. "Tadi kenapa, kok nangis Ran? Eh kamu dipanggil Rani kan?"
Astaga, kenapa dia tahu nama aku? tanya Rani dalam hati. Tapi gadis itu hanya mengangguk.
"Nah, mau cerita kenapa tadi kamu nangis?", si tampan malah menatap Rani. "Diputusin pacar ya Ran?", kemudian ia tersenyum simpul.
"Ah, Bapak... bisa aja...", Rani kembali mengusap matanya. "Rani belum punya pacar Pak...", gadis itu mencoba menyunggingkan senyum.
"Terus kenapa dong?", si tampan kembali bertanya.
"Ah nggak apa apa Pak...", jawab Rani.
"Terus kenapa nangis?", si tampan mengejar terus. "Ada yang bisa aku bantu?", si tampan kembali menatap Rani dengan lembut.
Rani menatap pria tampan itu dengan ragu-ragu. Kondisi Rani sekarang sudah jelas membuat gadis itu memerlukan bantuan. Bantuan dana. "Rani butuh uang Pak..", ujar Rani tanpa sadar. Seketika gadis itu menutup mulutnya. "Eh... aduh... maaf Pak....", wajah gadis itu seketika menjadi panas.
"Buat beli pulsa?", si tampan nyengir kuda.
"Ah enggak... enggak...", ujar Rani kembali gelagapan. "Bu... buat cuci darah...", karena kalut dan malu, Rani malah berkata jujur. "Eh.. aduh... ", gadis itu kembali menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Masa Muda Ft. KPOP IDOL [ONE SHOT STORY] CERITA DEWASA!!!
Romance🔞⚠️ Short story NCT 18+ & 21+ RAIKANTOPENI 🔞 Short story Oneshot NC ❤️ Cerita hanya fiktif apabila ada kesamaan jalan cerita itu hanya kebetulan 🥵🔫