"Dikhianati dan dibohongi itu beda-beda tipis, tapi pada dasarnya semua menyakitkan."
____________Lengkara
Adipati : Aku balik tugas dulu. Jaga diri baik-baik, Kara. Kalau besok-besok ada waktu senggang, aku pasti akan datang nemuin kamu. Kalau kamu mau simpan nomor ini boleh, tapi tolong jangan telepon atau kirim pesan kalau aku tidak menghubungimu dengan nomor ini, karena setibanya di Jakarta nanti, aku akan menon-aktifkan nomor ini. Hati-hati, Lengkara. Terima kasih untuk semuanya.
Aku membuang napas kasar. Saat untuk kesekian kalinya aku menatap nanar ponselku dan memandangi pesan yang dikirimkan Adipati tadi pagi.
"Heh, ngapain? Kok ngelamun? Eh, anyway, selamat, ya, akhirnya kamu bisa mendapatkan Mas crush yang udah kamu idamkan sejak masih SMA," ucap Tania girang.
Kemarin, setelah sampai di rumah, aku memberitahu Tania jika aku dan Adipati jadian. Sudah terbayang, kan, bagaimana hebohnya dia? Mulutnya yang seperti toa itu, teriak-teriak tepat di telingaku.
"Tan ... ada yang mau aku tanyakan."
"Apa? Tanyao. Cuma tanya aja izin ribet banget!"
Aku diam sejenak, lalu mengambil napas panjang.
"Bayu, sebelum sama kamu udah pernah pacaran? Maksudku, dia punya mantan nggak?"
Tania mengernyit. "Ada. Si Angela, tiang listrik berjalan itu. Emang kenapa? Kok, jadi kamu bahas Bayu, sih?"
Aku menggeleng.
"Mas Adi bukannya katamu juga udah punya pacar sebelumnya?"
Aku mengangguk lemah.
"Terus apa masalahnya? Mantannya ngrecokin? Datang lagi minta balikan?"
"Mantannya udah nikah. Tapi ... kemarin bolak balik nelponin Mas Adi."
"Hah? Terus? Ditanggapi?"
Aku menggeleng cepat. "Nggak. Cuma ...."
Malam ini, entah kenapa aku merasa sulit tidur, mungkin efek terlalu bahagia dan berakhir jadi tidak mau hari ini segera berakhir. Sekarang aku jadi berpikir, Adipati itu apa tidak salah menaruh perasaan sama aku. Kami baru bertemu beberapa hari meskipun aku sudah sangat mengenalnya sejak lama. Eh, kok jadi kangen sama Adipati. Dia sudah tidur belum, ya?
Aku beranjak dari ranjang dan keluar kamar. Aku melihat siluet Adipati di area dapur. Saat aku hendak menghampiri, rupanya ia justru berjalan keluar rumah.
"Eh, mau kemana malam-malam begini?" gumamku seraya perlahan mengekori langkahnya.
Awalnya, aku sengaja hanya memandangnya dari kejauhan, berniat ingin mengagetinya, tapi sepertinya Adipati tidak hanya sekedar berjalan di sekitar sini saja. Dia melangkah jauh.
"Mau kemana?"
Rasa penasaranku ini benar-benar membunuhku. Akhirnya, aku sengaja mengendap-endap mengekori langkah kakinya dari kejauhan. Aku heran saat langkahnya kian dekat dengan blok besar yang ada di depan perumahan ini. Tak lama, aku melihat dia berhenti, seperti sedamg memperhatikan sesuatu.
Aku penasaran apa yang sedang ia tatap. Aku menoleh, aku tidak terlalu jelas melihatnya. Namun, saat orang itu berbalik.
"Itu Ranita!"
Aku membekap mulut dengan kedua tanganku. Terlebih saat Adipati berjalan mendekati wanita itu. Hati ini berdesir, berdegup lebih kencang terlebih saat aku melihat mereka berpelukan!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH
Romance"Seperti berjalan, hubungan pun juga harus punya arah agar jelas kemana nantinya akan bermuara."