"Haruskah aku percaya?"
____________
Lengkara
"Kamu ... calon Bang Adi, kan?"
Aku mengernyit menatap wanita cantik dengan rambut panjang dan senyum semringah itu. Wajahnya tampak tidak asing dan aku segera tahu jika wanita itu adalah Ranita, mantan kekasih Adipati.
Aku tersenyum dan mengangguk tipis. Ia tampak menatapku dengan saksama dari ujung kaki hingga ujung kepala kemudian kembali lagi, seolah sedang memindai sesuatu.
"Kamu, tahu Bang Adi ada di mana?" tanyanya.
Aku mengernyit curiga, tapi sedapat mungkin tidak aku tunjukkan. Aku tetap bersikap lembut dan sopan.
"Mas Adi sedang bertugas, Mbak," jawabku sopan.
Ia tersenyum miring. "Oh, ya? Yakin kamu dia ada tugas?" tanyanya seolah meragukan jawabanku.
Aku mengernyit. Sedikit melirik ke arah Tania yang sudah tampak geram berdiri di sampingku.
"Maksud mbak apa, ya?"
Ranita mendengus, lalu tertawa. "Kamu coba hubungi nomor ponselnya sekarang. Aktif atau tidak?"
Aku segera mengambil ponsel pintarku dan mencari nomor ponsel Adipati. Aku mencoba meneleponnya, tapi tidak ada sambungan. Aku mencoba mengirim pesan, tapi juga hanya mendapat centang satu. Aku bingung, sebenarnya kemana arah pembicaraan Ranita kali ini. Apa dia tahu sesuatu tentang Adipati?
"Nggak aktif, ya?" Ranita mengambil ponselnya dan memencet nomor seseorang.
"Sayang, kamu ada dimana?" tanya Ranita dalam sambungan teleponnya.
"Di lobi. Saya tunggu saja di sini."
Aku segera menyadari suara dari balik telepon itu. Itu Adipati. Bagaimana bisa?
"Oke, Sayang. Aku sudah selesai. Tunggu sebentar, ya."
Aku menatap tajam ke arah Ranita yang seolah tersenyum puas.
"Maksud mbak sebenarnya apa?"
"Saya cuma mau membuktikan sama kamu kalau Adipati belum sepenuhnya melepaskan saya. Dia hanya menjadikan kamu sebagai pelariannya. Buktinya, dia pulang tugas dan menyempatkan diri datang ke kota ini khusus untuk menemui saya. Sudah jelas, kan? Siapa yang nantinya akan dipilih Adipati?"
Tania yang sudah tidak sabar melihat tingkah mengesalkan Ranita itu pun mulai maju membentengiku.
"Mbak, jangan asal bicara, ya! Ingat, kamu dulu yang ninggalin dia dan status kamu juga sudah menikah. Sadar dirilah udah jadi bini orang jangan binal!" ucap Tania kesal.
"Tan, jangan keterlaluan."
Aku terus memeganggi tangan Tania agar dia tidak lupa diri dan terbawa emosi.
"Orang kayak gini emang harus ditegasin, Kar!"
"Terserah kalau tidak percaya. Saya pulang dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH
Romance"Seperti berjalan, hubungan pun juga harus punya arah agar jelas kemana nantinya akan bermuara."