Lengkara menangis sejadi-jadinya saat melihat ledakan itu tepat di depan matanya. Mata Lengkara membulat saat melihat gundukan tanah yang tadi dipersiapkan oleh tim keamanan berhamburan ke udara.
"MAS ADI!" teriak Lengkara histeris.
Lengkara meronta dari dua orang petugas yang mencekal tubuhnya. Ia berlari ke arah lapangan yang tampak sangat kacau itu.
"Mas Adi! Mas Adi!" panggilnya histeris.
"Tahan, Mbak, jangan mendekat. Berbahaya."
Banyak dari petugas itu menghalangi langkah Lengkara untuk mendekat sementara petugas yang lain memasang garis polisi pada lokasi ledakan.
"Tolong, Pak, saya mau lihat Mas Adi. Tolong!" pinta Lengkara seraya kembali menangis histeris. Ia bahkan sampai tak kuat lagi untuk berdiri hingga petugas menopang tubuhnya. Lengkara menatap gundukan tanah yang sudah tidak berbentuk itu seraya menangis histeris.
Lengkara bersimpuh sembari menggenggam tanah di lapangan itu.
"Mas Adi, tolong jangan tinggalin Kara seperti ini," ucap Lengkara lirih.
"Nangisin saya?"
Lengkara terdiam. Ia membuka matanya dan menoleh cepat. Ia membulatkan matanya saat melihat Adipati berdiri tegap di hadapannya dengan tubuh penuh dengan pasir.
"Mas Adi?" cicitnya.
Adipati tersenyum. "Saya masih hidup, Kara. Saya di sini," ucapnya lembut.
Tanpa pikir panjang, Lengkara berdiri dan sedikit terhuyung saat akan menghambur ke arah Adipati. Dengan cepat Adipati meraih tubuh Lengkara dan menatap wajah gadis itu yang basah karena air mata.
"Mas Adi."
Lengkara mendekap erat tubuh kekar Adipati. Ia juga menumpahkan kembali tangisannya dalam pelukan Adipati.
"Mas Adi masih hidup."
"Masih."
"Jangan pernah tinggalin Kara lagi seperti tadi. Kara nggak mau kehilangan Mas Adi seperti itu."
Adipati tersenyum kecil seraya mengusap lembut punggung Lengkara.
"Apa itu artinya kamu memaafkan saya?" tanya Adipati pelan.
Lengkara berdehem dan melepaskan pelukannya seketika. Ia berdiri sedikit menjauh dari tempat Adipati berdiri.
"Nggak semudah itu bisa dimaafkan. Memangnya gampang melewati delapan tahun ini?" ucap Lengkara seraya bersedekap dan membersihkan sisa tanah di tubuhnya.
"Baiklah. Saya akan berusaha sampai kamu bisa memaafkan dan menerima saya lagi."
"Ih, jangan ha -" Lengkara berhenti berkata saat ia melihat tangan kanan Adipati yang terluka. Terdapat luka seperti terbakar di pergelangan tangannya. "Mas Adi terluka," ucap Lengkara lirih.
Adipati tersenyum saat melihat raut wajah Lengkara kembali berubah sedih. Adipati melangkah maju dan merengkuh tubuh Lengkara dalam pelukannya.
"Saya janji nggak akan pernah ninggalin kamu lagi, Kara."
"Izin, Komandan, tim medis sudah menunggu."
Adipati melirik kesal saat melihat salah seorang anggotanya menghampiri dan menganggu dirinya.
Nggak tahu lagi temu kangen sama calon istri, batin Adipati.
"Mas Adi lebih baik ke rumah sakit."
"Saya nggak mau pergi kalau nggak sama kamu."
Lengkara membuang napas kasar. Lama tidak berjumpa ternyata Adipati jadi lebih manja dari Azriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH
Lãng mạn"Seperti berjalan, hubungan pun juga harus punya arah agar jelas kemana nantinya akan bermuara."