"Kata orang, tentara itu pergi demi tugas negara dan pulang demi cinta."
___________
Lengkara
Sepertinya aku sudah terbiasa ditinggalkan Adipati berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Ibaratnya, dia seperti angin datang dan pergi sesuka hatinya. Setiap kali aku melihat ponsel, hanya satu harapanku, menerima pesan singkat atau telepon Adipati yang mengabarkan jika dirinya baik-baik saja.
Sekarang saja, aku sudah tidak menerima kabarnya sama sekali sejak lima hari yang lalu. Padahal, katanya dia akan meluangkan waktu untuk sekedar memberi kabar.
"Ngelamunin apa? Adipati?" tanya Tania membuyarkan lamunanku.
"Yah, gitu. Dia udah lima hari nggak ada kabar. Padahal katanya mau kasih kabar tiap hari."
Tania mengernyit. Ia duduk sedikit dekat denganku dan memandangku lekat.
"Kamu yakin dia ... nggak selingkuh?" tanya Tania setengah berbisik.
Oke. Sepertinya ucapan Tania barusan cukup membuatku bertambah overthinking. Mengingat beberapa cerita tentang teman Tania yang diselingkuhi oleh pacar tentara mereka, atau pacaran dengan tentara yang ternyata sudah menikah. Aku mengembuskan napas kasar, lalu menatap Tania lemah.
"Mas Adi nggak kayak gitu."
"Tahu dari mana?" Tania menjeda kalimatnya sejenak, lalu mendengus. "Kemarin saja kepergok ketemuan sama mantan, kok. Walaupun dia bilangnya tugas, tapi kamu juga perlu tahu kegiatan dia sebenarnya. Dipantau, Kar. Biar nggak oleng lagi," ucap Tania.
Aku tersenyum kaku. Aku tahu, sejak SMA, Tania selalu berdiri paling depan jika aku merasa terancam. Atau jika ada orang lain yang membuatku marah, sedih, dan kecewa. Tania memang support sistem utamaku setelah ibu dan Mas Reksa. Namun, sekarang, untuk hal yang satu ini, aku tidak setuju.
Maksudku, mungkin sebagian orang curiga dengan Adipati. Takut jika kelakuannya sama seperti pria berseragam lainnya. Namun, ucapan Mas Reksa waktu itu cukup membuatku jauh lebih tenang.
"Kamu harus percaya sama Adi. Jika dia bilang tidak, itu artinya memang dia tidak melakukannya. Adi itu orang yang baik, Kara. Mas percaya sama dia bukan hanya dalam hal pekerjaan saja, tapi nyaris semua hal, termasuk ... untuk menjaga kamu, Lengkara. Mas percaya, dia tidak akan membuatmu kecewa, sedih, apalagi patah hati."
Sialnya, sepertinya ucapan Mas Reksa tempo hari tentang Adipati itu hanya memberikan efek 5% saja dalam menenagkan pikiranku. 95% lainnya, pikiranku mulai dipenuhi kecurigaan.
***
Hari ini, tanpa di duga, Adipati datang ke rumah dengan penampilan lusuh. Ia bahkan beberapa kali meringis saat melepaskan jaket denimnya. Ia membuang napas saat melihat aku membuka dan mengeluarkan seluruh isi tasnya.
"Kamu cari apa, Kara?" tanya Adipati heran.
Aku tidak menjawab. Aku mulai gagal fokus dengan beberapa jumlah ponsel yang berhasil aku keluarkan. Tiga ponsel pintar dan satu ponsel keluaran lama yang hanya bisa digunakan untuk menerima pesan dan menelpon.
"Ini kenapa hp lebih dari satu, Mas?" tanyaku mulai kesal. Bertambah kesal saat Adipati hanya diam saja.
"Mas!"
Adipati tersenyum, melihat wajah kesalku ia justru menangkup wajahku dan dengan cepat mengecup puncak kepapaku.
"Kamu sebenarnya lagi cari apa, sih, Sayang?" tanyanya setengah gemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH
Romance"Seperti berjalan, hubungan pun juga harus punya arah agar jelas kemana nantinya akan bermuara."