"Hati ini masih sayang, susah untuk melepaskan. Namun, apa daya, lebih baik berpisah daripada diduakan."
___________
Lengkara
"Jadi bener, dia masih ada hubungan sama mantan pacarnya dulu, Kar?"
Aku menangis sejadinya saat Tania menanyaiku hal itu. Usai pertemuanku dengan Adipati tadi, aku segera kembali ke cafe itu untuk mengambil sepeda motorku, lalu cepat-cepat aku segera menuju rumah Tania. Sahabatku untuk berbagi keluh dan kesah sedari SMA.
Tania terkejut melihatku yang begitu kacau. Ia segera mempersilakan aku masuk ke kamarnya dan membiarkanku meluapkan emosiku. Dengan masih terisak dan mata berair aku pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan Tania tadi.
"Aku minta penjelasan ke Mas Adi, tapi dia nggak mau menjelaskan, aku minta kejelasan tentang hubungan kami, dia juga nggak bisa jawab. Aku nggak tahu maksud dia apa minta aku jadi pendampingnya. Kalau ternyata hanya buat bahan pelarian dia aja, mending aku putus aja. Sakit, Tan!"
Aku kembali menangis sejadiku. Membekap wajah dengan bantal yang sudah basah karena air mata. Tania mengusap punggungku mencoba menenangkanku.
"Aku putus sama Mas Adi, Tan. Belum juga berkembang udah layu," ucapku sambil setengah terisak.
"Kamu kenapa nggak dengerin penjelasan dia dulu? Siapa tahu dia masih kaget lihat kamu tiba-tiba muncul di sana."
"Dia nggak mau bilang. Katanya dia ketemuan sama mantannya itu untuk menyelesaikan urusan mereka, tapi kenapa pakai belai-belai wajah segala kalau memang mereka mau menyelesaikan urusan?"
Tania diam. Ia menatapku lekat-lekat sebelum akhirnya memelukku erat.
"Sabar, ya, Kar."
"Apa emang aku nggak berjodoh sama Mas Adi ya, Tan? Aku padahal udah bahagia banget kemarin waktu Mas Adi minta aku untuk jadi pendampingnya. Aku pikir, dia punya perasaan yang sama, tapi ternyata .... "
"Memangnya dia nggak sayang kamu, Kar?"
Aku melepaskan pelukanku dan menggeleng perlahan.
"Hah?"
"Aku tadi sempat tanya, sebenarnya dia sayang sama aku atau enggak dan dia nggak jawab. Aku baru sadar kalau ternyata selama ini dia nggak ada atau belum ada perasaan sama aku, Tan. Apa mungkin, karena aku adik dari komandannya yang dia tahu kalau aku suka dia dari lama makanya memutuskan untuk nembak aku."
Aku mengernyit saat ponsel pintarku berdering. Aku mengambilnya dari dalam tas dan terkejut saat melihat nama Adipati muncul di layar ponsel.
Adipati is calling ....
"Siapa, Kar?"
"Mas Adi."
Aku menatap Tania sejenak sebelum melihat kembali layar ponselku. Aku menatap namanya dalam ponsel dengan tanpa menampilkan foto profil.
"Nggak kamu angkat, Kar?"
Aku menggeleng sebelum akhirnya membiarkan dering itu berhenti sendiri. Tak lama Adipati kembali menelepon, dan lagi, aku membiarkan telepon itu hingga tidak lagi berbunyi. Aku mengembuskan napas panjang. Rasanya hati ini terlalu sakit. Aku tidak menyangka orang yang aku cintai dalam diam sejak lama, ternyata justru yang membuat aku patah hati begitu dalam. Ini terlalu sakit.
Aku kembali melirik ponselku dan tampak nama Adipati lagi di sana. Aku meraih ponsel itu, bukannya menganggatnya, tapi aku justru menonaktifkan ponselku dan melemparnya ke atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH
Romance"Seperti berjalan, hubungan pun juga harus punya arah agar jelas kemana nantinya akan bermuara."