"Tidak ada kata lain selain siap saat menerima penugasan. Karena tugas adalah sebuah kebanggan dan mati dalam medan tugas adalah suatu kehormatan."
________________
Adipati
"Tugas baru untuk tim 671. Saya dan beberapa anggota akan segera berangkat ke Hongkong. Saya akan mengawasi kelompok WhiteRose dari dekat. Jika waktunya memungkinkan dan ada kesempatan, saya akan masuk kelompok tersebut, melakukan penyamaran. Segala informasi akan saya sampaikan secara berkala. Untuk penempatan di negeri ini, seperti yang sudah-sudah, kita akan kembali pada target, Bramastya. Dia adalah orang penting WhiteRose di negeri ini. Dan proses pendekatannya akan kita lakukan sama seperti kemarin. Letnan Adipati saya beri tugas mengawasi target dengan menggali informasi dari istrinya, Ranita. Eksekusi penggagalan penyelundupan dan penangkapan target, akan dilaksanakan oleh Tim 123. Sampai di sini ada pertanyaan?" tanya Kapten Reksa tegas.
Seluruh anggota termasuk aku pun hanya menjawab siap dengan tegas dan penuh penekanan. Usai rapat koordinasi usai, aku pun segera berjalan keluar ruangan untuk kembali mempersiapkan diri.
"Adi."
Aku terkesiap saat Kapten Reksa menepuk pundakku dan memintaku untuk berhenti dan duduk sejenak dengannya di koridor ruang rapat.
"Izin, ada petunjuk, Bang?"
"Untuk tugas kali ini, saya harap kamu nggak usah temuin Kara. Saya tahu pasti akan sulit bagi kamu, tapi ini lebih baik. Sebentar lagi kita akan melakukan eksekusi. Jika barang-barang selundupan itu masuk, tim akan segera menangkap target. Saya hanya tidak mau urusan pribadi kamu dan Kara justru menghambat jalannya eksekusi. Saya sudah perintahkan beberapa anggota untuk melindungi Kara, jadi kamu tidak perlu khawatir. Selesaikan tugasmu terlebih dahulu, Di," ucap Kapten Reksa tegas.
Aku mengembuskan napas kasar. Rasanya bertugas ditengah-tengah orang yang mengenal identitas pribadi kita akan jauh lebih sulit dari penyamaran lainnya. Terlebih, aku sadar, Jogjakarta bukanlah kota yang besar, ada kalanya aku bisa saja bertemu dengan Lengkara ditengah-tengah tugas dan jika itu terjadi, aku tidak ingin dia salah paham lagi. Karena kali ini, aku khusus datang ke Jogjakarta hanya untuk menemui Ranita demi mendapatkan informasi yang valid mengenai keberadaan Bramastya.
"Siap, Bang. Saya usahakan supaya tidak bertemu dengan Lengkara selama tugas."
"Bagus. Kamu punya peran sangat penting dalam tugas kali ini. Informasimu sangat berharga untuk kelancaran tugas ini."
Aku mempersiapkan diri. Malam harinya, bersama dengan anggota tim lainnya, kami berangkat ke tempat tugas masing-masing. Kapten Reksa sudah mengenakan pakaian kasual dan topi hitamnya dengan pakaian yang terkesan lusuh, ia bersama-sama dengan anggota lainnya menggunakan pesawat komersil untuk berangkat ke Hongkong.
"Saya titip Kara, Di. Tolong jaga dia."
Aku hanya berujar siap sebelum akhirnya melepas kepergian Kapten Reksa ke medan tugas bersama anggota lainnya. Kini, aku sudah bersiap, menggunakan kereta api sebagai alat transportasi yang membawaku ke Jogjakarta. Kami menyewa sebuah rumah di pinggiran kota yang sengaja kami gunakan untuk markas sementara.
Menghirup aroma Kota Jogja, yang ada dalam pikiranku hanyalah Lengkara. Rindu sekali rasanya ingin segera menemuinya, tapi apa daya, tuntutan tugas membuatku harus meredam rasa rindu ini lebih lama. Sulit rasanya, ada di kota yang sama tapi tidak bisa berjumpa. Sabar, Di. Tugasmu jauh lebih penting.
Sesampainya di rumah kontrakan kami, aku segera menghubungi Ranita. Terakhir kali bertemu, aku menyampaikan padanya jika aku akan bertugas di perbatasan sementara waktu, jadi sedapat mungkin aku tidak membuatnya curiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH
Romance"Seperti berjalan, hubungan pun juga harus punya arah agar jelas kemana nantinya akan bermuara."