Story XXXXIII

369 32 4
                                    

"Tzoya, kalo misal mereka berhasil dapetin pelakunya gimana? Kan yang kena Om Tzen juga" tanya salah satu gadis itu.

"Betul tuh Tzoy, lo mau Om Tzen dalem penjara?!" ucap gadis satunya.

"Aduh, kalian ini apaan sih. Kalian tuh lupa atau gimana sih?" tanya Tzoya.

"Emang apa?" tanya mereka.

"Bego bener jadi orang, kalian sebagai temennya bestienya Tzoya Berillia tuh harus pinter!" ucap Tzoya sedangkan temannya hanya menanggapi dengan cengengesan.

"Denger yah, Cherlyn dan Berlyn, Papi gue itu orang terkaya nomor 1 di Indonesia, jaman sekarang mainin jabatan boss dan Papi gue gabakal kalah dari siapapun" ucap Tzoya menyombongkan diri.

Cherlyn dan Berlyn hanya menanggapi dengan senyum lebar mereka.
"Bener juga lo Joy, gamungkin Om Tzen kalah dan ketangkep" ucap Berlyn.

"Soalnya Om Tzen banyak duit, hahahaha" ucap Cherlyn, dan mereka pun tertawa bersama.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Tzoya.

"Siapa?!" tanya Tzoya.

"Ih santai dong Kak, ini aku loh"

"Yeu, tiban masuk aja lo Dek" ucap Tzoya.

Tzolla pun membuka pintu kamar Tzoya bersama dengan kedua temannya.

"Kenapa Dek?" tanya Tzoya.

"Kakak, aku mau beli iphone baru, tapi kan rekening aku diblokir sama Papi" ucap Tzolla dengan jengkel.

Sedangkan yang lain malah tertawa, menanggapi curhatan Tzolla.

"Iiii kok pada ketawa sih?" tanya Tzolla.

"Lagian, siapa suruh buat koma Azely" ucap Tzoya.

"Ih, Kayak Kakak enggak aja" celetuk Tzolla.

"Ya beda dong Dek, Kakak kan ngikutin alurnya Papi" ucap Tzoya.

"Iiii iya iya, ayo cepetan Kak" ucap Tzolla.

Tzoya pun memberikan rekeningnya pada adiknya, kartu atm itu bisa digunakan sepuasnya oleh Tzolla dan kawan-kawan.

"Sok, beli apa aja yang kalian mau, mau beli iphone buat temen-temen kamu juga sok aja" ucap Tzoya.

Sontak mereka semua sangat bahagia, hahaha gak sia sia mereka temenan dengan keluarga seroyal itu.

"Makasih Kak, Kakak emang baik" ucap mereka dan pergi.

Tzoya memang baik, ia jahat karena keadaan.
Keluarga Tzendra sangat royal, ia pelit karena hati yang sakit.
Mereka semua baik, hanya saja, dendam mereka terlalu tinggi untuk melupakan semua ini.

★★★

"Beby?" panggil Bintang.

Beby pun menoleh dan menatap Bintang.

"Ada apa?" tanya Bintang.

Beby menarik nafas panjang untuk ini, ia benar-benar sulit untuk menjelaskannya, apa yang harus ia lakukan?

"Suster gadungan itu, temen-temennya Kak Deb" ucap Beby sembari menunduk.

Sungguh ia takut, ia takut jika Bintang akan marah besar padanya.

"Saat aku membuka komputer itu, aku menghack akun Kak Debby, karena aku melihat percakapan antara Kak Debby sama Kak Tzoya, saat itu mereka sedang membicarakan tentang bayaran 100jt jika berhasil dengan pembunuhan itu" Beby menjelaskan semuanya pada Bintang.

"Karena curiga dengan itu semua, aku mencoba masuk ke akun Kak Deb dan menemukan semuanya, Kak Deb yang masuk keruang rawat Azely dan Kak Naya yang masuk keruang rawat Aaliesha"

"2 hari sebelum itu, aku dan Jihan sudah menemui Kak Naya, aku mengancamnya jika dia berani menyebarkan rumor palsu itu, aku akan menghapus seluruh data penting kemahasiswaannya"

"Dan saat itu, aku dan Jihan berhasil menghentikannya, ternyata setelah 2 hari itu, ia melakukan itu, sungguh aku benar-benar tidak menyangka jika ia seberani itu" Beby semakin histeris, ia benar-benar merasa sangat bersalah. Ia juga berulang kali meminta maaf atas nama Kakaknya.

"Jadi, wajah pucet kamu waktu itu, karena ini Beb?" tanya Bintang, dan dibalas anggukan oleh Beby.

"Maaf, aku gak berani cerita, maaf Bin" lirih Beby, tangisnya semakin kencang.

Bintang dengan cepat langsung memeluk Beby, mendekap gadis yang ada disampingnya itu dengan lembut. Tak lupa, ia menggosok sesekali rambut Beby.

"Tidak Beb, tidak. Kau tidak bersalah, jangan salahkan dirimu" ucap Bintang dengan lembut.

"Ini kesalahanku Bin, ini kesalahanku" elak Beby.

Bintang pun menggeleng, ia juga mencium pucuk kepala Beby. Beby tertidur didalam pelukan Bintang.

"Aku gabakal biarin kamu pergi dari hidup aku Beb, aku janji, aku janji bakal bales perasaan kamu" ucap Bintang.

★★★

"Jihan oh Jihan, kenapa elo cakep?"

"Macam mana aku tak cakep, ortu aku cakep ortu aku cakep" balas Jihan.

"Tante oh tante, kenapa Tante cakep?"

"Macam mana Tante tak cakep, Ibu Tante cakep Ibu Tante cakep" ucap Jannah.

Mereka pun tertawa bersama, sungguh keluarga Jihan benar-benar harmonis.

"Lang, lo gak liburan emang?" tanya Jihan.

"Enggak, gue mah mau libur mau enggak tetep gini-gini aja sih" jawab Gilang.

"Gilang, nanti malam mau balapan sama Om?" tanya Justine.

"Balapan?" tanya Gilang.

"Iya Lang, lo kayak gatau Daddy gue aja" ucap Jihan.

Gilang pun tertawa.
"Kak Gilang takut nih" celetuk Zeela.

"Idih sembarangan aja lo Dek, siapa yang takut coba" ucap Gilang tak terima.

"Jadi, nerima nih?" tanya Jannah.

"Ooo iya dong Tante" jawab Gilang dengan mantap.

"Siap siap kalah kamu" ucap Justine.

"Ashiapppp, Om sih kalo kata aku mah" ucap Gilang.

Mereka pun tertawa bersama, Gilang benar-benar merasa seperti memiliki keluarga kedua, yup Gilang seorang anak broken home dan ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah, hanya ada Ibu yang selalu menemaninya.

★★★

jika ditanya siapa yg paling beruntung disini? ia adalah jihan.
vote komennya yg banuak dong, biar aku juga semangat buat upnya.
see you in the next story.

AALFAKASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang