Story XXXXXV

314 14 1
                                    

"Lo mau ngomong apa? Tudep" Tegas Azely.

Zio hanya diam, ia hanya memandangi wajah gadis pujannya, benar-benar tidak berpaling sedikitpun dari wajah indah Azely.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Azely sekali lagi.

Zio masih tidak berkutik, ia bahkan tidak ada niatan sedikitpun untuk memalingkan wajahnya.

"Seminggu lagi kita masuk sekolah, lo mau berangkat bareng gue gak?" Tanya Zio, ia terlihat gugup. Sangat gugup.

Azely termenung sejenak, memikirkan jawaban yang pas untuk Zio.

"Gue gabisa, lo ajak Jila aja" Ucap Azely. Zio tersentak sesaat, ketika Azely menyebutkan nama gadis lain.

"Kenapa? Dan, kenapa juga harus nyuruh gue sama orang lain?" Tanya Zio, wajahnya berubah sekarang.

"Mau gue jelasin beribu kali pun, lo gabakal paham Zi." Ucap Azely.

"Tapi lo belum pernah jelasin apa-apa ke gue, Jel" Ucap Zio.

"Belom saatnya lo tahu" Ucap Azely dan berlalu pergi dari hadapan Zio.

"Segitu gak maunya lo deket sama gue, Jel"

"Cieeee, abis ngomongin apaan nih, kok kayaknya serius banget" Goda Zeela.

"Apasih Jil" Balas Azely.

"Lo berharap apa, Jil?" Tanya Azela.

"Berharap Jely misuh-misuh karena saltink? Atau berharap Jely teriak-teriak karena hatinya berbunga-bunga dan banyak butterfly yang terbang?" Tanya Azela.

Zeela terkekeh sebentar.
"Gue kan gak terlalu tahu, toh baru masuk ke persahabatan kalian, maaf yah" Ucap Zeela.

Yup, dia memang orang baru, tapi Azela dan Azely tidak pernah berpikiran seperti itu, karena Azela dan Azely sangat dekat dengan Jihan, bahkan seperti Kakak mereka sendiri. Jadi, Azela dan Azely juga menganggap Zeela sebagai teman mereka, sama seperti saudara sendiri.

"Eh, gue gak bermaksud kayak gitu, Jil" Ucap Azela, ia takut Zeela salah paham.

"Gapapa kok" Ucap Zeela.

"Sorry yah, Jil. Jela emang gitu, wkwkwk" Ucap Azely.

"Kita udah anggep lo kayak saudara sendiri, lo gausah berpikir kalo lo orang baru, gak sama sekali kok" Ucap Azely.

"Iya betul tuh, nama kita juga mirip, bedanya nama lo A nya ditengah sedangkan gue didepan" Ucap Azela.

Lantas semua orang yang ada dikamar Aaliesha terkekeh bersama. Pasalnya, hal sekecil itu saja diperhatikan oleh Azela.

★★★

"Gue gasabar banget mau sekolah njir" Ucap Tzolla.

"Sama, gue juga" Timpal Natasia.

"Gue gasabar mau ngebully Jely lagi" Ucap Natasya.

"Yoi, itu yang mau gue lakuin, yang gue kangenin" Ucap Tzolla.

"Tzol, selama libur, pasti dia sama Zio deket banget deh, kan lo gabakal tahu sama mereka" Ucap Natasia.

"Bener tuh, gue yakin banget sih, mereka sekarang pasti lagi deket-deketnya" Timpal Natasya.

"Awas aja si cupu, kalo berani-beraninya deketin Zio gue, gabakal gue maafin" Ucap Tzolla.

"Harusnya kita bantai gasih?" Tanya Natasia dengan bangga.

"Harus dong!" Ucap Natasya dan Tzolla.

Entah apalagi yang akan mereka lakukan pada Azely, padahal sudah jelas waktu itu Azely hampir sekarat. Untung bisa diselamatkan. Jika tidak, mungkin Azely tidak akan pernah ada di dunia ini lagi.

★★★

"Dek, gimana keadaan Asha?"

"Kak Asha baik-baik aja Kak. Aku, Jela sama Jely lagi ada dikamar Kak Asha, kita sengaja gak ninggalin Kak Asha sendirian dikamar"

"Iya Dek, jangan ditinggalin sendiri yah, kasian"

"Iya Kak, gimana keadaan Kak Beby?"
"Kak Asha khawatir banget soalnya"

"Aman, lagi nunggu dokter selesai meriksa, yaudah Kakak tutup dulu yah telponnya"

"Iya Kak, kabarin kalo ada apa-apa yah Kak"

"Oke Dek"

"Kak Jihan yah, Dek?" Tanya Aaliesha.

"Iya, Kak. Kakak nanyain keadaan Kak Asha" Ucap Zeela.

"Beby gimana, Dek?" Tanya Aaliesha khawatir.

"Alhamdulillah kata Kakak, Kak Beby aman. Sekarang lagi ditanganin sama Dokter" Ucap Zeela.

"Semoga aja Kak Beby baik-baik aja, Aamiin" Ucap Azely. Dan, di-Aamiinin oleh mereka.

"Aku gatau kalo selama ini Bintang suka sama aku, Beb"
"Aku mohon maafin aku, aku gak bermaksud jadi perusak rumah tangga kalian"

"Kak Asha, Kak Asha gak boleh ngelamun" Ucap Azela.

"Iya. Dek, kakak tidur dulu yah, kalian kalo mau apa-apa tinggal panggil bibik" Ucap Aaliesha.

"Siap, Kak. Tidur nyenyak Kak Asha" Ucap Azela, Azely dan Zeela secara bersamaan.

Aaliesha pun merapikan tempat tidurnya agar menjadi nyaman saat ditiduri. Kasur itu, benar-benar saksi dimana kerasnya Aaliesha menjalani kehidupan, bagaimana Aaliesha merasakan sakit yang teramat. Bukan, hanya mental, tetapi juga fisik. Apakah ada manusia lain yang sekuat Aaliesha Candramaya? Ia begitu sempurna, sampai orang sebrengsek Alfaka tidak bisa melihat kesempurnaannya. Aaliesha terlalu berharga untuk laki-laki seperti Alfaka Wildana.

★★★

see you in the next story.

AALFAKASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang