STORY XXXXXVII

265 13 4
                                    

"Azely!"

Yang dipanggil pun menoleh.
"Kak Marchelle, ada apa Kak?" Tanya Azely dengan raut wajah penasaran.

"Kamu, beneran jadian sama Jay?" Tanya Marchelle dengan pelan, jeda yang ia berikan saat bicara membuat Azely sedikit bingung.

"Aku? Jadian sama Jay?" Tanya Azely sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya" Jawab Marchelle yang disertai dengan anggukan.

Azely terkekeh, membuat Marchelle semakin bingung.
"Enggak lah Kak, aku kan udah punya jodoh, masa iya aku jadian sama orang lain" Ucap Azely.

"Jel, boleh tanya sekali lagi?" Tanya Marchelle.

Azely semakin bingung, mengapa pembicaraan mereka seakan-akan semakin serius. Ada apa dengan Marchelle?

"Kamu sebenernya suka atau gak sih sama Zio?" Tanya Marchelle.

Azely diam, ia tidak berani menjawab pertanyaan itu. Setiap ada orang yang mempertanyakan perasaannya pada Zio, ia selalu bungkam, tidak ada jawaban antara iya ataupun tidak. Dan mungkin, tidak akan pernah ada jawabannya.

"Jel, kenapa kamu selalu diam saat ditanya soal ini?" Tanya Marchelle.

"Kak, udah tahu dengan kondisi Kak Beby?" Tanya Azely, mengalihkan topik.

Marchelle hanya mendengus, ia sangat tahu dengan Azely,  jika itu privasi, maka akan selalu jadi privasi.

"Udah, sekarang gimana keadaannya Beby?" Tanya Marchelle.

"Masih belum siuman Kak, tapi udah menunjukkan pergerakan, tadi jari Kak Beby bergerak" Jawab Azely dengan antusias.

"Jel, kamu tau filosofi tentang langit?" Tanya Marchelle.

"Mungkin filosofi antara aku dan Kakak cukup berbeda?" Jawab Azely.

"Menurutmu, apa filosofi langit?" Tanya Marchelle.

"Langit itu, salah satu lukisan alam yang paling indah, Kak" Jawab Azely.

"Lalu?" Tanya Marchelle, ia ingin tau semuanya dari Azely.

"Langit itu, seperti aku. Dan, orang-orang yang bernasib sama seperti aku. Kak, jika langit adalah manusia maka dia pasti sudah menangis setiap hari, hanya karena ia sebuah langit, ia harus mengeluarkan air matanya dengan terbatas, ntah seminggu sekali, seminggu empat kali, ataupun setiap hari. Tapi, itu jarang. Langit tidak bisa mengekspresikan dirinya sendiri yang mencintai bumi, ia juga tidak bisa berterimakasih kepada matahari yang senantiasa menyinari bumi. Tapi, ada satu hal yang langit bisa lakukan" Ucap Azely sembari memandangi wajah tampan Marchelle.

"Apa?" Tanya Marchelle.

"Ia masih tetap setia dengan keceriaannya setelah mengeluarkan air mata yang begitu banyaknya. Bahkan, ia mampu membuat lukisan cantik yang bernama pelangi, dengan seluruh warna-warni yang membentang luas di bumi. Langit tahu, kapan ia harus bahagia dan kapan ia harus bersedih. Saat ceria, ia hanya menampilkan cuaca yang bagus dan terang benderang, tapi saat bersedih, ia menangis dengan berbagai macam suara yang ditakuti semua orang. Tapi, setelah itu, langit menampilkan pelangi yang sangat cantik" Azely menarik nafas panjang, sebelum melanjutkan kembali kalimatnya.

"Sama seperti manusia, yang bisa bahagia, menangis dan setelah itu memberikan sesuatu yang membahagiakan" Ucap Azely.

Marchelle tersenyum kecut, ia benar-benar mengenal siapa Azely. Si pembuat filosofi terbaik. Tapi, mengapa kali ini ia gagal?

"Jel, tolong bersikaplah seperti langit yang selalu menampilkan perasaannya dengan apa adanya. Bukan seperti bumi yang senantiasa menyembunyikan perasaannya hingga menyakiti dirinya sendiri" Ucap Marchelle sembari menatap lekat manik mata Azely.

"Kak, kali ini, aku gagal?" Tanya Azely.

"Tidak, Jely. Kau tidak pernah gagal, kau hanya sedang banyak pikiran, tolong jangan memendam semuanya sendirian, ya?" Tanya Marchelle.

★★★

"APA? ADEK LO HAMIL, DEB?!"

"Iya" Jawab Deby.

"Deb, serius deh. Itu Bintang stress banget gilak, mesum"

"Iya, Joy. Makanya itu gue kesel banget sama Bintang, adek gue juga bucin banget sama dia heran gue" Ucap Deby.

"Bintang cakep njir, terkenal lagi. Cocok banget sama adek lu, daripada sama Aaliesha" Ucap Tzoya.

"Lo beneran gak benci lagi sama Aaliesha?" Tanya Deby. Pasalnya, Tzoya sudah tidak pernah merencanakan hal jahat lagi padanya.

Tzoya menggeleng mantap.
"Buat apa gue benci sama orang baik kayak dia, gue nyesel udah bikin hidupnya sengsara selama ini" Ucap Tzolla.

"Joy, gue tau kalo lo orang baik. Cuman karena bucin ke Alfa doang nih lo jadi jahat" Ucap Deby.

"Asal lo tau, Deb. Mereka juga udah putus" Celetuk Naya.

"Serius, Nay?" Tanya Deby tak percaya.

"Iya bjir, mereka beneran putus. Terakhir kali mereka pacaran yah pas Joya datengin Alfa kerumah sakit" Jelas Naya.

"Ini baru Joya yang dewasa" Ucap Deby, ia bangga pada sahabatnya ini.

★★★

"Jel"

"Eh! Jila, kenapa Jil?" Tanya Azela.

"Kita kan bakal 1 sekolahan tuh, nah gue kan pindahan dari luar otomatis temen gue cuman kalian, gue ikut circle kalian ye?" Tanya Zeela.

"Yaelah Jil, kayak ama siapa aje sih lu" Ucap Azela.

"Hehe, gue cuman gaenak aja kalo tiba-tiba langsung masuk ngintilin kalian" Ucap Zeela.

"Lo tenang aja, kita kenal kan udah lama, dari kita sd, yah walaupun setelah itu lo-nya pindah ke inggris" Ucap Azela, ia sedih saat mengingat moment perpisahan mereka, antara Azela, Zeela dan Azely.

"Hehehe, maaf yah. Mami sama Papi nih gak ngizinin aku tinggal sama Kak Jihan" Ucap Zeela.

Azela terkekeh.
"Iya Jil, lagian dengan umur lo sekecil itu mana berani tante sama om ninggalin lo" Ucap Azela.

"Iya sih, tapi masih ada Kak Jihan" Ucap Zeela.

"Tapi kan umur Kak Jihan sama lo cuman beda setahun, gak ada bedanya dong kalian kalo ditinggalin" Ucap Azela.

"Hmm iya juga yah" Ucap Zeela.

"Btw Jely kemana yah?" Tanya Azela.

"Loh, lo yang kembarannya aja gatau apalagi gue" Ucap Zeela sembari celingak-celinguk melihat kanan kiri, mencari keberadaan Azely.

"Gue sedih banget ngeliat Jely, tapi gue lebih sedih ngeliat Jio" Curhat Azela.

"Gue juga" Sambung Zeela.

"Gue kadang gaenak hati sama Jio kalo abis ditolak Jely, dia beneran gak ngasih space buat Jio deketin dia" Ucap Azela.

"Iya, Jio juga selalu murung, inget gak! Waktu Jio ngamuk dan marah-marah dikelas? Yang sampe nendang meja itu?" Tanya Zeela.

"Ohiya inget, soalnya kan gue yang ceritain ke elo" Jawab Azela.

"Ohiya yah" Zeela terkekeh.

"Kenapa emang, Jil?" Tanya Azela, ia sangat penasaran.

"Gue nanya kan ke Jio, terus kata Jio, saat itu dia lagi kesel + cemburu sama Joa karena terlalu perhatian ke Jely, Jely juga selalu ngejawab apapun pertanyaan Joa, Jio emosi cuy! Makanya dia ngamuk-ngamuk" Jelas Zeela, sedangkan Azela hanya ber-oh ria.

"Tapi yah, jil.. Harusnya gak masalah dong, kan Joa kembaran Jio, terus jodoh gue lagi" Ucap Azela sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Masa iya dia cemburu sih" Sambungnya dengan heran.

Zeela mengangguk, ia juga bingung. Mereka sama-sama bingung.

"Emang salah kalo gue cemburu?"

Suara yang datang dengan tiba-tiba itu membuat Azela dan Zeela shock, apakah dia mendengar semua pembicaraan mereka?

AALFAKASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang