PROLOG

3.2K 119 17
                                    

Di pojok ruangan terlihat seorang gadis sedang duduk termenung, tatapannya kosong. Hingga tanpa sadar gadis itu meneteskan air mata, menghela napas panjang, rasa lelah dan bimbang mendominasi dirinya.

"Apakah ini yang terbaik?" gumamnya seraya menegadah menatap dinding ruangan itu.

Ia melanjutkan kegiatan melamunnya, hingga ia tak sadar ada seseorang yang menatapnya dan mendekatinya.

"Lagi apa di sini?" tanya orang itu menghampiri gadis yang sedang duduk di pojokan itu. Ia buru-buru menghapus air mata yang masih menetes di pipinya.

"Eh, Kak, lagi duduk aja. Habis sholat tadi," jawabnya.

Gadis tinggi berkulit putih dan berambut pirang itu menatap intens gadis di depannya, menatap mata merah dan sedikit sembab gadis berlesung pipi.

"Habis nangis?"

"Gak, Kak, cuma tiba-tiba keinget sesuatu aja." Sebisa mungkin ia tersenyum, tidak ingin orang di hadapannya mengetahui masalah yang ia hadapi.

"Yakin? Kalau kamu punya masalah cerita aja, jangan sungkan. Kamu tahu kan kalau aku gak mau orang yang aku sayang, sedih kayak gini," ucap gadis pirang menarik tangan kanan gadis berlesung pipi.

"Makasih, Kak, tapi benar deh aku gak apa-apa. Cuma keinget sesuatu dan lagi cape aja."

"Kamu kalau cape istirahat, jangan maksa kegiatan terus. Kamu manusia bukan robot yang terus menerus bekerja tanpa henti, badan kamu bisa rusak kalau dipress terus."

Gadis itu terkekeh mendengar omelan gadis pirang. "Aku gak akan istirahat kalau sakitnya cuma gini, Kak, aku bakal istirahat kalau udah gak bisa bangun dari tempat tidur."

"Heh! Sembarangan kamu, dikira badan gak cape apa kalau kayak gitu. Inget ya kamu baru selesai shooting film, MV, tour terus minggu lalu selesai series. Terus ada tawaran film baru lagi yang readingnya mulai minggu depan dan lusa kita ada kegiatan festival."

"Kamu harus jaga kesehatan, walau kamu pekerja keras tapi tetap aja harus lihat kondisi kesehatan kamu. Paham?"

Gadis itu tersenyum mendengar nasihat panjang dari orang yang ia sayangi, senang rasanya saat ia mengetahui ternyata ada orang yang sayang dan memperhatikannya sedalam ini.

"Malah senyum-senyum, dengar gak aku bilang apa?"

"Dengar, Kak, aku tahu Kakak peduli dan sayang aku. Terima kasih sudah menyayangi dan peduli sama kesehatan aku ya, Kak." Tanpa aba-aba gadis itu memeluk gadis yang dipanggil 'Kak' olehnya. Walau satu generasi di grup yang diikutinya, tetapi usia yang terpaut dengannya membuat ia memanggil 'Kak' pada orang itu.

Gadis pirang itu membalas pelukan tak kalah erat. "Jangan lupa ada fans kamu juga yang ikut andil dalam kesuksesan kamu sekarang, selain orang tua dan orang sekitarmu tentunya, mereka gak berhenti mendukung apapun kegiatan kamu."

"Iya, Kak, pastinya. Aku gak akan melupakan mereka, meski mungkin nanti aku akan buat kecewa mereka dan kalau ternyata mereka pindah oshi, aku gak masalah."

Kalimat itu membuat gadis pirang melepaskan pelukannya, ia menatap gadis di depannya tajam. "Maksudnya? Kamu akan melakukan apa?"

"Gak, Kak, maksud aku ... em kalau suatu saat nanti ada sikapku yang kelewat batas dan buat mereka kecewa, terus mereka pindah oshi, aku gak masalah. Karena mungkin aku pantas dapatkan itu," jelas gadis itu.

"Gak usah berpikir macam-macam, lakukan yang terbaik saja. Ayo sekarang latihan, besok kita kan ada gladi buat festival."

***

PEOPLE COME AND GO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang