Semua yang terlihat di depan kamera terkadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi di kehidupan nyatanya. Itulah yang terjadi padaku, di depan kamera yang menampilkan live pada para fans yang tidak bisa hadir di acara STS Kak Chika, aku memang tidak terlihat menangis tapi setelah acara selesai aku pun memeluk Kak Chika dan menangis atas pengumuman kelulusannya.
Rasa sedih dan senang bercampur menjadi satu, sedih karena aku harus kehilangan seorang Kakak lagi setelah Ci Shani mengumumkan. Senang, karena Kak Chika berhasil melewati masa-masa sulitnya.
Aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, karena masih banyak kegiatan yang harus aku hadiri, baik on-air maupun off air. Seperti saat ini, kami sedang persiapan untuk tampil di acara Anniversary sebuah perusahaan yang bertepatan dengan ulang tahun Ci Shani.
Ulang tahun yang terakhir dirayakan di grup ini, tak memungkiri bahwa rasa sedih dan kehilangan itu masih membelenggu di hatiku.
"Ayo, Dek, kita naik panggung," ujar Ci Shani selaku Kapten yang sebentar lagi mungkin akan digantikan oleh seseorang.
"Iya, Ci," jawabku.
Setelah itu, kami menaiki panggung dan disambut meriah oleh para fans. Energi positif yang mereka berikan membuat kami lebih bersemangat, chant-chant yang mereka suarakan membuat energi kami selalu full.
Setelah menyanyikan beberapa lagu, akhirnya kami menyanyikan lagu heavy rotation. Di tengah-tengah lagu, saat aku dan Ci Shani bersisian, aku berinisiatif mencium Cici. Mungkin ini akan menjadi akhir dari sikap manjaku.
"Semoga saat Cici Last Show aku bisa lebih ikhlas," batinku.
***
Disaat yang lain sedang tampil off line, Ashel saat ini sedang bersiap-siap untuk pergi, melihat Mommynya sedang memasak. Ia pun berpamitan pada Mommynya.
"Mom, aku mau main ke rumah Zee ya," ujar Ashel saat di hadapan Mommynya.
"Iya, Sayang. Oya, ini tolong bawa dendeng kesukaan Zee ya, udah Mommy siapkan nih," ucap Mommy seraya menyerahkan kotak makan yang sudah disiapkannya.
"Iya, Mom, Zee pasti suka banget nih. Makasih ya, Mom."
"Iya, Sayang, kamu ke rumah Zee pakai apa?"
"Aku dianter sopir Mom, pergi dulu ya. Dah Mommy," pamit Acel menyalimi Mommynya yang dibales ciuman di dahinya.
"Hati-hati, Nak."
Ashel berjalan meninggalkan dapur menunggu garasi, di depan rumahnya sudah terdapat mobil yang dipanaskan oleh sang sopir. Ashel membuka sendiri pintu, ia melarang Pak Amir yang akan membukakan pintunya.
"Biar aku aja, Pak," tahan Ashel saat Pak Amir akan membukakan pintu.
"Ke rumah Zee ya, Pak."
"Siap, Non." Lalu Pak Amir melajukan kendaraannya dengan perlahan.
"Bapak manggilnya masa Non, panggil Ashel aja Pak," protesnya.
"Ah, gak enak, Non, kan gimanapun Non Ashel majikan Bapak."
"Bapak mah kayak baru kerja di rumah Ashel aja, gak enak Pak dipanggil Non."
"Yaudah panggil Mbak aja gimana?" usulnya seraya menatap Ashel di kaca tengah.
"Nah, itu boleh juga, Pak, lebih nyaman didengar."
"Iya, Mbak."
"Aku izin tidur ya, Pak, karena perjalanan ke rumah Zee lumayan jauh."
"Iya, Mbak, silakan."
Setelah diizinkan akhirnya Ashel pun tidur, karena perjalanan menuju rumah Zee memakan waktu 1 jam lebih, maka dari itu Ashel memanfaatkan waktu untuk istirahat. Ia sangat kurang istirahat, apalagi grupnya sedang sangat padat kegiatan yang tiada henti.
Setelah menempuh waktu yang cukup lama, akhirnya Ashel pun sampai di rumah Zee. Ia terbangun beberapa menit sebelum sampai, merapikan penampilan kemudian turun dari mobil. Ia meminta Pa Amir untuk pulang, karena ia akan diantar pulang oleh Zee.
"Makasih ya, Pak, hati-hati di jalan."
Setelahnya Ashel beranjak dan mengetuk pintu rumah Zee yang tak lama dibuka oleh Papa Zee.
"Eh Ashel, ayo masuk," ajaknya mempersilakan Ashel.
"Iya, Om," balas Ashel setelah menyalami Papa Zee.
"Zeenya mana, Om?" tanya Ashel yang tidak melihat Zee di dalam rumahnya.
"Habis mandi, masih di atas. Sebentar lagi juga turun." Bukan Papa Zee yang menjawab melainkan Mama Zee.
"Gimana kabarnya, Tan?" Ashel mencium tangan Mama Zee.
"Alhamdulillah baik, Ashel gimana? Sehat?"
"Sehat, Tan, sakit gigi dikit."
"Wah gigi baru nih," ujar Mama Zee.
"Hahaha gak kok, Tan."
"Wih Acel udah dateng, makan dulu yuk," ucap Zee yang baru saja turun tangga.
"Ayo, Nak, makan dulu."
"Eh iya, Tan ini dari Mommy, katanya buat Zee."
Ashel menyerahkan kotak makan yang diberikan Mommynya pada Rain, tetapi belum sempat diambil Zee sudah menyambar lebih dulu.
"Wah, pasti dendeng kesukaanku nih. Makasih buat Mommy cantik, emang yang terbaik deh Mommy."
"Giliran dendeng aja cepet, dasar ya kamu," ledek Rain.
"Ayo, Cel makan dulu, habis itu kita ke kamarku."
Kemudian mereka pun makan dengan hikmat, tanpa bicara sedikitpun.
***
Selesai mengisi acara Anniversary, Christy dan yang lainnya pun turun dari panggung. Saat akan menuju ke mobil, mereka terus menerus diikuti sehingga rasa tidak nyaman dan sedikit risih mereka rasakan.
Christy memegang erat tangan temannya yang terdesak-desak karena tidak ada space untuk mereka keluar, kepadatan penonton dan kurang tertibnya penonton sangat disayangkan oleh mereka.
"Sabar, Muth, tenang. Jangan marah," bisik Christy yang melihat Muthe geram terhadap penonton yang mendesak-desak sehingga mereka kesulitan berjalan.
Setelah melalui jalan yang sulit, akhirnya mereka sampai di mobil. Hal itu mengundang kelegaan di hati mereka.
"Cici gak apa-apa kan?" tanya Gita menatap Shani khawatir.
"Aku baik kok," jawab Shani dengan senyum manisnya.
"Aku lihat Cici tadi kesulitan lewat dan kepentok, ada yang sakit gak Ci?"
"Aman, Git, aku gak apa-apa kok. Kalian jangan khawatir, kalian gimana baik-baik aja kan?"
"Kita baik, Ci, cuman jujur aja sih agak sedikit gak nyaman dengan kerusuhan yang terjadi," timpal Marsha.
"Bener, apalagi tadi kedorong-dorong juga, hampir aja jatuh," ujar Oniel.
"Jujur aku senang karena grup ini semakin dikenal banyak orang dan semakin banyak ditunggu performnya, tapi karena semakin banyaknya itu kalau ada event yang gratis gini agak kurang tertib. Juga keamanan yang sedikit kurang," kata Feni.
"Iya betul, kita gak bisa nyalahin antusias mereka dalam nonton kita tampil, tapi hal yang disayangkan adalah ketertiban yang dulu terbentuk seakan sinar saat ini."
"Mungkin karena banyak juga fans yang masih anak-anak dan ikut-ikutan aja kali ya," timpal Indah menimpali ucapan Muthe.
"Ah gak juga, sebenarnya bukan karena usia juga. Mungkin mereka terlampau senang melihat penampilan kita, gimanapun sikap mereka. Kita harus bersyukur karena mereka selalu dukung kita, ya kita juga punya tugas untuk memberitahu pada mereka agar lebih tertib dan kasih kenyamanan satu sama lain," ujar Shani dengan bijak.
"Betul, Ci, udahlah yang penting di next event atau kegiatan kayak gini lagi kita harus kasih tahu para fans agar lebih tertib dan mungkin kita harus tambah keamanan."
Selama perjalanan menuju basecamp mereka berbincang saling bertukar cerita, ada juga yang memilih untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEOPLE COME AND GO (END)
FanficSetiap pertemuan pasti ada perpisahan, setiap waktu manusia datang silih berganti, hingga beberapa dari mereka memilih pergi bahkan tanpa pamit. Seperti kisah yang dialami oleh gadis itu, ia terus ditinggalkan orang-orang yang disayanginya. Hingga w...