Part 20

522 54 2
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, banyak hal yang telah terjadi di kehidupan manusia, salah satunya di dalam grup yang banyak disukai oleh semua kalangan ini. Grup yang diikuti oleh Zee, banyak kehilangan yang telah Zee rasakan. Apalagi setelah terlaksananya konser besar kemarin, kejutan yang tak terduga mereka dapatkan. Tentu saja kejutan yang membuat senang dan sedih, pengumuman yang tak diinginkan serta penampilan perdana yang dilakukan oleh generasi terbaru.

Sebagai salah satu member aktif yang memiliki jadwal di luar, Zee banyak melalui dan melakukan kegiatan termasuk mendatangi gala premier film yang diperaninya bersamaan dengan series yang dibintanginya. Padatnya jadwal yang dimiliki Zee membuat dirinya terkadang kurang memiliki waktu istirahat, sehingga kerap kali dia merasa kelelahan dan akhirnya tidak dapat menahan rasa sakit di tubuhnya lagi.

Seperti saat ini, setelah selesai melakukan visit ke beberapa kota untuk film yang diperankannya, Zee harus mendapatkan perawatan. Walau begitu ia puas dengan hasil yang didapatkannya, film Ancika yang menjadikannya peran utama tembus lebih dari 1,2 juta penonton di hari keempat penayangannya.

Orang-orang yang sebelumnya meragukan chemistry antara Dilan dan Ancika terbungkam oleh hasil dari film yang sudah tayang itu. Bahkan mereka berbalik memuji akting kedua pemain itu.

"Kamu hebat Zee, bisa melewati ini semua. Benar apa yang dikatakan oleh Ci Shani, jadi kamu itu gak mudah. Semangat, Zee," ujar Ashel yang menjenguk Zee di rumahnya.

Zee memang tidak ingin dirawat di rumah sakit, ia lebih memilih untuk dirawat di rumah. Zee tersenyum mendengar ucapan Ashel.

"Jangan berlebihan, Cel, kamu juga hebat bisa bertahan sejauh ini. Banyak hal juga yang kamu lalui, 'kan?"

"Aku bahkan lebih bangga sama kamu yang bisa bertahan sampai detik ini, jangan menyerah, Cel. Walau kamu udah mengumumkan grad, tapi kamu masih bagian dari grup ini dan pasti masih banyak manusia gak bertanggungjawab yang menebarkan fitnah." Zee menghela napas panjang, menarik salah satu tangan Ashel dan mengusapnya.

"Semangat Acelia, aku bangga sama kamu. Jangan dengarkan mereka yang gak suka sama kamu ya, tapi lihatlah orang-orang yang menyayangi kamu, lebih banyak dari mereka yang menebar hoax," lanjut Zee tenang.

Inilah yang selalu Ashel kagumi dan sukai dari seorang Zee, tanpa diceritakan pun sahabatnya itu tahu apa yang mengganjal di hati dan pikirannya. Zee seakan dapat membaca suasana hati Ashel yang sedang tak karuan.

"Zee, jujur aku sebenarnya lelah. Apalagi banyak orang yang mengaku fans, tetapi malah menjatuhkan dan menjudge tanpa memikirkan mental orang yang mereka bicarakan. Aku juga manusia, Zee," lirih Ashel menunduk.

Bahunya terlihat bergetar, Zee tahu sahabatnya menangis. Ia diam membiarkan Ashel untuk meluapkan kesedihannya, mungkin dengan hal itu dapat membuat Ashel lega. Zee hanya terus mengusap tangan Ashel yang digenggamnya.

Setelah cukup lama, akhirnya Ashel berhenti menangis. Ia mengusap air matanya yang masih mengalir di pipinya.

"Udah lega?" tanya Zee membantu mengusap pipi Ashel yang basah.

"Alhamdulillah, cukup lega." Jawaban Ashel disambut senyum oleh Zee.

"Luapkan aja kalau kamu merasa udah gak kuat, jangan merasa sendiri, Cel. Kamu punya banyak teman yang bisa dijadikan sandaran atau teman untuk berkeluh kesah. Jangan sungkan untuk hubungi aku kalau kamu mau berbagi cerita."

"Iya, Zee, makasih ya kamu selalu ada dan selalu menghibur aku dengan cara kamu sendiri. Aku bangga bisa jadi sahabat kamu, walau kita jarang berkegiatan bareng, tapi kamu selalu support aku dalam hal-hal kecil sekalipun."

***

"Zoya, kenapa?" tanya Gracia yang baru saja memasuki ruang istirahat. Ia melihat Zee yang sedang duduk bersandar di sofa, adiknya itu sedang melamun seperti ads hal yang dipikirkan.

"Ha? Apa, Ci?" Zee terkejut dengan sentuhan yang ia rasakan di bahunya.

"Kenapa? Gak biasanya kamu ngelamun kayak gini?"

"Ah, enggak kok, Ci. Lagi ngisi energi aja, kayaknya hari ini energi aku tinggal dikit," dalih Zee dengan senyum manisnya.

"Biasanya juga energi kamu gak habis-habis, belum makankah?" Pertanyaan yang tepat sasaran karena Zee menanggapi dengan senyuman.

"Dasar kamu, kenapa belum makan, Zoy? Emang tadi waktu kegiatan di luar, kamu gak makan?" Gracia duduk di samping Zee membuat adik manisnya menyandarkan kepala di bahunya.

"Gak nafsu makan, Ci, nanti aja deh pulang latihan."

"Heh! Sembarangan, latihan selesainya masih lama. Kamu mau pingsan pas latihan? Gila-gilanya kamu nahan diri sampai masuk rumah sakit gitu?" sarkas Gracia.

"Gak juga, Ci, aku lagi ngerasa males makan aja. Perut aku masih gak enak kalau diisi," akui Zee.

Pengakuan itu jelas membuat Gracia semakin khawatir, apalagi ia tahu bahwa adiknya baru saja pulih setelah sebelumnya ia jatuh sakit karena jadwal yang padat.

"Aku bilang sensei dulu ya untuk izin kamu pulang lebih dulu."

"Jangan, Ci, aku baik-baik aja kok. Cuma perlu istirahat sedikit aja, nanti juga enakan sendiri."

"Aku aduin Ci Shani loh," ancam Gracia.

"Kan Ci Shani lagi gak ada, Ci. Lagian kan udah last shownya juga, kapten juga sekarang udah ganti kan," iseng Zee dengan wajah jahilnya.

Gracia terdiam, seketika ia tersadar bahwa Cici kapten kesayangan mereka sudah tidak lagi menjabat dan tidak ada di ruangan ini.

"Kata siapa aku gak ada?" ujar Shani yang tiba-tiba muncul dari pintu sebelah kanan bersama Melodi.

"Eh, Cici.  Kok ada di sini?"

"Kamu lupa kalau aku sekarang bagian dari management?"

Keduanya menepuk dahi melupakan hal itu, mereka lupa bahwa saat ini Shani sudah menjadi pengurus grup bukan lagi member.

"Nah, kebetulan ada Ci Shani dan Kak Melodi. Ini Ci, Kak, Zoya nakal masa dia gak mau makan dan istirahat, padahal mukanya pucat dan katanya perutnya masih sakit." Mendengar itu membuat Zee menatap Gracia tak percaya, ia meruntuki Cicinya yang mengadu di depan dua orang yang auranya tak main-main.

"Aduh, Ci Gre ngapain coba pake ngadu segala. Alamat diomeli nih kalau gini caranya," batin Zee.

"Benar, kamu masih sakit, Zee?" tanya Melodi.

"Aku udah baik kok, Kak, cuma emang perutnya sedikit gak enak jadi aku gak makan."

"Kamu gak makan dari pagi?" Kali ini Shani yang bertanya dengan tatapan lurus pada Zee yang terlihat tegang.

"Hehehe ... iya, Ci, tapi ini mau makan kok sama Ci Gre, iya kan, Ci?" Zee meminta pertolongan pada Gracia agar menyetujui ucapannya, tetapi dengan jahilnya Gracia seakan tak menangkap sinyal itu.

"Gak kok, orang tadi kamu disuruh makan gak mau."

"Udah, tamat nih riwayat aku kalau gini caranya. Aduh Ci Gre ngapain pake ngadu segala," pasrah Zee dalam hati.

"Azizi, sekarang kamu dan Gracia makan sana, jangan sampai kamu sakit lagi karena gak makan ya. Apalagi sampai kamu pingsan di saat latihan, paham?" tegas Melodi.

"Paham, Kak," ujar Zee.

Setelahnya Zee dan Gracia berpamitan untuk makan di luar dengan Gracia yang menahan tawa. Setelah sampai di depan tempat makan yang tak jauh dari tempat mereka latihan, akhirnya Zee dan Gracia duduk.

"Hahaha ... emang enak, Zoy, bandel sih kamu. Mana mukanya tegang banget lagi," ledek Gracia yang puas tertawa melihat wajah tegang adiknya. Ia sangat puas menjahili adiknya.

"Cici mah jahil banget sih. Gimana gak tegang, Ci, itu auranya Kak Melodi gak main-main loh," dumel Zee.

"Lagian kamu disuruh makan daritadi susah banget sih, mana kamu kan baru sembuh, Zoy."

"Iya maaf, Ci, tapi perut aku emang gak enak kok."

"Iya, tambah gak enak kalau kamu gak makan Zoya. Udah sekarang ayo pesan makan."

Kemudian mereka memesan makanan dan minuman yang mereka sukai, Gracia melarang Zee memakan Mie. Ia memilihkan Zee makan sup karena perut adiknya masih belum pulih. Zee hanya menurut saja apa yang dikatakan Cici kesayangannya itu.

PEOPLE COME AND GO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang