Part 22 (END)

1K 58 4
                                    

"Lo keren banget bisa dapat peringkat tiga di SSK," ujar Muthe pada Zee yang ada di hadapannya, gadis tomboy itu hanya tersenyum tipis menanggapi itu.

"Semua atas dukungan fans, aku gak akan bisa sampai di sini tanpa mereka." Mereka memang sedang membicarakan hasil pengumuman SSK yang baru saja selesai digelar.

"Christy selamat ya atas peringkat empatnya," ucap Oniel.

"Terima kasih, Kak Oniel."

"Udah lama gak ada SSK, sekarang pas diadakan lagi bikin tegang dan keki nih, gila persaingannya ketat banget," celetuk Adel.

"Lu aja tegang, apalagi gue. Deg-degan banget gila, nangis sih gue tadi pas ternyata masuk peringkat dua belas," timpal Olla.

"Udah sih gak usah ribut, peringkat berapapun kita mau dapet atau gak yang pasti kita sudah usaha dan fans kita sudah maksimal dalam mendukung. Bagaimanapun hasilnya kan tetap harus berterima kasih atas dukungan mereka yang sudah meluangkan waktu maupun materi pada kita," ucap Feni menengahi.

"Betul kata Mpen, jangan lupa untuk bersyukur dan terus berusaha memberikan yang terbaik pada mereka." Gracia menimpali, semua mengangguk setuju atas ucapan kedua seniornya.

"Oke sekarang mending kita bubar deh, kalian pasti capek kan habis kegiatan dan sekarang waktunya istirahat. Gak usa dipikirin, nanti ada waktunya kalian di posisi menang kok."

***

Saat semua memilih pergi dan meninggalkanku, hanya satu dalam benakku. Apakah aku dapat bertahan? Sejauh mana? Kak Chika dan Ci Shani meninggalkanku untuk terus berjuang sendiri. Ashel, sahabat kecilku yang selalu ada untukku juga pergi meninggalkanku.

Ci Gre? Cici memiliki kesibukkan sendiri aku tidak ingin mengganggu dan membuatnya tambah terbebani. Kesibukkanku yang saat ini membuatku terkadang berpikir, apakah aku harus meninggalkan salah satunya dan berfokus pada salah satu karirku? Akan tetapi jika aku meninggalkan grup, maka akan banyak yang sedih dan kecewa. Walau tak memungkiri bahwa aku memiliki rencana untuk segera lulus dari grup ini di bulan Agustus 2024.

"Sedih amat tuh muka, kenapa?" tegur Adel yang datang dari dapur.

"Gak apa-apa," jawabku.

"Paling lagi capek ya Zoy, udah sih istirahat dulu kalau capek. Lagian kamu baru selesai shooting film baru kan?" timpal Christy yang berjalan di belakang Adel dan duduk di samping Adel yang duduk di depanku.

"Iya, Toy, Del." Aku memilih memejamkan mataku yang terasa panas, belum lagi kepala yang berdenyut sakit. Aku menahan semua itu agar kedua temanku tidak khawatir, melihatku yang memejamkan mata membuat mereka memilih pergi meninggalkanku.

"Del, pergi aja yuk, biarin Zoya istirahat kayaknya capek banget dia."

"Ke depan aja yuk gabung sama yang lain, kasihan juga Kak Zee kalau kita berisik di sini," sahut Adel.

Selanjutnya aku mendengar mereka melangkah pergi, aku menghela napas panjang. Memijat keningku yang sakit.

Tanpa kusadari ternyata ada seseorang yang memperhatikanku dan berjalan menghampiriku. "Kak Zee sakit?" tanya Marsha tiba-tiba.

"Eh, e-enggak, Sha. Lagi ngapain di sini, Sha. Bukannya kamu ada jadwal Video Call ya?"

"Habis ambil minum, ini mau ke depan. Jadwalnya nanti masih tiga puluh menit lagi."

"Kak Zee sakitkah?" ulang Marsha memegang dahiku tanpa diduga.

"Kak, ini sih demam. Kok masih latihan, harusnya istirahat aja di rumah, Kakak selesai shooting pukul berapa?"

"Empat, Sha," jawabku pelan.

"Pagi?" Aku mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Marsha. "Ya ampun, terus Kakak tidur gak?"

"Tidur."

"Berapa lama?"

"Hm, berapa ya? Waktu ke sini sih tidurnya, kan pulang shooting ke rumah, mandi, ibadah, dan langsung berangkat ke sini. Tiga puluh menit mungkin, Sha." Marsha terlihat kaget mendengar penjelasanku, aku tebak bahwa setelah ini gadis anime itu pasti akan marah dan mengomel.

Sebelum dia mengomel, aku lebih dulu berkata, "Sha, boleh ngomelnya ditunda dulu, aku mau minjem bahu kamu sepuluh menit aja buat istirahat."

"Yaudah, cepat Kak Zee tidur dulu. Nanti kalau aku mau pergi aku bangunin." Tanpa membantahnya, aku langsung merebahkan kepalaku di bahu kanan Marsha dan memejamkan mata barang sejenak. Aku merasa, ia mengelus kepalaku membuatku semakin nyaman dan tidur.

***

"Kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Gracia pada gadis di depannya, ia baru saja mendengar bahwa gadis itu memutuskan untuk lulus.

"Aku yakin, aku juga udah runding sama keluarga dan manajemen."

"Cici cuma bisa support keputusan kamu, walau sebenarnya gak rela karena kamu meninggalkan Cici. Shooting kamu udah selesai kan?"

"Hari ini terakhir, Ci, ada adegan tambahan katanya. Jadi kayaknya hari ini terakhir atau mungkin besok," jawabnya.

Gracia memeluk gadis di depannya, mengusap punggung gadis itu dan membisikkan kalimat yang sangat menenangkan gadis di pelukannya. "Apapun yang terjadi kedepannya, Cici yakin bahwa kamu bisa melewati semuanya. Apalagi Cici tahu bahwa kamu pekerja keras dan tidak pantang menyerah."

Gracia melepaskan pelukannya beralih meremas kedua bahu gadis itu. "Kamu harus semangat, jangan pernah merasa asing jika sudah benar-benar lulus ya. Jangan sungkan untuk hubungi Cici bila kamu membutuhkan, paham?"

Mata gadis itu berkaca-kaca, ia terharu dengan kasih sayang dan perhatian yang Gracia berikan pada semua adik-adik dan teman-temannya. "Terima kasih atas do'a dan dukungannya, aku sayang sama Cici. Aku gak akan pernah lupa sama semua kebaikan Cici selama aku di grup ini, makasih sudah menjadi Kakak yang baik dan menyayangi adik-adiknya serta menjadi panutan."

"Semangat untuk Cici, jangan sedih. Zoya pasti akan selalu ada untuk Cici juga, Zoya akan menjadi garda terdepan apabila ada orang yang berani menjelek-jelekkan Cici."

Zee menghela napas panjang, ia menggenggam tangan Cicinya, menatap Gracia dalam dan melanjutkan perkataannya. "Mereka yang berkata tidak baik tentang Cici tidaklah mengetahui kehidupan Cici seperti apa. Mereka hanyalah mengetahui sepuluh persen kegiatan Cici di dunia maya, jadi jangan dengarkan yang tidak suka pada Cici, tetapi dengarkan mereka yang selalu ada untuk Cici."

"Zoya yakin bahwa fans sejati Cici adalah orang-orang yang selalu ada dan mendukung Cici apapun keputusan dan kegiatan Cici. Zoya sayang Cici, My Best Cici in the world," tutup Zee dengan setetes air mata di sudut matanya, sedangkan Gracia sudah menangis sejak mendengar penuturan Zee tentang dirinya dan semangat yang diberikan gadis yang sudah dianggapnya adik.

"Makasih, Zoya, kamu adik Cici yang paling Cici sayang. Semangat terus untuk karir kamu, jangan pernah dengerin komentar negatif orang ya, mereka gak tahu proses kamu mencapai titik ini." Zee menghapus air mata Gracia, ia tersenyum dan mengangguk pasti.

***

Pada akhirnya setiap orang akan datang dan pergi, semua ada waktunya. Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya itu benar dan nyata. Sepanjang hidupmu, orang-orang datang dan pergi. Beberapa menyakitimu, beberapa membuatmu tersenyum, tapi masing-masing dari mereka meninggalkan sesuatu untuk kita. Pelajaran baru yang mereka ajarkan kepada kita, aspek baru kehidupan yang mereka tunjukkan kepada kita, membuat kita lebih siap menghadapi dunia –jauh lebih kuat.

Setiap orang yang bersinggungan denganmu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran dalam hidupmu, apakah mereka yang nantinya akan bertahan bersamamu selamanya maupun yang hanya singgah sementara.

Adakalanya kamu kesulitan mengetahui maksud kehadiran orang-orang dalam hidupmu. Begitu pula saat mereka pergi dari kehidupanmu. Namun, sekali lagi kamu harus memercayai bahwa mereka hadir dalam hidupmu bukan kebetulan semata. Ada alasan mengapa kamu bertemu mereka. Tuhan pasti sudah menggariskan takdir yang kamu jalani, untuk itu syukuri setiap waktu yang kamu miliki dan jalani dengan rasa sabar.

PEOPLE COME AND GO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang