Part 16

554 45 0
                                    

Setiap manusia pasti pernah merasakan masa-masa sulit, begitupun dengan Adel. Ia pernah melewati masa-masa sulit selama tergabung di grup ini, bukan karena grup ini tetapi karena orang-orang yang tidak menyukai kedekatannya dengan Ashel. Banyak yang melontarkan keributan perihal persahabatan yang dijalaninnya bersama Ashel.

Hingga mereka memutuskan untuk saling menjaga jarak untuk waktu yang cukup lama. Sebenarnya Adel sendiri selalu mengabaikan hal itu, selalu membiarkan keributan yang terjadi, menurutnya ada hal yang lebih penting dari sekedar membalas atau menanggapi tuduhan serta cacian orang lain.

Adel telah menjelaskannya pada Ashel saat itu, tetapi Ashel menganggap ini terlalu berat, karena memang dirinya yang terus-terusan diserang.

"Cel, gak usah digubrislah. Biarin aja orang lain mau bilang apapun, kita yang jalaninnya," ujar Adel saat selesai melakukan live. Saat itu, ia sedang menginap dirumah Ashel dan berada di kamarnya.

"Gak bisa, Del, mereka selalu nyerang gue. Padahal selama ini gue selalu diam," balasnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya gue tahu, biarkan anjing menggonggong kafilah berlalu. Mau mereka ngomong apapun tentang lo, gue yakin fans lo yang emang tulus sayang dan dukung lo pasti gak akan kemakan omong itu."

"Biarkan mereka ngomong apapun yang jelas kita semua tahu kebenarannya seperti apa. Gak usah ditanggapi nanti juga cape sendiri," lanjutnya menarik Ashel kepelukannya.

Saat ini memang sedang banyak yang memfitnah Ashel perihal ia jalan bersama dengan laki-laki yang diisukan kekasihnya. Padahal secara aturan di grupnya, member tidak boleh berpacaran. Maka berita yang beredar itu ramai dibicarakan.

Adel selaku sahabat Ashel jelas merasa sedih saat mendapati sahabatnya dibully dan dicaci oleh para haters yang berkedok sebagai fans.

Cukup lama Ashel menangis dalam dekapan Adel hingga akhirnya ia melepaskan pelukan itu. "Makasih, Del."

"Gue akan selalu ada buat lo, Cel, jangan sungkan buat cerita apapun yang ganjel di pikiran dan hati lo ya."

"Iya, Del, makasih banyak."

"Ayo, sekarang kita tidur. Udah larut malam juga," ajak Adel membaringkan tubuhnya diikuti Ashel.

Momen kebersamaan itu terhenti saat Ashel mulai merasa risih dengan orang-orang yang mengkapal-kapalkan dirinya dengan Adel. Ia memutuskan untuk menjaga jarak apalagi saat oncam, dirinya tidak ingin hal itu terulang.

Setelah sekian lama tidak berani untuk sedekat dulu dengan Adel, akhirnya ia pun perlahan mulai berdamai dengan keadaan. Apalagi dirasa dirinya tak akan lama lagi di grup ini.

"Jadi ini, Cel?" tanya Adel setelah selesai melaksanakan show malam itu.

Show yang membuat para fans Ashel serta member-member menangis dan sedikit kecewa atas keputusan Ashel. Walau begitu, mereka tetap mendukung apapun jalan yang diambil Ashel.

"Maaf, Del, gue udah mikirin ini dengan matang."

"Iya, gue tahu. Gue cuma ... gak menduga akan secepat ini lo pergi, Cel. Gue sebenarnya udah curiga sama gerak-gerik lo, tapi gue berusaha berpikir positif."

"Lo cape, Cel?"

"Semua orang berhak merasakan capek, 'kan? Begitupun gue, jujur sih gue senang di grup ini, banyak pelajaran yang gue dapet di sini. Grup ini juga yang mengenalkan banyak hal sama gue, termasuk tentang kedewasaan."

"Gue senang bisa kenal kalian semua, tapi gue harus ambil keputusan ini demi cita-cita gue di luar sana. Gue pengen banget kuliah di univ impian gue."

Ashel mengusap air mata saat mengatakan itu pada Adel yang duduk di hadapannya. Di ruangan ini tersisa Adel dan Ashel yang belum pulang, sedangkan yang lainnya ada yang sudah pulang dan ada juga yang memang sengaja menepi, membiarkan kedua sahabat itu berbincang.

"Iya, lo gak salah punya impian kayak gitu."

"Del, gue ingin fokus kuliah setelah lulus dari sini. Gue bakal belajar dan berusaha melakukan yang terbaik untuk semuanya."

Adel menghela napas panjang, ia menegadahkan kepala mengusap matanya yang bercucuran bulir bening. "Gue dukung penuh semua yang lo lakukan, Cel, selagi itu positif dan benar. Gue yakin lo pasti bisa melakukan yang terbaik."

"Makasih, Del, udah jadi sahabat yang selalu ada."

"Oya, last shownya masih lama kan?"

"Masih beberapa bulan lagi, Del, awal tahun depan sih gue maunya."

"Bareng sama Kak Chika?"

"Gak sih, Kak Chika sebelum Ci Shani harusnya, tapi bisa jadi Ci Shani dulu bulan November sih ada yang last show."

"Ci Shani November?"

"Kemungkinan akhir Oktober kalau gak ada halangan, eh gak tahu juga deh. Kayaknya November awal sih, kan MV Gradnya udah keluar, tinggal shownya kan."

"Pokoknya gue akan dukung lo, Cel. Semangat sampai last shownya, mari buat kenangan indah sama-sama."

Ashel tersenyum dan membalas pelukan Adel takkalah erat.

***

"Kak Mpen, boleh tanya sesuatu gak?" tanya Zee membuka obrolan, siang ini ia sedang bermain di kamar Kakak kesayangannya. Rasanya sudah lama sekali Zee tidak menghabiskan waktu bersama Kakaknya itu.

"Tentu boleh, Asadel," jawabnya menatap Zee dengan senyum manisnya.

Asadel adalah panggilan yang disematkan Feni pada Zee semasa dulu mereka satu tim. Feni yang memang sangat menyayangi bahkan sudah menganggap Zee seperti adik kecilnya sendiri dan Zee yang sudah menganggap Feni seperti Kakak perempuannya.

"Kak Mpen kan sekrang jadi kapten, bukannya gak lama lagi Kakak juga bakal grad?"

Pertanyaan yang begitu mengeluarkan bagi Feni, ia tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Kata siapa Kakak bakal grad?"

"Aku ada di sana kalau Kakak lupa," sindir Zee dengan senyum tipisnya.

Feni menghela napas panjang, ia menatap Zee dalam. "Adik kecil, Kakak gradnya masih lama. Masih tahun depan kok, jadi Kakak menerima tanggung jawab sebagai Kapten ini."

"Kak Gita? Bukannya kalian sama-sama mengajukan grad?"

"Management ngasih Kakak dan Gita kepercayaan untuk sebuah jabatan dan tanggung jawab yang besar, jadi gak mungkin kami meninggalkan ini begitu saja."

"Apakah jabatan kalian ini hanya sementara?"

"Bisa jadi, sebenarnya management sudah memilih–"

"Kak Indah untuk jadi kapten? Lantas siapa wakilnya?" Lagi-lagi Feni dibuat terkejut dengan jawaban Zee, ia tak menyangka bahwa adik kecilnya banyak mengetahui hal yang tidak diketahui member lain.

"Kita bahas yang lain ya, sekarang gantian Kakak mau tanya kenapa kamu memilih untuk berhenti saat management menawarkan lanjut atau tidak?"

"Karena ada sesuatu yang gak bisa aku jelaskan. Kemungkinan juga aku mengumumkan lulus setelah project-project yang aku jalani selesai dan tayang."

"Berarti gak lama lagi dong?" Azizi tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Feni.

"Bukannya kamu tadinya memutuskan lulus bulan Oktober ini?"

"Seharusnya begitu, Kak, tapi keputusan itu gak mudah. Karena, masih ada yang harus aku selesaikan serta ada project film baru yang akan aku jalani dalam waktu dekat, setelah film aku keluar. Mungkin awal bulan depan atau pertengahan bulan baru mulai readingnya."

"Sesibuk apapun kamu nanti, jangan pernah lupa untuk jaga kesehatan ya, Asadel, Kakak gak mau kamu sampai sakit apalagi hingga dirawat kayak waktu itu."

"Jangan telat makan dan pastinya tidur yang cukup," lanjutnya mengelus kepala adik kesayangannya.

Selanjutnya Feni dan Zee berbincang banyak hal entah itu pekerjaan maupun pengalaman yang mereka lewati di luar grup serta hal-hal yang ingin mereka coba. Perbincangan itu berlanjut hingga Feni meminta Zee untuk tidur siang, karena sore hari mereka harus berkumpul untuk kegiatan esok hari di event offair yang akan mereka hadiri.

PEOPLE COME AND GO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang