Part 5

828 66 1
                                    

"Kak Chika, bangun ... Kak," ucap Zee membangunkan Chika yang tidur di sampingnya. Mereka saat ini berada di dalam mobil yang baru saja sampai di tempat mereka latihan.

Saat yang lain bergegas untuk turun, Zee berinisiatif menawarkan diri untuk membangunkan Chika. Ia mendengar Chika yang bergumam saat tertidur, bahkan menangis membuat Zee khawatir.

"Kak Chika bangun," kata Zee sekali lagi, kali ini ia menepuk pipi Chika pelan dan itu berhasil. Chika terbangun dan memeluk Zee erat, bahkan gadis yang kini berambut coklat itu menangis.

"Zee, hiks."

Tak mengerti apa yang terjadi dengan Chika membuat Zee hanya mengelus punggung Chika berharap dengan itu dapat membuat Chika tenang. "Tenang ya, Kak, aku di sini. Kak Chika jangan nangis," bisik Zee tepat di telinga Chika.

Setelah dirasa tenang dan Chika berhenti menangis, akhirnya Zee mengajak Chika untuk turun dari mobil. "Ayo, Kak, kita turun."

"Lo jangan jauh-jauh dari gue ya," ujar Chika yang sepertinya parno terhadap mimpinya.

"Hahaha ... Iya, Kak Chika, tapi kita gak boleh kelihatan banyak momen di kamera, Kak, apalagi kalau ada paparazi. Pasti banyak tuh konten tentang kita," gurau Zee mencairkan suasana.

Mereka berjalan beriringan, walau terlihat ada sedikit jarak di antara mereka, tetapi mereka jalan bersisian. "Biarin lah mau dibuat konten juga, selagi gak berlebihan sih gue gak masalah."

"Iya aku tahu, takut Kak Chika risih aja sama kontennya. Apalagi dikapal-kapalin gitu, Kakak gak risih emang?"

"Sedikit sih, tapi kalau gak berlebihan aman aja gue. Lo sendiri gak ngerasa risih dikapal-kapalin sama banyak member?" Zee menanggapi dengan tawa mendengar pertanyaan Chika.

"Aku sih biasa aja, Kak, toh aku berteman dan dekat sama semua. Ngalir aja pertemanannya, Kak, walau sebenarnya ada beberapa gimmick yang emang harus dijalanain demi kebutuhan," jelas Zee santai.

"Lo suka rela ngejalanin gimmick itu?"

"Selagi gak berlebihan sih aku biasa aja, ini emang udah resiko dari pekerjaan yang kita jalanin kan, Kak."

"Iya, gue juga tahu, tapi gue masih trauma dikapal-kapalin gitu. Apalagi banyak orang yang gak move on dari itu semua," timpal Chika.

"Ngalir aja, Kak, nanti dari waktu ke waktu pasti banyak kapal baru kalau kata Kak Eli. Biarin aja ngalir, kalau Kakak merasa terganggu gak usah dilihat, tapi Kakak masih berteman baik sama Kak Ara dan Kak Vivi kan?"

"Masih dong, kan gak semua harus dipublikasikan. Gue juga bukan tipe orang yang sering update sosmed sih, karena takut salah dan banyak yang goreng." Zee mengangguk mendengar penjelasan Chika, ia pun pernah di posisi Chika.

Walau kejadian yang menimpa Chika sudah dua tahun lalu, tetapi masih banyak orang yang mengungkitnya, terkadang Zee ingin mengungkapkan pada orang yang menjudge teman-temannya, tetapi ia juga tidak ingin membuat mereka senang. Karena bila ditanggapi, maka orang yang menjudge mereka akan semakin merajarela, jadi lebih baik mereka menyimpan energi untuk memberikan penampilan terbaik dan prestasi pada publik.

"Kalau sekiranya hal itu buat Kak Chika gak nyaman, sebaiknya kurangi main sosmed ya, Kak, karena kurang baik untuk mental Kakak jika terus-menerus seperti itu."

"Satu hal lagi, aku gak suka kalau Kak Chika menyalahkan diri Kakak atas kejadian yang udah lalu dan dibahas lagi. Because, If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or things."

Setelah mengatakan itu Zee pamit untuk berpisah dengan Chika, karena ia ingin menghampiri Cicinya terlebih dahulu. Chika dibuat terpaku dengan kalimat luar biasa yang diucapkan gadis tomboy itu. Gadis yang selalu tampil ceria dan bersikap random di depan publik, terlihat mengagumkan jika sudah bersikap serius dan dewasa seperti tadi.

PEOPLE COME AND GO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang