07. Nyaris tapi Masih Belum Cukup

1.2K 173 1
                                    

Ini hari kedua Sunoo bekerja. Hari ini tidak seramai kemarin. Kata Kak Rina sih, pagi tadi cukup ramai tapi setelah jam makan siang, restoran ini akhirnya didatangi pelanggan dengan jumlah yang masih bisa ditangani tanpa kewalahan.

"Tadi pagi ramai karena Pak Boss datang, tapi setelah makan siang selesai Pak Boss pulang. Makanya kita yang shift sore ini bisa sedikit santai.", jelas Karina.

"Oohh, sebenarnya Pak Boss itu seperti apa sih? Dia sangat terkenal, ya?", tanya Sunoo penasaran.

"Kamu tidak tahu? Bagaimana bisa? Kamu bekerja di sini karena apa?", Karina heran. Bisa-bisanya ada orang yang tidak mengenal Boss mereka.

"Tidak tahu, Kak. Aku bekerja di sini karena aku tidak sengaja melihat sebuah brosur lowongan kerja dan gajinya sangat tinggi. Makanya aku melamar kerja di sini."

"Boss kita itu namanya Sunghoon Park, dia itu koki terkenal asal Prancis. Restoran cabangnya tersebar hampir di seluruh kota di Prancis. Tempat kita bekerja ini adalah cabang luar negeri pertamanya. Ku dengar dia akan membuka cabang di Amerika.", Karina menjelaskan siapa itu Boss mereka tapi Sunoo tetap tidak pernah mengenal siapa orang itu.

"Kakak punya potonya tidak?"

"Aku tidak ada, tapi kamu bisa cari di internet."

"Hp ku ketinggalan, Kak...."

"Sunooo, hp Kakak juga sedang habis baterai. Nanti saja ya pas pulang kamu cari di internet jika masih penasaran dengan wajahnya."

"Okee, Kak Rinaa."

Karina dan Sunoo pun mulai kembali melayani pelanggan karena cafe ini semakin malam semakin ramai dan ini sudah sore, bahkan matahari hampir terbenam.

---✧---

Siang ini Sunghoon pulang setelah tadi pagi datang ke restorannya. Dia sudah bertekad untuk pergi ke pasar malam, malam ini. Samuel sudah pulang ke Paris. Jay tadi tidak ikut karena masih kelelahan dan berakhir menghabiskan setengah harinya untuk tidur di kamar hotel.

Sunghoon bersantai di dalam kamar hotelnya sambil menikmati segelas kopi pahit favoritnya. Pikirannya melayang jauh pada rencananya menjadi donatur panti asuhan di sini.

Mencari di internet tentang informasi panti asuhan yang sejak awal berhasil menarik seluruh atensinya. la vie en rose, itu nama panti asuhannya.

Mungkin lusa, dia akan berkunjung ke panti itu untuk membicarakan dengan pengurus panti perihal keinginannya ini.

Lama Sunghoon melamun, akhirnya kopi yang disesap pun habis. Melihat jam dan tidak terasa hari sudah sore. Jay mungkin masih tidur, pikirnya. Sahabatnya itu bisa menghabiskan satu hari penuh dengan hanya tidur saja.

Rencananya tentang pergi ke pasar malam harus dilakukan malam ini agar tidak menjadi wacana dan menghilangkan rasa penasarannya.

Sunghoon bersiap untuk pergi malam ini, dia juga harus membangunkan sahabatnya itu. Tidak lucu jika tujuan Jay adalah berlibur namun nyatanya dia malah menghabiskan waktunya dengan tidur.

Setelah dirasa sudah siap, Sunghoon keluar kamar dan memutuskan untuk membangunkan Jay. Kamar Jay berada di sebelah kamar Sunghoon. Diketuk berkali-kali pun tidak ada sahutan dari dalam.

Sunghoon menelepon Jay berkali-kali dan mengetuk pintu kamarnya dengan brutal. Jay yang pada dasarnya tidak suka diganggu akhirnya memutuskan bangun dan membukakan pintu.

Dengan wajah bantal setengah kesal itu, Jay memprotes kelakuan Sunghoon yang mengganggu aktivitas tidurnya.

"Ada apa sih?!", dengan nada sedikit kesal, Jay yang setengah sadar membukakan pintu.

"Kamu lupa? Kita akan ke pasar malam, malam ini. Jangan bilang kamu mau menghabiskan masa berliburmu dengan tidur di kamar hotel alih-alih berkeliling dan menikmati kota ini? Astaga, Jay! Cepat mandi dan bersiap. Aku menunggu."

"Ya ya ya, biarkan aku mengambil beberapa waktu untuk mengembalikan kesadaranku! Memang ada apa sih di pasar malam itu sampai kamu memaksaku seperti? Aishh, waktu tidurku...", keluh Jay tapi tetap menuruti perkataan Sunghoon sambil menuju ke kamar mandi dan mandi untuk menyegarkan dirinya setelah bangun dari tidur sehariannya.

"Entahlah, tempat itu sepertinya sangat menarik. Kamu tidak lihat setiap kita pulang dan melewati pasar itu, pasar itu sangat penuh dan ramai pengunjung. Memang kamu tidak penasaran dengan isinya?"

"Tidak. Lebih baik aku tidur."

"Cih, cepat sana mandi. Aku tunggu."

"Ya.", lalu Jay pun masuk ke dalam kamar mandi.

Selang beberapa menit, Jay sudah siap dan mereka akhirnya menuju ke pasar malam itu.

Sesampainya di pasar malam, Sunghoon benar-benar takjub dengan kelengkapan pasar ini. Mulai dari beragam makanan, minuman, aksesoris, permainan, mainan, hingga tenda seorang peramal di depan pintu masuk pasar.

Menyusuri jalan dari pintu masuk sampai ujung. Sunghoon benar-benar tidak percaya. Di Paris, dia tidak pernah bisa mengunjungi tempat umum dengan bebas seperti ini karena selalu saja ada fans yang mendatanginya membuatnya tidak bisa bebas bepergian.

Di sini, dia bisa bepergian dengan bebas. Selain sedikit yang mengenalnya, pinggiran kota ini jelas tidak terlalu perduli dengan berita internasional. Apalagi Sunghoon kan bukan dari Italia.

Jay juga tak kalah takjub seperti Sunghoon. Sejak kecil hidup dengan segala hal yang terpenuhi. Dia bahkan hampir tidak pernah menginjakkan kaki di tempat umum selain supermarket, mall dan bioskop. Dia pertama kali menjejakkan kaki di pasar itu ketika dia berpacaran dengan Jungwon, pemuda itu mengenalkan dunia lain padanya.

Mereka berdua berkeliling pasar malam dan mencoba mencicipi semua jajanan dan permainan di sana. Setelah mencoba berbagai jajanan dan permainan di sana, mereka merasa lelah dan kenyang, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali ke hotel.

Di perjalanan pulang, Sunghoon menceritakan keinginannya untuk menjadi donatur sebuah panti asuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dari pasar malam ini.

Jay tentu sangat mengenal Sunghoon, sahabatnya itu sangat perduli terhadap kemanusiaan. Jay akan selalu mendukung keinginan Sunghoon selama itu adalah hal yang baik.

Mereka sudah sampai di hotel, memarkirkan mobil lalu rencananya mereka ingin pergi ke minimarket untuk membeli beberapa makanan instan untuk mereka simpan jika malas pergi ke restoran.

Minimarket ini satu-satunya minimarket yang terletak di pinggiran kota Venesia. Sesampainya mereka di sana, Jay segera membeli beberapa mie instan sedangkan Sunghoon membeli banyak roti dan selai. Gaya hidup sehat seorang koki terkenal.

Mengingat jika Sunghoon tidak bisa memasak leluasa di hotel, makanya dia membeli banyak roti alih-alih mie. Berbeda hal dengan Jay, dia itu memakan apa saja jika dia lapar dan selembar roti jelas tidak cukup mengenyangkan perutnya.

Setelah dirasa semua yang ingin dibeli sudah cukup. Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke hotel. Minimarket ini berada di seberang hotel tempat mereka menginap.

Mereka pulang dengan berjalan kaki. Saat keluar dari minimarket, Sunghoon berselisihan dengan seseorang berbadan mungil yang terlihat tergesa-gesa memasuki apotek di samping minimarket itu. Sunghoon menatap orang tadi lalu Jay menepuk pundaknya menyadarkannya.

Mungkin dia sedang dalam keadaan darurat atau keluarganya ada yang sedang sakit, pikirnya. Sunghoon sedikit penasaran tapi hari sudah semakin malam. Lebih baik dia istirahat sekarang. Dia dan Jay pun sampai di hotel dan memasuki kamar masing-masing. Membersihkan diri dan beristirahat. Sungguh, hari yang menyenangkan, tutup Sunghoon.

Venice, Italy. [sunsun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang