17. Cerita Malam Itu

1K 137 0
                                    

"Ini pesananmu, Yuna. Aku jamin setelah mencoba dessert ini, kamu pasti ingin berkunjung terus dan membelinya setiap kali kamu kemari, hihihi.", ucap Sunoo setelah mengantarkan pesanan temannya ini.

Yuna sepertinya sudah tidak sabar mencicipi menu yang katanya paling terkenal di cafe ini, bahkan stoknya selalu melebihi stok persediaan menu lainnya. Lain kali, Yuna juga akan berkunjung ke lantai atas, tempat restoran itu berada.

"Terima kasih ya, Sun! Sepertinya enak sekali kalau dilihat dari platingnya.", antusias Yuna.

"Eum! Kalau begitu aku kembali bekerja dulu ya, Yuna. Aku tinggal dulu, kabari aku jika kamu akan berkunjung lagi."

"Ya, pasti!"

Setelah mengantarkan pesanan Yuna, Sunoo pun kembali ke kasir lalu mengurus beberapa pesanan yang memang sedikit ada antrian di depan kasir membuat Karina sedikit kesusahan jika hanya menerima pesanan seorang diri.

Setelah menerima semua pesanan dan antrian pun berakhir, Sunoo pun memberitahu pada Karina jika dirinya mau mendatangi Yuna dan Karina pun mengiyakan.

Sunoo pun kembali mendatangi Yuna dengan berbagai pertanyaan perihal dessert itu bersarang di otaknya.

"Yuna, dari 1-10, berapa yang akan kamu beri untuk dessert ini?", ucap Sunoo begitu duduk di hadapan Yuna.

"Hm....10! Rasanya memang seenak itu, pantas saja ini adalah dessert paling laris, rasanya juga cocok di lidah semua orang.", jelas Yuna.

"Iyakan, aku juga pas waktu pertama kali mencoba dessert ini berpikir demikian."

"Oh iya, Sun. Kamu tidak menjaga kasir, ya?"

"Hehehe, aku ke sini untuk menemanimu. Lagipula sekarang bukan jam padat pengunjung dan aku sudah memberitahu Kak Rina tadi."

"Temanmu itu cantik, siapa tadi namanya? Karina ya?", tanya Yuna penasaran.

"Eiii, ada apa ini? Kamu suka ya? Hahaha, ku akui Kak Rina memang sangat cantik."

"Apasih, Sun. Aku kan hanya bertanya!", hmm ... Sunoo meragukan perkataan temannya ini.

Yuna pun melanjutkan makannya dan sesekali berbincang dengan Sunoo, setelah pesanannya habis di makan. Yuna pun memberitahu Sunoo jika dia ada acara keluarga makanya dia tidak bisa berlama-lama di sini. Sunoo pun mengangguk lalu kembali ke kasir.

Setelah kepulangan Yuna sore itu, bagian cafe pun memasuki masa padat pengunjungnya. Jam makan siang dan menjelang malam selalu menjadi jam-jam tersibuk mereka.

Semua orang akan berkunjung ke cafe untuk sekedar menikmati secangkir kopi ketika senja atau bahkan hanya untuk bersantai sambil tidak melakukan apa-apa.

Setiap hari semenjak restoran resmi dibuka untuk umum, setiap hari juga berbagai orang datang silih berganti. Para turis yang menikmati keindahan Venesia pun berkunjung ke restoran ini. Menyenangkan mengingat mereka tidak perlu pergi ke Paris dan sekarang sudah dapat menikmati makanan lezat restoran terkenal ini sambil melihat keindahan Venesia. Suasana yang baru.

Tidak jarang para pelanggan ini adalah orang yang sama yang datang berkunjung ke restoran Paris atau restoran cabang lainnya di kota-kota Prancis. Tentu, menu yang ditawarkan beragam.

Menu lokal selalu disajikan, restoran Paris dan restoran Venesia memiliki menu lokal mereka masing-masing. Restoran cabang di kota-kota Prancis pun memiliki menu khas daerah mereka sendiri. Hal ini lah yang membuat para pelanggan rela menghabiskan uang mereka demi berkeliling mendatangi setiap cabang restoran milik Sunghoon ini.

Setelah pelayanan panjang, restoran dan cafe ini akhirnya memasuki jam-jam tutup. Semua pegawai pun mulai membereskan kerjaan mereka. Tentu, jasa pembersih ruangan pun masih terus datang, sepertinya mereka memang dikontrak untuk itu.

Venice, Italy. [sunsun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang