26. Sebuah Alasan

788 79 9
                                    

Heeseung pulang. Salah, bukan ke Paris melainkan Seoul. Lihat, seperti yang sudah Jake katakan, tidak ada yang bisa menebak ke mana arah pikiran pemuda itu.

Sesampainya di Seoul, Heeseung pun pergi menuju sebuah mansion dengan mobil yang sudah disiapkan untuknya di bandara tadi. Sepanjang perjalanan, Heeseung hanya menghela napas pelan. Menyiapkan beberapa kalimat yang mungkin akan menyelamatkan hidupnya kelak.

Baru saja Heeseung memasuki mansion tersebut, dirinya sudah disambut dengan seseorang yang menatapnya dengan tajam di balkon lantai atas. Demi apapun, nyali Heeseung sedikit menciut. Dengan mengumpulkan keberanian, Heeseung pun berjalan menuju ruang kerja yang terletak di pojok lantai dua.

"Ayah..."

"Jadi, bagaimana?", tanya orang yang Heeseung sebut Ayah itu.

"Semua berjalan sesuai rencana, Ayah. Bahkan jika Sunoo tidak bisa melakukannya. Aku yang akan melakukannya.", jelas Heeseung.

"Ya, kamu memang harus melakukannya. Korbankan pertemananmu itu untuk kali ini, Ethan. Setelah ini, aku tidak akan menuntut apapun jika itu berhubungan dengan urusan pribadimu maupun Sunoo. Hanya Sunghoon."

"Baik, Ayah."

"Giselle sekarang di Venesia. Kamu sempat bertemu dengannya?", tanya Tuan Kim. Mereka berdua sekarang sedang duduk di sofa ruang kerja Ayah.

"Tidak sempat, Ayah. Kenapa Giselle terbang ke Venesia?", tanya Heeseung.

"Gerak Sunoo sangat lambat dan gertakanmu tertahan karena Jake. Jeno dan Haechan tidak bisa membantu banyak. Aku memutuskan untuk mengirim Giselle ke sana. Anak itu harus diawasi."

"Ayah ... Sunoo sudah terjatuh dalam permainan ini. Apa yang harus aku lakukan?"

"Desak dia untuk segera mengakhiri ini semua. Sudah 3 tahun semenjak dia kabur ke Italia. Anak kesayanganku itu masih saja terus menolak untuk melakukan tugasnya. Sekarang aku mengerti semuanya.", jelas Tuan Kim.

Setelah banyaknya pembahasan yang dilakukan Heeseung dengan sang Ayah. Heeseung pun duduk termenung di kamarnya. Ada beberapa bagian yang tidak diketahui semua orang perihal hubungan mereka. Bahkan Jake pun tidak tahu.

Ini tentang Heeseung dan Sunoo. Hubungan mereka berawal dari Tuan Kim yang mengadopsi Heeseung setelah menemukan anak kecil itu sendirian di tepi hutan tempat Tuan Kim menyimpan senjata illegalnya. Saat itu, Tuan Kim pikir Heeseung kecil adalah seorang penyusup. Nyawanya nyaris melayang.

Setelah menangkap Heeseung kecil, Tuan Kim terdiam melihat tidak adanya emosi yang dimiliki anak ini. Jika biasanya seorang anak kecil akan menangis jika ditangkap dan diancam akan dibunuh, Heeseung kecil hanya diam lalu menatapnya dalam. Sejak saat itu, Tuan Kim melihat bahwa anak kecil ini memiliki sebuah potensi.

Heeseung kecil hanyalah seorang anak yang kehilangan keluarganya. Berjalan tanpa tujuan dengan pandangan kosong. Tuan Kim adalah penyelamat baginya, jika malam itu Tuan Kim tidak menangkapnya kemudian mengadopsinya, Heeseung mungkin sudah bunuh diri malam itu.

Hari-hari berikutnya, Tuan Kim membuat Heeseung kecil yang masih berusia 8 tahun itu membunuh untuk pertama kalinya. Lagi, Tuan Kim sangat terkesan dengan pengendalian emosi Heeseung. Anak itu hanya menatap datar meski tubuhnya berlumuran darah. Saat Heeseung memasuki bangku sekolah menengah, Tuan Kim memasukannya ke dalam sekolah militer di bawah yayasannya.

Di sekolah ini lah, pertemuan Heeseung dan anggota lainnya terjadi, seperti Jake, Haechan, Jeno, Giselle, dll. Untuk Sunoo, Sunoo adalah anak satu-satunya Tuan Kim. Heeseung sejak kecil juga dididik untuk melindungi Sunoo. Meski Sunoo juga dibekali dengan ilmu bela diri dan beberapa kali terlibat dalam pembunuhan. Namun, Sunoo memiliki emosi yang Heeseung tidak miliki.

Venice, Italy. [sunsun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang