32. Benang Takdir

373 32 1
                                    

Matahari menyapa dunia, membangunkan seluruh makhluk hidup yang menghuni semestanya. Jake dan mata bengkaknya, membuat Heeseung sedikit tertawa. Ya, Jake menangis semalaman penuh membuat Heeseung harus menunda kerjaannya demi tenangkan pemilik separuh jiwa.

"Matamu bengkak, sayang.", ucap Heeseung saat Jake dengan setengah kesadarannya bertanya pukul berapa sekarang.

"Berhenti tertawa, Ethan! Kamu hanya tidak mengerti rasa sedih yang aku rasa. Huh! Menyebalkan.", kesal Jake dan Heeseung makin dibuat tertawa karenanya.

Di kamar yang berbeda di mansion ini, Sunoo dan kesedihannya tidak bisa membuat tubuhnya menerima waktu tidur yang cukup. Jika mata Jake memerah karena kebanyakan menangis, maka mata Sunoo memerah karena tidak tidur.

Sarapan pagi ini terasa berbeda. Sunoo akui dirinya senang dapat berkumpul bersama ayah dan kakaknya, juga teman-temannya. Hanya saja, Sunoo masih menolak percaya jika dirinya jatuh cinta.

"Makan makananmu dengan benar, Nak. Berhentilah melamun.", ucap ayahnya ketika melihat Sunoo hanya menatap tanpa menyantap dan melamun tertunduk.

Tersentak kecil, Sunoo mengangguk dan mulai mencoba memakan makanannya. Jake sekali lagi dengan rasa empatinya yang tinggi, sangat bersedih terhadap adiknya ini.

Beda dengan Jungwon yang juga sama patah hati, Jungwon benar-benar terlihat ikhlas melepaskan Jay. Jungwon terlalu tenang sekarang. Bahkan Heeseung pun bergedik ngeri. Kemana Jungwon yang setiap hari mengoceh? Patah hati sedemikian dahsyat itu mengubah seseorang dalam semalam.

Setelah sarapan, Sunoo terduduk di taman belakang. Ah, dia rindu suasana ini. Dia rindu dirinya yang dulu. Dia rindu perasaannya sebelum jatuh cinta. Dia rindu itu semua.

Jungwon menghampirinya. Dengan sama menatap luasnya hamparan padang hijau yang indah di sana. Jungwon memulai pembicaraan.

"Kak Jay menghubungiku menggunakan nomor telepon baru. Aku sudah memblokir semua hal yang dapat membuat kami terhubung. Sepertinya aku juga harus mengganti nomorku.", ucap Jungwon.

"Jika aku tanya tentang hubunganmu dan Kak Jay adalah sebenar-benarnya dari bentuk suci yang dinamakan cinta, bagaimana caramu bisa mengikhlaskannya? Kak Jay bukan target kita, Won. Kembalilah bersamanya, dia sudah terlanjur cinta mati padamu.", jelas Sunoo dengan tatapan masih lurus ke depan.

"Kamu tidak mengerti, Sun. Aku tidak mau berhubungan lagi dengannya bukan karena kamu, dia ... aku hanya ingin dia selamat. Dia tidak akan bahagia jika terus bersamaku dan aku tidak akan memaksakan hal itu.", Jungwon menghela napas.

"Dia bahagia bersamamu, kamu adalah kebahagiaannya."

"Aku pernah mendapat tugas dengan dia sebagai targetnya.", ucap Jungwon yang membuat Sunoo menoleh.

Manik mata mereka bertemu. Sunoo menatapnya tidak percaya. Apa lagi ini? Apa dunia memang sebercanda ini?

"Tetapi tidak jadi, orang yang membayar mati sebelum tugasnya terlaksana. Aku yang membunuhnya.", Sunoo sekali lagi terkejut tidak percaya.

"Aku awalnya berpikir kamu mungkin bisa mencoba cara sepertiku mengingat kamu jatuh cinta pada Kak Sunghoon. Tapi, membunuh Arthur Shin bukanlah pilihan yang tepat.", jelas Jungwon.

"Kak Jay pernah menjadi target kita?", tanya Sunoo masih dalam keterkejutannya.

"Ya, ketika aku pertama kali jatuh cinta padanya."

Dan Jake, yang bermaksud bergabung dengan membawa beberapa cangkir kopi ketika melihat kedua adiknya duduk di taman belakang pun terdiam. Dia tidak bermaksud menguping, tapi fakta ini, lagi-lagi memilukan.

Venice, Italy. [sunsun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang