It Wasn't Pretend

Bab 16

Air arak dituang ke dalam gelas kaca. Kala itu, ada air jernih yang bergayut di celah mata itu. Pria itu gelak macam orang gila. Mukanya memerah sama juga hidung dan telinganya. Untuk pertama kalinya, Almair minum air keras itu. Rasanya sangat memeritkan tekak.

"Almair!" Pekik Aunty Rose bergema dalam ruang dapur itu.

Almair menyengir. Wine dituang ke dalam gelas untuk sang Mama.

"Jom kita bersulang!"

Belum dihulur gelas,

Prang!

Selamat gelas itu dibuang hingga jatuh bawah lantai. Muka Aunty Rose merah menahan amarah. Nafasnya berombak laju. Matanya tajam memanah anak lelakinya yang mabuk berat.

"Al tak pernah sentuh arak malah untuk minum jauh sekali. Tapi kenapa Al berubah? Kenapa Al kecewakan Mama?" Sebak bicara itu terselit dengan rayuan.

"Al..al....ta-tak....beru...bah....haha...."

Kejamnya, air jernih itu jatuh lagi. Berubah?

'Kenapa you berubah sampai macam ni sekali Al? Kenapa you tak pernah bagitahu I yang you adalah anak kepada mama tiri I? Kenapa you tak bagitahu I dulu you tinggal di Itali? Kenapa you perlu sembunyikan semuanya dari I? Kalau dari awal you cakap semua ni, I takkan sesekali jatuh cinta dekat you. You tahu tak?'

Kata-kata yang bergaung di kepalanya itu lantas membuat jari-jari itu meraup rambutnya, menelusuri sela-selanya sambil memejam mata. Wajah sedih penuh mengharap milik Arisha bermain di minda.

"Izinkan I pergi untuk mencari ketenangan yang tak mungkin I miliki di sini. Hanya itu permintaan terakhir dari I. Tak susah untuk you tepati kan?"

"Argh!!!" Jerit Almair kuat. Satu rumah boleh dengar suara bak speaker itu.

"Al!"

Aunty Rose mendakap erat tubuh Almair. Meski suara itu bergumam pelan tapi telinga lintahnya masih dapat mendengar suara itu menyebut nama Arisha. Bukan sekali tapi banyak kali.

"Ris...Ris....Ris....Ris....Ris...."

Terulur tangannya untuk mengapai Wine yang lain.

Prang!

Berderai botol Wine pecah di bawah lantai. Lamat-lamat Almair tatap Mamanya.

"Mama tak suka tengok Al mabuk. Masuk bilik! Jangan disebabkan perangai Al sekarang buat Mama makin bencikan Ris." Tegas nada itu memberi amaran.

Bukannya mendengar, malah Almair tersenyum apabila semua minuman keras telah dibuang ke dalam tong sampah.

"Musnahkan dendam. Musnahkan!" Sorak Almair kepiluan.

Aunty Rose segera menghampiri Almair dan tangannya terus menggoncang kuat kedua bahu itu.

"Sedarlah Al! Apa yang Al cakap ni? Mana janji Al untuk sudahkan rancangan ni? Mana janji Al untuk tak jatuh cinta dengan Ris? Sejak dulu Al janji dengan Mama untuk lakukan apa saja demi Mama. Tapi sekarang apa? Mama kecewa dengan Al! Mama kecewa!" Teriak Aunty Rose kecewa.

Jeritan dan pukulan kuat pada dada bidang itu membuatkan Almair senyum manis. Menutupi luka dan duka itu dengan senyuman. Bening jernih menyapa pipi. Tak sedar pun, tahu-tahu menitis.

"Dia terlalu istimewa untuk Al."

"Mama tak nak dengar apa-apa keluar dari mulut Al lagi! Masuk bilik! Masuk!" Perintah suara itu keras ditekankan.