bab. 10

314 40 13
                                    

"maksud pak Mamat" tanya Ali.

"Den...pak Mamat perna dengar aden bertanya tentang beberapa hal ke pak Faqih dan pak Faqih belum menjawabnya, kenapa Aden tidak mencoba untuk mencari jawabannya sendiri saja?" Ucap pak Mamat.

"Ali memang perna berpikir untuk ngelakuin itu den, tapi...." ucap Ali.

"Den jangan banyak pertimbangan, ikuti saran pak mamat, den Ali ikuti saja apa yang pak Faqih inginkan, lalu coba lah untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan den Ali...selain itu biar den Ali ngak ditekan sama pak faqih" ucap pak Mamat mencoba utnu membuat Ali tenang.

"Ya pak...makasih buat saran pak Mamat, nanti bakal Ali coba pikirin dulu" ucap dan tersenyum kepada pak Mamat.

"Ya sudah... lebih baik den Ali kekamar aja sekarang istirahat, nanti pak Mamat bawakan teh" ucap pak Mamat lagi.

Ali hanya mengangguk lalu meninggalkan pak Mamat untuk kembali kekamarnya.
______________________________________

Faqih duduk diam diruang kerjanya dengan pikiran yang masih terbayang ucapan Ali yang mengatakan jika Ali sangat mencintai salma, tapi malah memanggil dirinya dengan om.

"Seharusnya aku lah yang dia sayangi...argh...." Teriak Faqih nafasnya memburu karena emosinya yang terpancing saat oleh Ali.

"kenapa...kenapa aku bisa begitu tenang saat menghadapi masalah lain bahkan masalah sebesar apapun, tapi kenapa...kenapa saat berhadapan dengan Ali aku tidak bisa mengontrol emosiku, anak itu selalu memiliki cara untuk membuatku marah dan mengatakan sesuatu yang bisa menyakitinya, maafkan papa ali...maafkan papa..." ucap Faqih sambil meremas rambutnya pelan.

Faqih menarik nafas dalam untuk mengontrol emosinya kembali dan mencoba focus kepada berkas yang sudah menunggu untuk dia selesaikan.
______________________________________

Hari telah berganti...hubungan Ali dan faqih tidak setegang biasanya karena Ali mencoba untuk mengikuti saran yang diberikan pak Mamat.

"Reyhan...." Panggil Faqih yang masih memanggil Ali dengan panggilan Reyhan saat orang lain berada didepan mereka.

Ali menoleh kearah Faqih tanpa memberikan jawaban apapun.

"hari ini papa akan pulang sedikit terlambat, jangan melakukan sesuatu yang papa tidak sukai, kamu paham". Titah Faqih.

"Iya pak..." Ucap Ali pelan.

"Syifa kita berangkat" ucap Faqih kepada Syifa dan Syifa hanya mengangguk lalu segera berpamitan kepada Ali.
______________________________________

Reyhan semakin nyaman dengan perannya sebagai Ali, walaupun Salma beberapa kali mencurigainya, Namum ia selalu memiliki cara untuk mengalihkan perhatian Salma dari hal itu.

"Bu hari ini Ali bantu ibu jualan dipasar ya..." Ucap Reyhan.

"Tumben...biasanya main mulu Ama Ujang sama bombom" ucap sisi menggoda Reyhan.

"Lagi pengen Tante, kan Ali harus jadi anak yang baik, yang bisa dan harus meringankan beban orang tuanya, boleh kan" ucap Reyhan pelan dan halus.

Salma tersenyum saat mendengar apa yang Reyhan katakan seraya berkata

"Boleh dong Li"

Reyhan memeluk Salma saat mengizinkannya ikut berjualan, sisi hanya tersenyum melihat itu, ia merasa jika keponakan itu sangat manja dan terlihat begitu berbeda belakangan ini.

"Kenapa aku merindukan Ali padahal Ali ada didepanku, ya Allah ada apa ini" batin Salma dan mengeratkan pelukannya pada Reyhan namun rasa rindunya tetap tak terobati.

CINTA ANAK SHOLEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang