bab. 12

261 43 13
                                    

"Papa mencintai semua anak papa dengan cara yang berbeda Ali dan ini adalah cara papa mencintai dan menyayangimu"

Mata Ali membulat sempurna saat mendengar apa yang faqih katakan.

"Dengan cara menekan, mengancam dan membuat Ali terkurung dirumah ini? Bagaimana bisa papa menyebut cara itu adalah cara papa mencintai dan menyayangi ali?" Seru Ali.

Faqih tersenyum kepada Ali dan mengacak rambut anaknya itu, lalu berkata.

"Bisa Ali...tentu saja bisa dan cara itu berhasil membuatmu menjadi milik papa".

"Apa papa sadar? Cara yang papa lakukan sekarang itu lebih pantas disebut obsesi dari rasa cinta dan sayang" ucap Ali pelan dan penuh penekanan seraya menatap Faqih.

Faqih menatap Ali dingin dan tajam, ia membelai halus pipi Ali seraya berkata.

"Kamu salah jika kamu berpikir ini hanya sebuah obsesi, papa akui jika cara papa memang salah ... tapi ini adalah satu - satu cara untuk membuatmu tetap berada di sisi papa, supaya papa bisa membayar semua waktu yang sudah terlewati untuk bersamamu...yang direbut paksa oleh Salma..."

"Tapi bukankah ada cara lain pa? Cara yang lebih baik, tanpa harus membuat Ali merasa..."

"Papa tidak peduli apapun yang kamu rasakan sekarang Ali, yang terpenting untuk papa adalah.....kamu tetap berada disisi papa" ucap Faqih, ia menjeda ucapannya untuk menarik nafas dalam lalu kembali berkata.

"suka atau tidak...kamu harus menerima jika ini adalah cara papa mencintai dan menyayangimu"

Ali menarik nafas dalam lalu berkata.

"Tolong beritahu Ali, bagiamana cara ali harus menerimanya"

"Patuh...jangan melawan, jangan membantah dan hal yang terpenting jangan perna sebut ibumu didepan papa" ucap Faqih tegas.

"Kenapa pa?kenapa Ali enggak boleh nyebut nama ibu? Dimana disaat yang sama papa meminta Reyhan untuk tinggal sama ibu?" bantah Ali.

"Itu berbeda dan kalian berbeda, jangan perna membandingkan dirimu dengan Reyhan" ucap Faqih tanpa menatap Ali.

"Apa bedanya pa? Dan dimana perbedaanya? Bukankah Ali juga anak papa ?" Ucap Ali seraya menatap faqih karena hatinya benar-benar teriris mendengar jawaban yang diberikan Faqih.

Ali menarik nafas dalam lalu melanjutkan kembali ucapannya dengan suara pelan dan tegas.

"Ali akan mengikuti semua keinginan papa dan menerima apapun yang papa lakuin sama Ali, tapi maaf...Ali akan terus menyebut nama ibu disetiap hembusan nafas Ali dan disetiap doa Ali sama seperti Ali menyebut nama papa dalam setiap doa dan hembusan nafas Ali, karena Ali tidak akan perna menbedakan papa dan ibu, engak kayak papa yang... ".

"Ali..." Teriak Faqih seraya mencengkram keras pipi Ali hingga membuat Ali berteriak.

"Argh..."

Faqih merasa hatinya tersentuh sekaligus terbakar saat mendengar ucapan ali, ia tidak rela saat Ali terus menyebut nama Salma, Ali miliknya hanya miliknya, sudah cukup ia diam dan memberikan Salma waktu bersama Ali dan saat ini Ali hanya boleh menyebut namanya. Hanya namanya.

"Papa ingatkan sekali lagi ali, jangan perna menyebut nama wanita itu lagi didepan papa dan jangan membuat papa marah ali, karena papa tidak akan segan lagi untuk melakukan apa yang sudah papa katakan padamu dan bahkan papa bisa melakukan lebih dari itu" ancam Faqih dengan suara dingin tanpa ada kehangatan sedikit pun disana.

"Argh..." Teriak Ali saat cengkeraman Faqih terasa semakin keras dipipinya.

Sorot mata faqih semakin tajam menatap Ali dan kilatan amarah tergambar jelas disana.

CINTA ANAK SHOLEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang