BIL II

12.8K 665 6
                                    

Hei saya kembali!
Maaf ya guys gue baru sadar rasa-rasanya ceritanya kok samaan gitu sama film kuch-kuch hota hai ya? Itu film india yang lama bangeet itu. Nah ceritanya rada2 sama nih. Gimana ya? Dilanjutin apa engga readers? Kasian juga udah sampe lebih 20part yang udah aku buat. Eh baru nyadar sekarang u,u
Tolong dong saran dan pendapatnya u,u
Oh ya, happy reading!

Aku memberikan senyum terbaik pada sepasang tiga orang pelanggan didepanku. Mereka mengangguk lalu beranjak pergi dari butikku setelah melakukan pilah pilih baju yang memakan waktu. Aku menghembuskan nafas berat setelah punggung mereka menghilang.

"Fir, kakak pergi dulu," kataku pada Firly, yang melakukan kerja part time di butikku ini. Dia masih tahun kedua di kampusnya, tapi Om Alvian sudah memintanya untuk menjadi mandiri. Bahkan Firly sudah tidak tinggal bersama orang tuanya lagi, memilih tinggal di kosan bersama teman kampusnya.

"Oke kak. Udah dijemput bang Vicky?" tanyanya. Aku mengangguk padanya walaupun mataku menatap ponselku. Melihat satu pesan dari Vicky.

"Dia udah didepan," gumamku setelah membaca pesan itu.

"Elah yang akhirnya mau nikah!"

"Eh anak kecil tau apa? Selesaikan dulu kuliahmu Fir!"

Aku melenggang pergi diikuti tawa Firly dan ucapan selamat jalannya.

Baru saja membuka pintu butik, hal yang pertama kali kulihat adalah sedan hitam Vicky. Aku melangkah ke kursi penumpang depan dan pintu itu dibukanya dari dalam.

"Ku kira kau tidak bisa pergi karena sibuk," ucapnya setelah aku masuk kedalam. Kututup pintu disebelahku. Setelah itu dia menarik tengkukku dan mendaratkan kecupan ringan di dahiku.

"Hanya untuk makan siang bersamamu aku sibuk? Yang benar saja!"

Vicky terkekeh pelan. Dia mulai menghidupkan mobil dan kami keluar dari perkarangan butikku. Butik kecil yang baru saja ku bangun enam bulan lalu.

"Kata Tante Zera kau sibuk," katanya setelah kami melesat di jalan raya.

Perkataannya membuatku memutar otak ke dua jam lalu. Saat Tante Zera mengabarkan kepulangan anak pertamanya dari kuliah di Sydney setelah empat tahun tidak pernah kembali ke Indonesia. Aku menolak ajakannya untuk menjemput Billy dengan alasan sibuk. Nyatanya, aku belum siap bertemu pria itu. Demi apapun! Sampai kapan pun!

"Sayang." Suara Vicky mengintrupsi lamunanku. Tangannya menggapai jemariku dan menyatukan jarinya disela jemariku.

"Tadi memang iya, sekarang sudah tidak. Kau mau aku sibuk dibutik sekarang?" tanyaku menatapnya dengan datar.

"Ofcourse not honey. I'm happy you can go with me now."

Aku tersenyum. Menangkup tangannya dikedua tanganku dan membawa ke pangkuanku.

"But hun, there family meeting later." Vicky melirikku sebentar, takut mengucapkan kalimatnya selanjutnya. "Untuk menyambut kepulangan Billy. Tante Zera minta kita berdua datang."
Really?

***

Hari tersial adalah ketika kau sudah susah payah menghindar dari seseorang, tapi hal lain memintamu untuk bertemu dengannya. Dan itulah yang aku hindari sekarang.

"Silver! C'mon wake up! We will late if you stay in!" teriak mommy menggedor pintu kamarku. Aku semakin menenggelamkan kepalaku kedalam selimut. Mommy sudah mulai marah. Lihat dengan caranya memanggilku. Mommy hanya akan memanggil anaknya dengan Goldy, Silver dan Platinum jika mommy sudah marah. Omong-omong, nama kami bagaikan jejeran piala.

BilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang