BIL IXX

6.1K 348 5
                                    

Nabila's POV

Aku bertepuk tangan bersamaan dengan dentingan piano terakhir dari peserta lomba yang kutak tau namanya tapi sangat keren itu. Pria itu berdiri dan membungkukkan badannya seperti memberi hormat. Kami -para penonton dan segelintir penggemarnya- semakin bertepuk tangan riuh. Lalu pembawa acara datang menyalami peserta lomba itu -atau aku mungkin bisa menyebutnya pianis?- dan sedikit mengobrol. Setelah obrolan selesai pembawa acara meminta kami untuk bertepuk tangan sekali lagi untuk si pianis yang beranjak turun dari panggung.

"Okay guys! Kita kedatangan tamu! A handsome guy," kata pembawa acara itu kepada penonton. Penonton yang umumnya hawa, ber'u' ria dengan nada terpesona mendengar embel-embel tampan dari pembawa acara. "Calm down galz! This guy is our alumnus. He is the winner of solo piano five years ago," jelas pembawa acara lagi.

Aku mengernyit bingung. Lima tahun itu bukannya.. Aku menoleh ke kiriku. Kosong. Bangku disebelahku kosong. Kemana Billy? Tunggu, apa memang dia yang..

"And here he is, Billy Revara!"

Seluruh penonton bertepuk tangan menyambut pria itu naik ke panggung. Jaket kulit hitam, celana jins hitam, sepatu convers abu-abu. Hollyshit! Its really really him!
"Okay Kak Billy, may I call you like that?" tanya pembawa acara berbincang dengan Billy. Diarahkannya mikrofon kedepan mulut Billy. "Tidak masalah."

Satu kalimat itu berhasil membuat para gadis disini berbisik-bisik riuh. Aku memutar bola mata sebal, mau mencari perhatian gadis-gadis disini rupanya.

"Katanya Kak Billy mau main piano?"

"Iya. Boleh sama partner in crime-ku?"

Pembawa acara itu tertawa. "Kakak bawa partner in crime ke sini? Dari tahanan mana ya kak?"

Beberapa penonton tertawa mendengar seloroh pembawa acara itu. Oke, maafkan aku yang tidak mengenal siapa namanya.

Tadi Billy bilang siapa? Partner in crime? Billy mengajak Ferdi juga kesini? Wah sepertinya ada reunian teman lama hari ini.

"Silver Nabila? Oh jadi namanya Kak Silver Nabila ya kak?"

Apa? Namaku dipanggil? Hei! Namaku dipanggil oleh pembawa acara itu! Hei?!

"Nah, Kak Silver dimana nih?" Kepala pembawa acara itu celingak-celinguk keseluruh penjuru aula. Seperti dia tau yang mana aku saja.

"Disana," kata suara bass milik Billy. Aku terkesiap saat tangannya menunjuk kearahku dan seluruh orang menoleh ke arahku. Beberapa memandangku penasaran dan beberapa lagi dengan senyum geli. Aku tersenyum penuh penyesalan kenapa aku mau-maunya dibawa kesini untuk dipermalukan.

"Ayo Kak Silver, turun!" himbau pembawa acara itu. Aku yang masih mematung akhirnya disoraki bersama oleh penonton. "Turun!" "Turun!" "Turun!"

Aku bangkit berdiri. Suara diaula berubah menjadi semakin heboh. Aku menuruni aula menuju panggung dibawah sana. Kujelaskan sebentar, aula ini layaknya gedung olahraga. Kau hanya bisa duduk di bagian atas dan lapangan luas dibawah bisa digunakan untuk penampilan.

"Hai Kak Silver, eh apa aku panggil Kak Silver atau kak Nabila?" sapa pembawa acara menyambutku. Aku melirik tajam pada Billy sebelum menjawab, "Nabila saja."

"Oke. Kak Nabila. Ehm, apa kalian pacaran?" tanyanya lagi.

"Tidak," jawabku. "Kami hanya sahabat."

Aula kembali grasak grusuk. Sepertinya mereka kembali senang karena idolanya ternyata masih bebas. Tidak terikat suatu hubungan.

"Wow, kirain.. Oke oke, sepertinya kita-kita sudah pada penasaran kakak berdua mau tampilin apa. So guys! Check this out!"

BilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang