SELAMAT SUBUUUUH!
Freedom Cafe and Resto. Wow! Aku tidak percaya baru saja menandatangani pemindahan kekuasaan cafe dari ayahku kepadaku. Secara resmi akulah pemilik cafe ini sekarang. Bukan hanya cafe ini, tapi seluruh cafe Freedom yang tersebar di Indonesia dan beberapa negara lainnya.
"Selamat Bang!" ucap Briana sambil memelukku. Sedari tadi dia tidak bisa mengalihkan matanya dari tanganku yang menandatangani surat pernyataan itu. Ayah yang juga menandatangani surat itu tepat disebelah tanda tanganku, menepuk bahuku pelan.
"I know that you can handle it. Dari detik ini, ayah percayakan seluruh kekayaan kita padamu," ucap ayah tegas. Itu tandanya aku diberikan tanggung jawab yang besar darinya.
"Kalau begitu, Bria minta jajan sama Bang Bil dong?"
Keningku berkerut ingin memarahinya, malah didahului ayah yang merangkul bahunya ringan. "Ayah tetap akan membiyayai kuliah dan seluruh keperluanmu tentu saja."
Briana manggut-manggut. Lalu dia buka suara lagi, "kalau ayah tidak bekerja, lalu ayah melakukan apa?"
Ayah tersenyum jahil menatap kami. "Keliling dunia sama Bunda, menikmati masa honeymoon lagi." Dan ayah tertawa. Aku dan Briana bergidik dan hanya bisa geleng-geleng kepala. Dasar dua orang tua yang udah tua tapi masih aja kasmaran.
"Bria boleh ikut kan yah?"
"No! Namanya juga honeymoon, kok bawa kalian."
"Wah ayah ga asik nih!" Brian melipat tangannya didada. Ayah tertawa lagi, lalu mengusap kepala anak bungsunya satu itu.
"Kalau nilai ujian nasionalmu bagus, ayah bawa sekali deh," rujuk Ayah.
"Janji loh yah!"
"Kau seperti orang tidak pernah keluar negeri saja," celetukku memandangnya geli. Briana cemberut lagi dan mengadu pada ayah kalau aku baru saja menganggunya. Padahal ayah berada didepan kami sekarang.
"Eh, apa ayah sudah bilang kalau Tante Olivia ulang tahun dan Om David merayakannya?"
"Belum," jawabku dan Briana kompak. Lalu kami saling melihat dan melotot.
"Nah, denger dulu!" Kami kembali fokus pada ayah.
"Jadi, perayaannya diadakan di Jerman. Dan kita semua, diundang."
What the.. Yuhu!"Wow! Om David keren! Kapan yah?" tanya Briana yang sepertinya habis membaca isi pikiranku barusan.
"Dua minggu lagi. Keberangkatannya berpasan dengan kau selesai ujian," jelas ayah lagi. Briana terkikik senang mendapati dirinya pasti boleh ikut. Dia memeluk ayah lagi dan membujuk ayah untuk membolehkannya pergi ke Jerman.
***
Ayah tidak perlu memperkenalkan lagi padaku siapa saja yang bekerja di cafe ini karena dari kecil ayah juga sering membawaku kesini, bermain di ruangannya atau menontonnya memasak langsung. Karyawan disini juga betah dan banyak yang memilih menetap daripada keluar. Jadi, tidak susah bagiku untuk mengenal lagi karena karyawan yang ditukar atau karyawan baru tidak beberapa.
Dan ini adalah hari pertamaku bekerja!
Memang ini tidak kali pertamaku mengurus cafe, karena ayah sudah mengajarkan jauh-jauh hari. Tepatnya saat aku kuliah di Sydney, ayah mengajarkanku mengelola cafenya disana. Tapi tetap saja, ketika kau anak pemilik kafe dan kau sebagai pemilik kafe itu berbeda.
"Heri, aku ingin langsung melayani tamu vip," ucapku pada asistenku Heri, yang dulunya adalah asisten ayah pengganti Om Pito yang lima tahu lalu memilih cuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bil
RomanceSilver Nabila De Vanza : Anak kedua dari pasangan Olivia dan David De Vanza. Suka sekali dengan butik mommynya dan paling benci kalau daddynya ajak ke kantor. Anak polos dan penurut, tapi nyablak minta ampun. Jatuh cinta sama Billy sejak kecil. Seha...