Buat yang ngerti bahasa jerman atau tau serba serbi tentang jerman, jangan ketawain aku yak. Ini udah usaha cari info beberapa.
Keep reading!Jerman!
Dan ya, aku menapaki kakiku di kota asal Gressvater (kakek), Bandar Udara Internasional Berlin-Tegel. Tiara langsung mengapitku dan berteriak senang atas kali pertamanya dia berada di Jerman. Dia bahkan berterimakasih berulang kali pada daddy. Omong-omong tentang pesta mommy, tentu saja mommy tidak tau. Daddy membuat alibi tentang keramaian ini. Daddy mengatakan bahwa Om Revaldo mau anak keduanya, Briana, liburan setelah selesai ujian nasional. Begitu pula dengan Fajar. Yap, hanya ada tiga keluarga yang bisa hadir saat ini. Keluargaku, keluarga Vicky, dan keluarga Brian. Tante Jessy dan Tante Jihan menolak pergi atas beberapa alasan.
"Kalau aku menjadimu, aku akan memilih tunangan sekarang saja. Di Jerman ini," ucap Tiara lalu tertawa.
"Kalau begitu aku akan melamarnya lagi," jawab Vicky yang berdiri disisinya. Aku menatap Vicky dengan tampang-seriously?
"Baiklah sayang, aku tidak akan melakukannya." Dia terkekeh pelan.
"Oke oke, selama dua minggu ini aku ingin mendapatkan satu bule saja. Apa sepupu bulemu ada yang sendirian?"
"Yang benar saja Tir, memangnya kau bisa bahasa Jerman?"
Tiara terlihat berfikir sebentar, lalu dia menggeleng sambil nyengir. "Tapi aku bisa berbahasa inggris. Tentu sepupu gantengmu bisa bahasa inggriskan?"
"Oh ayolah Tir, otakmu selalu dipenuhi dengan menggaet pria," ku jentik keningnya. Dia malah tertawa.
"Santai Bil, calon pengacara ini akan selalu berfikir seperti itu sampai aku mendapatkan pacar dan.. Hei kau mau kemana?"
Aku menoleh kebelakang dimana Tiara ku tinggalkan. "Pulang!"
Tiara menggeram dan akhirnya mengejarku. Menjitak kepalaku yang berani-beraninya meninggalkannya saat dia mengoceh.
***
"Gressvater! Gressmutter!" teriak Adrea melihat kakek dan nenek dari daddy. Kakek dan nenek berjalan pelan kearah kami yang masih berdiri didepan pintu. Adrea memeluk nenek erat. Nenek bahkan sampai berlutut untuk mencium kedua pipi Adrea.
"Jadi, yang mana tunanganmu?" tanya kakek dengan bahasanya ketika menyalamiku. Memang, kakek dan nenek tidak sempat menghadiri acara pertunanganku beberapa bulan lalu. Jadi, mereka hanya tau aku bertunangan dengan pria bernama Vicky Brawijaya saja.
Aku melirik Vicky yang sedang sibuk menurunkan barang dari mobil Onkle Drake. "Dia yang disana Gressvater."
"Yang memakai jaket hitam itu?" tanya kakek sedikit menyipitkan matanya. Aku berbalik lagi melihat siapa yang dimaksud kakek. Dan kakek jelas salah tanggap.
"Bukan. Yang memakai sweater hijau tua itu Gressvater. Yang kau maksud itu Billy, Billy Revara Hummle. Kau ingat?"
"Oh. Hummle? Hummle yang keluarga Smith?" Kakek mengerutkan dahinya. Tampaknya kakek sudah agak lupa. Bahkan dengan rekan kerjanya, Smith Hummle.
"Kau benar, Smith Hummle adalah kakek dari Billy."
Wajah kakek berubah senang. Dia mengangguk paham. "Baiklah. Ajak dia menemuiku nanti."
"Siapa?" tanyaku memastikan yang dimaksud kakek. Vicky atau Billy?
"Billy tentu saja," jawab kakek sebelum beralih pada Liam yang datang dengan beberapa tas ditangannya. Dia menurunkan seluruh barangnya dan memeluk kakek dengan mengucapkan selamat malam dengan suara lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bil
RomanceSilver Nabila De Vanza : Anak kedua dari pasangan Olivia dan David De Vanza. Suka sekali dengan butik mommynya dan paling benci kalau daddynya ajak ke kantor. Anak polos dan penurut, tapi nyablak minta ampun. Jatuh cinta sama Billy sejak kecil. Seha...