BIL IX

9K 487 5
                                    

Ada yang nungguin ga sih? Engga ada ya?
Yowes ga apapa toh. Aku tetap bakal lanjutin. Keep reading aja bagi yang suka *wink*

Nabila's POV

Aku berlari mengelilingi kompleks perumahan Gressvater berdua dengan Adrea. Susah bagiku untuk membangunkan para perempuan kelelahan yang sudah begadang seharian demi menonton drama spanyol yang kelewatan banyak adegan seksnya daripada dramanya. Dan ketika aku setengah terbangun pukul tiga pagi, belum ada dari mereka yang tidur. Jadilah saat ini aku lari pagi dengan si bungsu yang pasti tidak menonton drama spanyol juga karena dijaga ketat mommy dan daddy.

Putaran ketiga dari mengelilingi air mancur ditaman, Adrea memilih duduk di bangku sisi taman dan membeli hot chocolate untuknya dan satu coffee untukku yang masih belum ku sentuh karena masih menjalankan misiku keliling sepuluh putaran air mancur.

"Hei!" Bahuku ditepuk dari sebelah kanan dan disana Billy tersenyum. Ikut berlari menyertaiku mengelilingi kolam. Aku hanya memutar bola mata hazelku untuk menjawab sapaannya.

Dia lagi. Mengacau dan menganggu hidupku lagi. Lagian sejak kapan dia ikut lari pagi dan memakai kaos hitam polos dan celana training pendek itu?

"Tidak baik lari pagi sendirian nona," katanya lagi yang membuatku menoleh padanya dan menaikan sebelah alisku.

"Aku bersama Adrea."

"Ya, dan dia duduk. Tidak berlari."
Oh come on!

Aku terus berlari menghiraukan Billy yang ikut berlari disebelahku. Beberapa kali dia sempat bertanya tentang seberapa sering aku lari pagi karena dulu dia sangat tahu aku tidak pernah suka olah raga lari dan menanyakan tentang Gressvater yang ternyata teman baik opanya. Dan aku hanya menjawab sekiranya saja.

Setelah putaran terakhir aku menuju bangku tempat Adrea duduk. Adrea langsung menyerahkan kopiku yang mungkin sudah setengah dingin sekarang dan langsung kusesap seperempatnya.

Ketika aku akan duduk di sebelah Adrea, Billy sudah duduk disana duluan. Aku mendengus dan memilih duduk disebelahnya akhirnya.

"Jadi apa yang akan kita lakukan nanti?" tanyanya lebih padaku.

"Seharusnya hari ini mendekor lobi hotel."

"Kak, Adrea ikut ya?" tanya Adrea. Aku melihat ke arahnya dan mengangguk.

"Kau pergi?"

Menelengkan kepala pada Billy, aku mengangguk malas.

"Kalau begitu aku juga ikut!" ucapnya semangat. Bahkan sampai mengepalkan tinjunya diudara. Adrea menirukan gayanya dan mereka bertos ria.

"Kau stalker hah? Membuntutiku lari pagi dan sekarang ingin ikut ke hotel juga?"

Billy terkekeh. "Stalker? Boleh juga. Setidaknya sampai kau memaafkanku."

"Sudah ku bilang, aku.."

"Loh, Kakak sama Bang Billy bertengkar?"

Oke. Sekarang bocah satu ini ikut tau masalah kami. Aku mendesah dan melipat tanganku didepan dada. Membuang tatapanku kearah lain.

"Iya, Adrea. Dan kakakmu ini tidak mau memaafkan Bang Billy," jawab Billy dengan suara yang patut dikasihani. Tapi tidak dalam posisiku sekarang.

"Kenapa Kakak jahat sekali? Memaafkan itu baik loh kak."

Astaga. Bahkan aku diceramahi adikku sendiri.

"Nah, dengarkan kata adikmu Bil. Adrea pintar ya?" Billy mengusap puncak kepala Adrea yang sekarang tersenyum bangga.

BilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang