BIL XII

7.3K 364 1
                                    

Next yo!!

"Clean body from sweat, take shower together!" Briana membaca aturan terakhir. Fajar menaikan sebelah alisnya tampak berfikir.

"Kita disuruh mandi bersama? Loh permainannya aneh nih. Neneknya Nabila aneh deh."

Aku mengedikkan bahuku. Rasanya bukan itu yang diperintahkannya. Tapi..

"Mandi bersama, berenang!" seru Fajar yang sepertinya merasa memecahkan masalah satu ini. Apa yang dipikirkannya sesuai dengan apa yang akan ku sebutkan. Aku mengangguk puas.

"Jadi, intinya, kita berenang bersama. Nyebur bersama. Dimana?" tanya Briana pada kami bertiga.

"Danau buatan! Diujung taman!" kataku setelah mengingat satu tempat indah dikawasan rumah gressvater ini. "Ayo kesana sebelum kelompok Liam sampai disana!"

Tiara mengangguk. Aku yang mengetahui arah danau, berlari duluan. Diikuti tiga anggota kelompokku. Ketika aku melihat danau didepanku, dan anehnya sudah ada Bunda, Ayah, Tante Olivia, Om David, Tante Viena, Om Kevin, dan gressmuter serta gressvater, yang membuatku semakin percaya bahwa inilah tujuan akhir kami. Para orang tua itu berteriak meneriakin nama kami. Tunggu, tidak hanya nama anggota kelompok kami!

Aku menoleh kebelakang. Liam muncul dengan kecepatan penuh disusul Vicky, Nabila dan Adrea yang ikut berlari bergandengan tangan. Melihat kemenangan dan kekalahan saling bersahutan memanggilku, aku mempercepat lariku dan..

Byur!

Suara air dicelupkan sesuatu bunyi bersahutan. Satu persatu. Dan saat kepalaku muncul di permukaan, semuanya sudah basah karena menyebur. Satu persatu juga kepala muncul dari dalam danau.

"Kau kalah!" kata Liam padaku sambil menyemburkan air danau dari mulutnya. Aku mengernyit jijik dan mengetuk kepalanya.

"Jorok. Kau yang kalah!"

Liam terkekeh. Ada semprotan lain dari belakangku. Aku menoleh dan Briana yang melakukannya. Briana tertawa jahil. Membelalak, aku membalasnya. Hingga semua yang didalam danau ikut ciprat-cipratan. Ya, termasuk aku.

Para orang tua yang duduk ditepi danau juga terkena beberapa cipratan dari anak-anaknya. Suasana menjadi riuh dan menyenangkan. Siapapun yang punya masalah akan melupakannya untuk sementara. Aku yakin.

"Bil, dingin?"

Aku menoleh, mengira akulah yang ditanyai. Ternyata bukan.

"Hm."

"Mau naik saja? Yuk." Vicky, orang yang kukira memanggilku tadi, menarik Nabila kedalam dekapannya. Nah, kutarik kata-kataku tadi yang menyatakan siapapun akan melupakan masalahnya saat ini. Ternyata masalah itu sendiri ada didepanku.

Cipratan lain terhampir lagi di belakang kepalaku. Aku menoleh mencari siapa biang masalah yang ingin mencari masalah lagi padaku yang sedang dapat masalah. Ternyata Briana lagi. Tapi kali ini aku tidak membalasnya, karena dia tidak menatapku dengan wajah jahil dan menantang, tapi menggeleng dengan wajah mengasihani.

***

Aku mengusap kepalaku dengan handuk yang benar-benar harus kucuci ulang dengan shampoo setelah bermain basah-basahan di danau. Ternyata setelah bersusah payah bermain itu, tidak ada satu kelompok pun menjadi pemenang. Walaupun ada yang kesal dikerjai gressmutter, tapi akhirnya menerima karena mendapati kesenangan diakhir permainan.

Aku keluar kamar mandi dan mendapati Liam sibuk dengan ponselnya. Sedangkan aku tidak menemukan batang hidung Vicky. Sekarang masih pukul delapan malam dan mungkin saja dia dan Nabila sedang berkencan atau dinner diluar. Bisa saja kan?

BilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang