BIL XVI

6.9K 338 1
                                    

Jangan tanyakan lagi bagaimana aku harus mengelak walaupun itu sangat susah pada Firly. Bagaimana pun aku mengatakan aku tidak pergi dengan Billy kemarin, kenyataannya aku memang pergi dengannya dan Billy sendiri yang menelfon Firly. Jadi bagaimana lagi caranya untuk berbohong?

"Oke fine! Kemarin kakak memang jalan dengan Bang Billy. Cuma sekedar reunian saja," jawabku setelah mendesah lesu akhirnya.

Firly mengerling. "Apa benar hanya reunian?"

"Serius!"

"Ah masa sih?" Firly menyipitkan matanya. "Bisa ya kak tidak mengingat perasaan dulu-dulu?"

Aku balas menyipitkan mataku padanya. "Tentu saja. Aku sudah tunangan dengam Vicky. Ingat?" Kuangkat tangan kiriku, memperlihatkan cincin emas putih yang disematkan di jari manisku oleh Vicky beberapa bulan lalu.

"Ya, siapa tau bisa," gumamnya.

"Tidak Fir." Firly hanya mengangkat bahunya lalu kembali melayani pelanggan yang datang.

"Tapi Fir," kataku saat Firly sedang berdiri menunggui pelanggan memilih pakaian. "Jangan beritahu Vicky ya, aku takut dia cemburu."

Firly terkekeh dan mengacungkan kedua jempolnya padaku.

Aku beralih pada Brenda yang sedang duduk dikasir. Memperhatikannya membuat otakku berfikir kenapa tidak ku pekerjakan saja dia untuk waktu yang lama? Mungkin ditambah beberapa karyawan lagi karena sepertinya butik semakin ramai.

Ku dengar denting ponselku berbunyi. Kuraih ponsel dimeja kasir dan membuka lock ponselku. Sebuah pemberitahuan snapchat muncul. Aku menyentuh ikon aplikasi itu untuk membukanya.

Permintaan pertemanan dari Billy. What? Billy? Dia tau darimana snapchatku?

Dan selanjutnya ada pemberitahuan lagi dari instagram, path, line, blackberry messenger dan media sosialku yang lainnya. Semua pemberitahuan itu tentang permintaan pertemanan Billy. Wow.

Jemariku bermain diatas layar. Menerima seluruh permintaannya. Setelah semuanya selesai, kuletakan lagi ponselku diatas meja.

Dua orang pelanggan datang, aku bangkit dan melayani pelanggan itu. Yang ternyata hanya melihat-lihat saja dan tidak jadi membeli barangku. Terkadang hal ini mengecewakan juga.

Aku kembali ke meja kasir. Kembali meraih ponselku. Membuka lock dan melihat pemberitahuan baru lainnya. Dari snpachat, Billy.

Sebuah foto dapur yang seingatku adalah dapur kafe Om Revaldo, atau sekarang adalah kafenya Billy, dengan sebuah tulisan terpampang di layarku. "Have lunch?"

Ujung bibirku tertarik keatas. Ku pilih membalas snapnya. Kuarahkan ponsel ke butik dan memotretnya. "Stay in here."

Dalam beberapa menit muncul lagi snapchat darinya. Kali ini gambar green tea latte dengan tulisan, "wanna?"

Aku memotret butik lagi. "I dont know how to get it :("

Lalu tanpa menunggu lama, Billy membalas snapku. Kali ini wajahnya dengan sebelah alis terangkat. Ada tulisan dibawahnya. "So, wait me there."
Wait? Dia mau kesini?

Aku beralih pada aplikasi line. Mencari kontaknya dan mengechatnya.
SilverNabila : No please. Aku tidak bisa keluar saat ini. Butik sedang ramai.

Berbohong. Lagi. Akhir-akhir ini aku banyak berbohong ya?

Lama ku tunggu hingga lineku berbunyi. Tergesa kubuka chat dari Billy.
BillyRH : sorry soul, i'm on the way. Then, kita makan di butik saja.

BilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang